Kill This Love

944 62 77
                                    

Na eotteokhae nayakhan nal gyeondil su eopseo

(Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahan jika harus bersikap lemah)

Aesseo nunmureul gamchun chae

(Aku harus memaksakan diri menyembunyikan air mataku)

Sarangui sumtongeul kkeunheoyagesseo

(Aku harus mengakhiri cinta ini)

.
.
.
.
.
.

Jinyoung berhenti tepat di hadapan lampu lalu lintas. Menunggu lampu hijau yang segera berganti menjadi lampu merah. Ia pun berjalan melewati zebra cross saat lampu sudah berwarna hijau. Dengan tenang ia berjalan perlahan, raut wajahnya tampak datar hingga akhirnya pemuda manis tersebut sampai di seberang.

Kaki yang tampak terbalut celana kain hitam dan juga sepatu kulit yang berwarna senada tersebut terus melangkah membawa pemuda manis tersebut hingga akhirnya sampai di sebuah gedung pencakar langit di kota Seoul.

Jinyoung masuk ke dalam kemudian memencet tombol lift menuju apartemennya.

Ting

Pintu lift terbuka kemudian pemuda manis itu masuk ke dalam dan memencet angka 5 lalu lift pun mulai berjalan. Hingga tidak sampai sepuluh menit, pemuda manis itu sudah sampai di lantai 5.

Ting

Jinyoung berjalan keluar dari lift kemudian berbelok ke arah kiri. Derap langkahnya terhenti di pintu bernomor 120 kemudian pemuda manis itu memencet sebuah sandi yang berada di samping pintu.

Cklek

Pintu itu pun otomatis terbuka dan langsung di dorong masuk oleh Jinyoung. Pemuda manis itu pun masuk ke dalam dan mengunci pintu. Ia terdiam sejenak sebelum langkahnya terhenti saat suara anak kecil menghampiri rungunya.

"Papa"

Dan setelah suara tersebut, derap langkah kaki mulai terdengar jelas menghampiri rungu Jinyoung hingga satu sosok bocah kecil berlari menujunya dan terlihat jelas semakin mendekat. Tanpa ragu Jinyoung tersenyum kemudian berjongkok dan meraih tubuh mungil yang hendak memeluknya. Membawa tubuh bocah mungil tersebut untuk kemudian ia gendong.

"Niel, rindu papa~" celotehnya membuat senyuman manis semakin mengembang di wajah pemuda tersebut.

"Papa juga rindu Daniel-- sangat" balasnya.

"Papa dari mana? Appa dari tadi menelepon papa tapi katanya tidak di angkat terus" tanya Daniel.

Jinyoung tersenyum kemudian dengan gemas menciumi pipi Daniel membuat bocah tersebut tertawa karena geli.

"Papa habis dari rumah teman dan berbincang sebentar, sayang. Ponsel papa juga di silent jadi papa tidak tahu jika appamu menelepon-- maafkan papa ya" jelasnya.

Daniel menggeleng. "Tidak apa-apa,  papa. Ya sudah ayo masuk-- Niel ingin menunjukkan sesuatu pada papa"

Mendengar ucapan antusias serta binar menggebu di mata sipit milik bocah tersebut membuat hati Jinyoung semakin sakit. Akan semakin sulit baginya untuk meninggalkan semua ini. Namun keputusannya sudah bulat-- ia akan mengakhiri semuanya sebelum melukai dirinya semakin dalam.

WeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang