PROLOG

4 0 0
                                    

Seorang gadis bermuka bulat, berbola mata bulat hitam itu keluar dari kamar mandi dengan seragam yang melekat di badannya.

Ia menuju meja belajarnya yang sudah dilengkapi kaca yang cukup untuk berias diri. Disisirnya rambut panjang se-punggung itu ditambah jepitan hitam diatas kiri kepalanya.

Diolesi bedak bayi dan lipcream tak berwarna di bibir pink naturalnya.
"Tutupi dengan senyuman." Ucap gadis itu yang ternyata adalah Disya Verolina dengan tersenyum di depan kaca.

Setelah bersiap-siap, ia segera pergi kelantai bawah rumahnya. Di meja makan ia melihat dinda-- kakaknya sedang makan nasi goreng hanya berporsikan 1 orang dengan seragam sekolah yang sama dengan disya pakai.

"K-ak aku be-berangkat dulu." Ucap disya dengan gugup.

"Hm." Singkat dinda.

"Assalamualaikum." Ucap disya berlalu dari meja makan.

Disya mengeluarkan sepeda yang sudah bersandar di dinding teras rumahnya lalu ia mulai mengayuhkan
Sepedanya menuju sekolah.

Hari ini adalah hari pertama disya memulai pembelajaran efektif setelah kemarin MOS. Menurutnya saat MOS berlangsung itu adalah saat yang sangat melelahkan buka menyenangkan. Bagaimana tidak? Mengapa osis-osisnya selalu menyiksanya bahkan tidak sebanding dengan murid yang lain.

Sesampainya di sekolah ia segera memparkirkan sepedanya ditempat yang sudah khusus untuk sepeda-sepeda.

Disya berjalan di koridor sekolah yang masih sepi. Tujuannya sekarang ialah mading. Tempat pengumuman pembagian kelas, beruntunglah ia berangkat pagian jadi ia tidak harus berdesak-desakan dengan murid yang lain untuk melihatnya.

Mata disya membaca kata perkata untuk mencari namanya sendiri. Setelah ketemu ia beranjak dari mading dan menuju kelas X IPA 2.

Sepanjang jalan ia melihat papan-papan yang berada didepan kelas menyari kelas yang sudah tertera dimading tadi.

"X IPA 4.. X IPA 3.. X IPA 2! nah ini dia." Ucapnya sambil tersenyum.

Matanya menjuru ke setiap sudut kelasnya yang terlihat masih sepi hanya beberapa murid yang sedang bermain ponselnya. Disya melangkahkan kakinya menuju tempat duduk pojok dekat jendela barisan ke 2 dari depan. Diletakannya tas berwarna biru laut itu diatas meja lalu menelungkupkan kepalanya di atas tasnya sebagai bantalan dan disya menutupkan matanya.

Setelah beberapa menit masuk ke dalam mimpinya ia seperti mendengar suara ramai ditelinganya. Disya membuka matanya dan melihat suasana kelasnya yang sudah ramai namun saat ia melihat ke sisi kanan tempat duduknya yang terlihat nasih kosong. Ia menghelakan napasnya.

Kayaknya gak ada yang mau. Batin disya

Disya menelungkupan kepalanya kembali. Namun baru saja ia memejamkan matanya ia seperti mendengar seseorang yang menaruhkan tas ke atas meja dengan kasar. Disya membuka mata dan menengok siapa orang yang duduk di sampingnya. Ternyata seorang perempuan yang sedang menekuk mukanya kesal.

"H-hai nama aku disya." Sapa disya dengan tersenyum mengulurkan tangannya ke badan gadis itu.

"Brisik." Ucap gadis itu ketus.

"So-sorry." Ucap disya menurunkan tangan.

Kring..kring..
Bel masuk sudah berbunyi murid-muridpun mengeluarkan bukunya masing- masing. Disya bisa melihat nama teman sebangkunya itu melalui sampul coklat buku gadis itu.

"Dista Pramesti.. oh nama dia dista." gumam disya sangat pelan.

□▪□▪□

Kring..kring..
Bel istirahat sudah berbunyi.

DisyAgtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang