SAKURA POV
Namaku Haruno Sakura, dan aku terlahir tanpa bantuan Dewi Fortuna. Kenapa? Karena aku selalu merasa kurang beruntung. Bagaimana tidak? Aku sedang menyukai seseorang yang dulu sangat dekat denganku, tetapi kami terpisah karena sebuah peristiwa yang menghancurkan kami. Aku berusaha mengungkapkan perasaanku melalui surat, tetapi dia merobek surat-surat itu dan membuangnya tepat di depan mataku. Sungguh menyakitkan, bukan? Inilah kenyataannya.
Tapi, aku tidak boleh menyerah. Aku harus menyampaikan perasaanku padanya, meskipun dia menolak. Dia harus tahu.
"Hey! Kau sedang memikirkan siapa? Serius sekali sepertinya," goda Ino, sahabatku, sambil menepuk bahuku. Ino Yamanaka, temanku sejak sekolah dasar. Meski sering melempar ledekan, itu tidak menghalangi persahabatan kami. Kami selalu saling mendukung dalam hal apapun, termasuk cinta.
"Hah? Aku tidak memikirkan siapa-siapa," jawabku, berusaha menyembunyikan rasa kesalku dengan nada sedikit tinggi. "Oh? Benarkah? Apakah kau ditolak lagi olehnya?" tanya Ino dengan nada ledekan, seolah itu sudah menjadi rutinitas bagiku. Padahal, baru beberapa kali saja.
"Aku sudah tidak bisa berbohong padamu lagi," jawabku, menghela napas panjang. Ino tertawa mendengar jawabanku.
"Lebih baik kau jujur, Sakura. Bagaimana dia menolakmu kali ini? Merobek suratmu? Membuangnya? Atau melemparnya?" tanya Ino bertubi-tubi, membuatku bingung harus mulai dari mana.
"Dia membalas suratku. Bahkan mencantumkan namaku di sana. Sepertinya dia sudah tahu surat itu dariku. Tapi isi suratnya sangat mengejutkan dan hampir membuatku menangis—" Belum selesai aku menjawab, Ino sudah memotongku.
"Ralat! Pasti kau menangis, Sakura. Bukan hampir!" Ino mengoreksi kalimatku, seolah itu adalah kesalahan besar. Tapi memang benar, aku menangis saat membaca surat balasannya.
"Aku tidak tahu bagaimana membahasnya. Aku juga tidak bisa memaksamu berhenti mengejar cintamu. Tapi, apa kau tidak lelah dengan penolakan yang kau terima, Sakura?" Ino tampak bingung dengan kisahku yang rumit baginya, tetapi tidak bagiku.
"Tidak ada dalam kamus seorang Haruno Sakura untuk merasa lelah atau putus asa," jawabku tegas. "Apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu sebagai sahabat," Ino menepuk bahuku sambil tersenyum. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Sakura! Bagaimana jika kita ke kafe langganan saja? Aku mulai lapar," ajak Ino, sambil mengelus perutnya, disusul tawanya yang renyah. Aku tertawa melihat aksinya. "Ayo saja. Kenapa tidak?" jawabku setuju. Kami bangkit dan melangkah menuju kafe yang kami tuju.
...
Liburan musim panas telah dimulai, dan itu berarti aku tidak bisa bertemu dengannya di sekolah. Aku akan merindukan sosoknya. Pasti. Andai saja aku bisa bersenang-senang bersamanya selama liburan, pasti akan terasa lengkap.
'Drrrrttttt drrrrtttt drrrtttt'
Suara ponselku mengalihkan perhatianku. Tanpa melihat nama yang tertera, aku langsung menggeser tombol hijau.
"Halo? Ada apa?" tanyaku, mencoba membuka percakapan untuk mengetahui siapa di seberang sana.
"Sakura!" Suara melengking itu sudah bisa kuidentifikasi. Suara Ino.
"Kenapa?" tanyaku malas, karena biasanya dia pasti ada maunya.
"Sakura! Hari ini ada konser boy group favorit kita! Ayo nonton bareng! Aku sudah menyiapkan dua tiket!" Suaranya penuh antusiasme. Aku ingin mengoreksi, bahwa itu adalah boy group favorit Ino, bukan kami. Aku hanya menyukai lagunya, sedangkan Ino benar-benar mengidolakan mereka.
"Baiklah, kirim lokasinya. Aku segera ke sana."
Aku menutup telepon tanpa menunggu balasan dan membayangkan omelan yang akan kuterima nanti.
...
"Astaga! Penampilan mereka keren sekali! Mereka juga tampan dengan kostum yang mereka pakai!" Ino tak henti-hentinya memuji. Dari sebelum konser hingga sesudah, dia terlihat sangat antusias, bahkan berulang kali mengungkapkan keinginannya untuk menjadi istri salah satu member. Rasanya, jika aku menjawab dengan cara lain, Ino pasti akan meninggalkanku dan membiarkanku pulang sendiri.
Tiba-tiba, waktu terasa berhenti di antara ribuan orang yang berdesakan. Aku terpaku pada sosok yang baru saja melintas di depanku tanpa menyadari keberadaanku. Kenapa? Kenapa dia tidak melihatku? Apakah aku begitu tidak penting di matanya? Dia tidak tersenyum, tidak menyapaku, bahkan melewatiku begitu saja. Kenapa?!
Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Rasa sakit yang kurasakan semakin menyengat. Momen ini seakan menjadi pengingat bahwa aku hanyalah bayangan dalam hidupnya. Aku ingin memanggilnya, tapi suaraku seakan terperangkap di tenggorokan. Kenapa perasaanku harus sekompleks ini? Kenapa rasa sakit ini tidak kunjung sirna?
Di tengah keramaian, aku merasa sendirian. Di hadapan banyak orang, kenapa aku merasa seolah-olah dunia ini hanya milikku?
TO BE CONTINUE
Author note's
Hello! Vee balik lagi nih difandom ini, membawakan suatu ff yang cetar membahana loh! /buagh /plak
Seperti biasa untuk pair saya sembunyikan dulu hohoho
Mari kita menebak-nebak siapakah pair yang akan saya bawa kali ini hoho
Kalian juga bisa nebak siapa sih cowok yang ditaksir Sakura sampai se-begitunya www~
Sebenernya ini ff remake dari seorang author dari fandom ini, aku ubah sedikit ceritanya biar gak sama banget, buat judulnya juga aku ubah ke lain bahasa
Tapi tenang, aku udh ijin kok XD
Yosh! Sampai disini aja basa-basinya.
Jangan lupa vote dan comment ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Love
FanfictionKisah cinta segitiga antara Sasuke, Naruto, dan Sakura. Naruto ©Masashi Kishimoto Sasuke x Sakura x Naruto #71 on sasusaku