3

15 3 0
                                    

Hari senin adalah hari terlaknat yang pernah ada, semua siswa harus datang pagi dan memakai pakaian rapi dan lengkap tak terkecuali Iqbal cs.

Mereka kini tengah berbaris di lapangan untuk mengikuti kegiatan yang memang rutin dilaksanakan pada hari senin, apalagi kalau bukan upacara bendera.

Iqbal menghela nafas menandakan bahwa remaja bertubuh jangkung itu tengah bosan mendengar pidato yang di berikan kepala sekolah.

"Lama banget sih, gue capek ni" keluh Iqbal.

"Gak mikir panas ni kepsek" lanjut Aron yang berdiri di belakang Iqbal.

"Kaki gue lemes anjir" dumelan itupun lolos dari bibir Iwan.

"Bangsat" umpat Fathur kesal, kaki nya sudah tak tahan harus berdiri selama ini. Apalagi hari ini matahari terbit begitu terang nya.

Pian tidak memberi komentar, ia hanya tersenyum tipis melihat ke-4 sahabat nya itu terus menghujat pak restu selaku pembina hari ini.

Setelah 50 menit akhirnya upacara pagi ini selesai, seluruh siswa dan siswi berjalan teratur menuju kelas mereka, tak terkecuali Iqbal cs.
Mereka sudah amat sangat sengsara hari ini, bagaimana tidak ?.

Mereka harus bangun pagi agar tidak terlambat ke sekolah lalu harus mengikuti upacara bendera yang sialnya ternyata sangat melelahkan dari apa yang mereka bayangkan.

Iqbal cs memasuki kelas XII MIA 1.
Dan duduk ditempat mereka masing masing. Iqbal dan Iwan duduk di bangku nomor 2 dari belakang sedangkan Aron dan Fathur duduk tepat di belakang mereka. Pian ?, jangan tanya dimana anak teladan yang satu itu duduk, ia duduk di bari san paling depan dan bersebelahan dengan Aldi sang ketua kelas.

Dewi fortuna sedang berada di pihak mereka hari ini, Ibu salamah yang harusnya mengajar di jam terakhir tenyata tidak bisa masuk karna sakit dan di sinilah 5 remaja itu berada mereka berkumpul di meja Fathur dan Aron. Mereka tengah asik mengobrol diselingi canda tawa.

"Btw gimana kabar Alya ?" Tanya Iqbal.

"Baik, besok udah boleh pulang" jawab Iwan.

"Lo bucin banget sama Alya, heran gue" ucap Pian.

"Gue udah lama suka sama Alya, lo semua kan tau gue sama Alya udah temenan dari kecil dan baru sekarang gue bisa ngungkapin perasaan serius gue ke dia" jelas Iwan panjang lebar.

"Sok serius padahal dirinya sendiri punya pacar segudang" cibir Iqbal.

"Bisa gue urus lah ntar, Alya juga fine fine aja tuh"

"Kena karma baru tau lo" ketus Iqbal.

"Gak ada yang nama nya karma dalem kamus hidup gue"

"Songong lu" cibir Pian.

"Bentar lagi juga gue sama Alya tunangan jadi gak ada yang namanya karma, masa depan gue udah ada di depan mata, kalau udah sama Alya mah udah gue adem, gak perlu lagi cewek lain" balas Iwan.

"Lo bukan tuhan yang bisa dengan mudah liat masa depan" ucap Pian serius.

"Udah ah kok jadi ceramahin gue sih ?" Iwan mulai kesal.

"Lo mah di kasih jalan yang bener malah mau jalan yang gak bener, heran gue" ketus Iqbal.

"O aza ya kan" balas Iwan acuh. " eh iya btw gue kemaren malu bat anjir" sambung nya.

"Naon ?" Tanya Aron.

"Gue kemaren salah masuk kamar, gue kira neng Alay eh ternyata bukan" cerita Iwan.

"Ada yang liat gak ?" Tanya Pian.

"Gue di tegur suster untung aja tu suster cantik" jawab Iwan cengengesan.

Empty RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang