Reritikkan hujan menghilangkan keheningan ini. Menciptakan suasana dingin yang menusuk tulang. Terkecuali untuk dua buah insan ciptaan Tuhan yang berlari-lari ditengahnya. Menerjang reritikan hujan hanya meralaskan banner. Tak ada rasa dingin yang terucap dari mulut mereka. Hanya cekikikan dan senda gurau yang keluar diantara mereka, saling memercikkan air hujan, saling tarik banner. Terlihat bahagia dua buah insan itu. Tak terlihat perbedaan diantara mereka. Namun, ada sebuah tembok besar yang menghalangi kedua manusia itu. Walaupun mereka tau, mereka tetap menerjang hujan bersama. Apakah mereka menyesal dikala merajut hubungan dengan dinding besar sebagai penghalang? Bahagiakah kedua insan tersebut?
YOU ARE READING
Langitmu Langitku, Akankah Mereka Bersatu?
Non-FictionIni tentang aku dan kamu, yang berjuang menjadi kita