Matahari pun keluar dari sarangnya, menandakan pagi hari telah tiba. Akupun terbangun oleh alarm dan merenung. Apa yang harus kulakukan hari ini, apa yang harus dipakai hari ini, apa yang harus kumakan hari ini. Pikiran pun menumpuk dan sontak aku merasa pusing. Kuenyahkan segala pikiran itu dan bersiap untuk mandi, makan, dan bersiap pergi ke kampus. Entahlah aku merasa kenapa kampusku ini harus diluar kota, menepuh 32 km untuk mengejar ilmu.
Aku pun sampai di terminal bus dan bersiap untuk keluar kota. Risih ketika ada orang lain yang duduk disebelahku, earphone menjadi incaranku. Kupakai dengan cepat dan perjalanan ke kampus pun dimulai. Setelah kira-kira satu jam perjalanan, sampailah aku di kampus dan kulangkahkan kaki menuju laboratorium. Banyak orang bilang fakultasku ga berguna. Nyatanya, fakultasku menghasilkan peneliti yang berhasil dan membanggakan almamaternya.
Sesampainya di lab, akupun langsung memakai jas lab dan bersiap untuk praktikum. Namun, praktikum kali ini terasa beda. Banyaknya kakak tingkat yang sangat senior menjadi asistennya. Dan salah satunya si dia, dia yang kusukai diam-diam. Akupun melangkah mendekati meja praktikum dan menunggu asisten. Jantungku berdebar-debar sembari menanti asisten datang. Tak lama kemudian, asisten pun datang. Dan aku pun membelalakkan mata ketika dia berjalan kearahku. Jantungku hampir copot ketika dia mendekati meja praktikum kelompok kami.
Sayangnya, dia hanya sekedar lewat dan menuju meja praktikum lain. Aku pun langsung lemas dan merasa kecewa. Tak lama kemudian, asisten kami pun datang dan kami memulai praktikum. Dikala semua anggota kelompokku senang, berbeda dengan suasana hatiku yang kacau. Setelah hampir tiga jam praktikum tanpa duduk, koordinator asisten pun membubarkan praktikum kami. Teman-temanku pun berebutan keluar dari lab dan mencari tempat yang bisa diduduki.
Sedangkan aku? Hanya bisa berjalan lesu kearah pintu sambil menahan pegal. Ketika langkah kaki ini mendekati pintu, tiba-tiba ada yang menepuk bahu. Hatiku sontak kaget hampir jantungan. Ternyata si dia menepuk bahuku dan memanggil untuk mendekat. Dengan jantung yang berdebar dan cengiran lebar, ku ikuti dia untuk masuk lagi kedalam lab. Dia pun memberikan sekaleng susu dengan pesan "SEMANGAT PRAKTIKUM, JANGAN LESU LAGI DONG! KAN JADI SEDIH JUGA :( "
YOU ARE READING
Langitmu Langitku, Akankah Mereka Bersatu?
Non-FictionIni tentang aku dan kamu, yang berjuang menjadi kita