Sebuah Percakapan Kecil

4.1K 567 35
                                    

Beberapa Hari yang lalu
Saat Haruto baru selesai menerima rapor sekolah

"Napa lo? lesu amat?" tanya Hanbin yang baru saja tiba dan langsung melihat adik bungsunya sedang terduduk lesu di kursi teras depan.

"A Mbin pernah gak dibandingkan sama Bang Ibob..."

"Maksud lo?" tanya Hanbin heran dan kini ikut duduk bergabung dengan Haruto.

"Ya... kaya ada orang yang bandingin A Mbin sama Bang Ibob, atau A Mbin sama Kak Dongi..."

"Siapa yang ngebandingin lo?" tanya Hanbin cepat.

Haruto dengam cepat menoleh, kadar kepekaan Aanya ini memang sangat luar biasa.

"Ngga ada..." jawab Haruto pelan. Membuat Hanbin tersenyum. Ia yakin, adik bungsunya itu sedang menyembunyikan sebuah keresahan.

"Aa selalu dapet nilai 90 keatas di rapor..." jelas Hanbin santai, "90 udah jelek dimata Aa."

Haruto menghela nafanya, jika 90 saja jelek. Bagaimana 88?

"Tapi, Bang Ibob nilai rapornya justru gak ada yang 90..." lanjut Hanbin "Paling gede mentok-mentok 85, 87...."

Haruto langsung menoleh kepada Hanbin, tak merasa percaya saat mendengar perkataan Hanbin.

"Dan Bang Ibob gak pernah permasahin nialainya itu..." lanjut Hanbin bercerita. "Tapi liat sekarang, nilai rapornya emang gak bagus-bagus amat. Tapi dia bisa membuka lowongan pekerjaan buat beberapa orang yang sekarang kerja di counternya.

"Mas Jinan juga pernah bilang. Gak ada yang berhak membandingkan diri kamu sendiri. Bahkan jika itu dirimu sendiri."

"Nilai PAI aku 88..." cerita Haruto lesu.

"Itu udah bagus kok..." jawab Hanbin meyakinkan "lagi pula, hidup tak hanya sebatas nilai."

"Uto takut orang-orang di luar sana bandingin Uto sama A Mbin atau yang lain--"

"Ngapain dengerin omongan mereka. Mereka cuma tau nama kamu, mereka cuma tahu sedikit tentang kamu. Mereka gak tahu perjuangan kamu, mereka gak tahu banyak tentang kamu... biarin aja... hidupkan emang gitu. Kita yang jalanin, orang lain yang komentarin." Hanbin langsung menyela perkataan Haruto.

"Uto mau mundur dari Admin lambe..." kata Haruto dan disusul gelak tawa Hanbin.

"Baguslah kalo lo ngundurin diri sebelum gue pecat. Jadi Aa gak perlu ngasih pesangon..." canda Hanbin dan langsung mendapatkan delikan dari Haruto.

"Akhir tahun kita selesaikan semuanya..." kata Hanbin "Setidaknya update tentang pernikahan Bang Ibob. Soalnya doi yang nanggung dosa gibah kita..." jelas Hanbin. "Lagi pula tahun depan lo Ujian Nasional, gue juga udah bakalan lebih sibuk dari sekarang. Jadi, kita lepas akun lambe. Biarkan itu menjadi pekerjaan Uya kuya."

Haruto langsung terkekeh. Seakan ada sebuah bebah yang menghilang saat ia bercerita kepada Aanya.

"Udah ah, jangan serius-serius. Alergi gue..." kata Hanbin dan langsung beranjak dari posisi duduknya, dan pergi untuk masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Haruto yang masih duduk di teras rumah.

Sebuah percakapan kecil di sore hari dengan sang Aa. Hanya percakapan singkat memang. Tetapi, akan Haruto ingat di waktu yang sangat lama.

TBC

Lambe_Hanbin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang