Matanya memandangi rumah super megah di hadapannya, sambil bertanya-tanya dalam hati ada berapakah ruangan di dalamnya. Ia sudah siap memasuki rumah tersebut dengan sebuah koper besar di sisi tubuhnya. Mulai hari ini, ia akan mengabdikan diri di rumah mewah tersebut untuk mengurus seorang wanita tua yang tinggal seorang diri. Di usianya yang masih 24 tahun seharusnya ia berkarir di luar sana menjadi seorang model atau idola remaja, tapi di sinilah ia berada sekarang, untuk mengurus seorang wanita jompo.
Ternyata ia sedang menunggu seseorang sebelum masuk ke dalam rumah. Seorang kepala asisten rumah tangga lebih tepatnya. Ia tersenyum ramah, membuat siapa saja balik tersenyum. Senyuman yang baik dan menular, tidak mungkin Ny. Manoban tidak menyukainya nanti.
"Annyeonghasaeyo, aku Kim Jennie."
"Annyeonghasaeyo, Jennie-ssi. Panggil aku Frida, dan aku adalah kepala asisten rumah tangga di sini. Ternyata kau datang tepat waktu."
"Nde, Tuan Aragaki berkata agar aku tidak boleh terlambat. Oleh sebab itu aku datang sesuai jamnya."
Frida tersenyum, menampakkan giginya yang besar-besar dan bersih.
"Kalau begitu ayo ikut aku. Aku akan menunjukkan kamarmu sebelum aktifitas hari ini dimulai."
Gadis itu, si perawat baru untuk Ny. Manoban. Namanya Kim Jennie dan masih berusia 24 tahun. Tiga hari yang lalu ia mengajukan lamaran pekerjaan untuk keluarga Manoban, yaitu menjadi pengurus seorang jompo yang tinggal di sebuah desa indah di Andong, Gyeongsang Utara. Bayarannya sangat tinggi, membuat Jennie rela meninggalkan seorang adiknya yang masih sekolah di Seoul.
Setelah mendapat telepon dari Tuan Aragaki yang juga merupakan pengurus rumah Manoban, Jennie sangat senang. Ia berjanji akan mengurus Ny. Manoban seperti mengurus orang tuanya sendiri.
"Kamarmu sengaja kami pilih di sebelah kamar Ny. Manoban agar jika beliau memanggil, kau langsung mendengarnya. Ada pintu penghubung antara kamarmu dan kamar Ny. Manoban."
"Aku mengerti."
Jennie mengikuti Frida yang berjalan di depannya. Ia melihat sekelilingnya dan terpukau. Rumah itu jauh lebih indah dari dalam. Langit-langitnya tinggi seperti menara. Ada lampu gantung yang besar dan mewah, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Jennie tidak bisa menghitung jumlah lantainya, tetapi mungkin ada 5 lantai.
"Frida-ssi, bolehkah aku bertanya?"
Frida menolehkan kepalanya ke samping untuk merespon Jennie. "Ya, Jennie-ssi?"
"Ny. Manoban bukan warga Korea, benar? Apa beliau bisa berbahasa Korea?"
"Oh, masalah itu. Tenang saja, Jennie-ssi. Ny. Manoban sudah tinggal di Korea selama lebih dari 50 tahun. Mendiang suaminya, Tuan Choi, adalah warga Korea. Jadi beliau sudah fasih berbahasa Korea."
Jennie mengangguk, lega.
"Ini adalah kamarnya," Frida berhenti sejenak untuk menunjuk pintu sebuah kamar. "Dan di sampingnya adalah kamarmu. Ayo kita masuk."
Frida membukakan pintu untuk Jennie dan mereka berdua masuk. Jennie tersenyum haru melihat isi kamarnya. Bahkan kamar perawat di sini jauh lebih bagus dari rumahnya sendiri. Ia melihat sebuah lemari yang cukup besar, sebuah ranjang yang cukup untuk dua orang, televisi, meja rias, serta kamar mandi di dalam kamar. Jennie pasti akan sangat betah tinggal di sini.
"Itu adalah pintu yang menghubungkan kamarmu dengan kamar Ny. Manoban. Ada lorong di dalamnya sebelum mencapai kamar itu. Nanti kau bisa melihatnya sendiri. Sekarang silakan beristirahat terlebih dahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Descendant
Fanfictionketika Jennie masuk ke dalam keluarga Manoban yang kaya raya dan penuh rahasia...