Chapter 5

308 13 5
                                    

Benda itu pecah, benda pemberian dari ayah oleh sang penyihir. Benda yang katanya mampu menunjang kehidupanku. Tapi memang, sejak awal benda itu bukanlah barang yang asli. Tidak lebih barang tiruan yang hancur sewaktu-waktu.

Aku membuka mata lagi. Kini aku berada dihadapannya, dihadapan dokter dari Rhodes Island. Dia memapah tubuhku yang sudah rusak ini. Pada akhirnya aku tetap saja kalah dengannya. Tapi entah mengapa, tubuh ini, rasanya tidak asing bagiku. Tubuh yang sangat kukenali.

"Amiya, kau pergilah terlebih dahulu!"

"Baiklah, dokter. Jangan lupa pesanku kepada Nona Frostar."

"Kelinci yang naif. Dia mengingatkanku dengan Talulah yang dulu."

"Frostar, maukah kau bergabung dengan Rhodes Island?"

Apakah aku layak akan hal itu? Aku telah menjadi orang jahat dan memang sudah selayaknya mati layaknya orang jahat. Bahkan saudara-saudara yang bodoh berpikir bisa membuatku tetap hidup? Yang mereka lakukan tidak lebih dari usaha yang sia-sia bagi orang yang berumur pendek sepertiku. Ini adalah balasan yang setimpal atas apa yang selama ini ku perbuat.

"Frostar" Dokter membuka helm yang menutupi seluruh wajahnya. "Bagaimana dengan seperti ini?"

Aku yang tak sanggup berekspresi lagi membalas, "Tentu saja, seharusnya aku tahu kalau itu kau. Aku tahu kau masih hidup. Kemana saja kau?"

"Banyak hal yang terjadi. Aku pun ingin menanyakan hal yang sama. Apakah kau masih menunggu, huh?"

"Tentu saja. Kau selalu membuatku menunggu! Almaz, aku ingin kau mengambil sesuatu disaku kiriku."

"Benda ini..." Dia mengambil sebuah sapu tangan yang sudah terlihat rusak dan terlihat beberapa bekas jahitan ulang.

"Sapu tangan yang kau berikan kepadaku waktu itu. Aku ingin mengembalikannya kepadamu."

"Terima kasih, Frostar."

"Tidak, terima kasih untukmu, Almaz. Kau menepati janjimu untuk kembali kepadaku. Itu sudah membuatku terasa senang."

"Syukurlah. Frostar, Aku dan Amiya ingin kau bergabung dengan Rhodes Island."

Mata penuh kesungguhan itu. Ah, terasa penuh kenangan. Aku sudah lama tidak melihat tatapannya. "Tentu saja, tapi dengan satu syarat."

"Katakan permintaanmu, Frostar."

"Cium aku."

Dia mengangguk untuk memenuhi permintaanku. Dia mendekatkan kepalanya kemudian bibir kami bersentuhan. Sensasi lembut bisa aku rasakan dari bibirnya. Akhirnya, ciuman pertamaku berasal dari cinta pertamaku. Aku merasa lega bisa melakukannya sebelum aku benar-benar pergi.

"Bagaimana? Maaf bila ciumanku buruk."

"Tidak, aku merasa senang ciuman pertamaku berasal dari cinta pertamaku. Dengan begini, aku bersedia untuk bergabung dengan Rhodes Island."

Dia tersenyum, "Selamat datang di Rhodes Island. Aku harap bisa memberikanmu pesta sambutan."

"Tidak perlu. Lagipula, aku akan selalu bersamamu. Selamanya..." Nafasku mulai terasa berat dan mataku kian rabun untuk melihat, "Almaz. Aku punya permintaan untukmu. Permintaanku yang terakhir kalinya. Aku ingin kau menyelamatkan Talulah. Dan... katakan kepada ayahku... bahwa aku menyayanginya... serta maafkan aku yang gagal menjadi anak yang baik untuknya..."

"Tentu... saja, Frostar. Akan aku lakukan! Ditambah, tubuhmu hangat."

"Benarkah...? Tampaknya... aku sudah... disembukan lagi oleh... Dokter Glupyy." Mataku sudah susah untuk melihat wajah Almaz, tapi aku bisa merasakan tetesan air matanya membasahi wajahku. "Almaz... jangan menangis... wajahmu jadi... tambah jelek."

"Ini air hujan kok, bukan tangisanku."

"Hujan... ya...? Kalau begitu... Ijinkan aku... untuk tidur.... Bangunkan aku... saat kau... menjadi... pahlawan... di... dunia... Ini..." Aku memberikannya senyuman terakhir sebelum akhirnya mataku terpejam. Dan inilah akhir dari perjalanku. []

[Arknights FanFic] Frozen Memory (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang