©perempuanmalas
Jessica - wanita cantik itu duduk sendirian pada kursi paling atas dari gedung teater terbesar di Pusat kota dimana dirinya banyak menghabiskan waktu luang, melipat tangan di depan dada sambil memandangi lurus area panggung yang masih tertutup tirai merah sebagai penanda bahwa belum mulai tampilan apapun malam ini.
Sudah banyak sekali orang di sana, namun sebagai pribadi yang punya pengaruh di Pusat kota, wanita cantik bermarga Willian itu diharuskan duduk sendirian di area tertinggi nan terpisah dari para penonton teater lainnya, demi menghindarkan kejadian buruk yang tentu tidak ditutup kemungkinan terjadi mengingat seberapa banyak kuasa pada tangan Jessica.
Itu benar bahwa ia adalah orang yang berkuasa. Ah tidak, Jessica akan merasa lebih baik jika orang lain menyebutnya sebagai pribadi yang 'dinaungi' kuasa.
Terhitung sudah masuk tahun ke-tiga dari periode kedua suaminya - Lewis menjadi Wali kota di kawasan penuh kasih, Pusat kota ini. Sebagai istri dari orang yang begitu dielu-elukan, tentu saja Jessica dianggap sebagai 'celah' yang wajib dilindungi untuk sang penguasa. Di luar sana tidak sedikit orang yang ingin menjatuhkan sang suami, sehingga sebisa mungkin para masyarakat yang sangat memuji masa kekuasaan Lewis turut membawanya tenggelam dalam penjagaan ketat dan keistimewaan.
Seperti sekarang misalnya, arahan dari pihak gedung teater kepada Jaehyun - sekretaris Jessica, wanita cantik tersebut diharuskan duduk pada bagian balkon dari gedung teater setiap kali ingin ikut menonton penampilan di sana.
Kini Jessica tidak mau lagi melawan keistimewaan yang diberikan kepada dirinya, merasa trauma karena dulu saat melakukan hal tersebut, dirinya justru malah menuai kritik dari para jurnalis maha benar yang menyebut dirinya kelewat 'sok baik'.
Sudah banyak yang terjadi di antara Jessica dan masa jabatan Lewis sang suami sebagai Wali kota, terutama pertikaian antara Jessica dengan para jurnalis yang sering kali mengunggah berita miring perihal dirinya pada portal berita. Mereka sungguh hanya suka kepada Lewis saja, tidak dengan dirinya juga.
Paling parah adalah waktu dimana Jessica harus kehilangan dua anak kembar perempuannya saat terjadi huru-hara di alun-alun Pusat kota karena kedatangan para teroris dari tanah pinggiran.
Kedua anak perempuan Jessica meninggal dunia di sana.
Semuanya sangat cepat, Jessica tidak bisa menyelamatkan mereka karena terjangan lautan masa yang berlarian menyelamatkan diri masing-masing, kala itu di depan mata Jessica - sepasang anak kembar perempuannya yang baru berumur enam tahun berlalu kembali kepada sang Maha Kuasa usai berulang kali terinjak oleh langkah banyak orang.
Kejadian itu membuat Pusat kota menjadi gempar. Oleh para jurnalis maha benar, hari itu dinobatkan sebagai 'hari merah' karena linangan darah anak-anak perempuan Jessica dapat terlihat jelas sekali begitu masa sudah habis dari tempat kejadian.
Mulai di sana, Jessica yang sudah lebih dulu tertekan karena jabatan suaminya lantas semakin menarik diri dari publik, menjadi enggan ikut campur tentang masa jabatan sang suami yang begitu dicintai oleh masyarakat saking baik pemerintahannya.
Jessica hanya akan muncul pada acara penting, itu saja dirinya tetap menolak bertemu para jurnalis berita. Mencari aman dengan mengirim sang suami sendirian menemui mereka.