Prolog# -Kejadian Menyedihkan

7 0 0
                                    

Aku hanya menatap kosong ke arah pria paruh baya yang tergeletak tak bernyawa di hadapanku.

Tanganku lemas. Pikiran ku kacau. Para pria berjas hitam itu pergi meninggalkan rumahku yang sudah kacau balau.

Keluarga ku terlihat mengenaskan. Mereka sudah babak belur karena dipukuli oleh sekumpulan pria berjas tadi.

Kecuali ayah yang tak bernafas lagi. Jantungnya berhenti berdetak karena luka tembak. Ia mati tertembsk oleh pistol yang dibawa oleh salah satu pria berpakaian serba hitam tadi.

Tidak.

Bukan mereka.

Melainkan aku.

Tanpa sengaja, kutarik pelatuk pistolnya namun malah mengarah ke dada ayah. Niat awalku ingin menyelamatkan nya malah jadi membunuhnya.

Tubuhnya bersimbah cairan merah kental. Pakaian nya dikotori oleh darah yang tak henti-hentinya keluar.

Sirine mobil polisi terdengar di telinga ku. Tak lama para polisi itu masuk ke dalam rumahku dan bertanya.

" siapa pelaku atas pembunuhan ini?" tanya polisi itu dengan tegas. Aku tak tau harus melakukan apa.

Kak arkan mengangkat tangannya sebelah. Aku, bunda, dan kak naura menatap tak percaya ke arah kak arkan.

" kak! Ngapain sih? Bukan kakak yg salah!" kak naura menentang pengakuan kak arkan.

" udah gapapa." arkan mencoba menenangkan situasi.

" kalau begitu kamu ikut kami ke kantor polisi" polisi itu lalu memborgol tangan kak arkan dan membawanya pergi.

Kak naura menangis tak terima dengan situasi. Bunda hanya diam namun air matanya tak henti mengalir.

Keesokan harinya, ayah dimakamkan di salah satu pemakaman umum daerah komplek rumahku.

Air mata tak henti-hentinya mengalir dari mata keluarga duka. Doa tak berhenti ku ucapkan untuk ayah. Kak arkan hadir di pemakaman itu. Namun setelah selesai, ia kembali diseret oleh polisi kembali ke penjara.

Kak arkan akan di penjara selama 4 tahun. Padahal kuliah nya akan segera selesai.

Semua orang sudah pergi dari pemakaman. Hanya tinggal diriku saja.

Aku menatap batu nisan ayah dengan mata yang berlinang air mata.

" nih" sebuah tangan memberikan selembar sapu tangan berwarna biru kepadaku.

Suara berat dengan nada yang datar berbicara tepat dibelakangku " lap ingus ama air mata lo. Jelek kalo nangis trus. Dia pasti sedih liat lo nangis kayak gini. Kalo lo merasa bersalah sama dia, cukup minta maaf. Manusia itu tempatnya buat kesalahan."

Tidak. Ini memang salahku. Kesalahan terbesar dalam hidupku. Sebaiknya tak kupegang pistol itu. Jadi peluru itu tak akan meleset dan mengenai dada ayah. Kami juga tak akan kehilangan Kedua orang yang kami sayang.

Aku mengambil sapu tangan tanpa melihat ke arah lelaki itu dan mengelap air mataku.

" gue duluan ya. Sampai jumpa..." lelaki itu pergi dari area pemakaman Menyisakan diriku sendiri disini.

Aku masih menatap makam ayah yang terkena rintikan air dari langit. Sepertinya akan segera hujan. Aku akan pulang saja ke rumah.

***

Rumah keliatan sepi. Tak ada suara candaan arkan lagi. Tak ada teriakan dari ayah yang meminta dibuatkan kopi.

Aku melihat bunda menggeret sebuah koper dari kamarnya. Diikuti kak naura yang menahan bunda pergi.

" bun. Plis jangan tinggalin naura."

" maafin bunda. Bunda gak bisa lagi rawat kalian. Kamu jaga adek kamu baik-baik ya?" aku hanya menatap bingung ke arah mereka.

Bunda mau kemana dengan koper itu?

Bunda keluar dari rumah dan nekat menembus hujan yang kian deras.

Aku menghampiri kak naura lalu menggoyangkan bahunya ringan.

Tapi tangan ku langsung ditepis kasar olehnya.

" semuanya gara-gara lo" ucapan kak naura masih bisa kudengar walaupun dengan volume kecil sekali.

" kalo aja lo gak megang pistol nya waktu itu, ayah gak bakalan pergi. Keluarga ini bakalan baik-baik aja" bulir bening kembali meluncur dari pelupuk mataku.

Memang semua ini salahku. Aku lah penyebab keluarga ku hancur.

Brukk...

Kak naura mendorong tubuhku kasar lalu pergi ke kamarnya. Sekitar 5 menit dia kembali dengan koper ditangannya.

Kak naura mau pergi juga kayak bunda?

" kak! Kakak mau kemana? Jangan tinggalin key!"

" HEH! Denger ya! gue gak sudi ngurusin adek BISU kayak lo. SIAL TAU GAK!!" bentak kak naura. Terdapat penekanan di setiap kata yang ia ucapkan. Terutama kata bisu.

Dia lalu pergi juga meninggalkan aku sendirian di rumah.

Apakah ini hukuman untukku karna menghancurkan keluarga ku sendiri?

Sunyi.

Sepi.

Suram.

Hanya cahaya kilatan petir yang menerangi sejenak.

Aku bingung.

Hanya 1 nama yang terlintas di benakku saat ini.


Kak arkan....








04032020

Hai readers ku tersayang...😁

Aku bek dengan cerita baru. Bukan fanfiction ya. Hehehe...

Cerita lama aku hapus karna udah buntu banget. Masa dari genre brothership jadi ke romance? Bingung jadinya hehe.

Jadi, aku harap kalian bakalan suka ama cerita baru aku:)

Tinggalin jejak please...

Key - 🗝️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang