Awal Mula

65 22 20
                                    

"Ini hasil belajar kamu selama satu tahun Zoan." Pria berkumis tipis berucap. Ia menyodorkan amplop coklat berlabel SMA DANESHA ke hadapan cowok berlagak cuai di seberang meja.

Cowok itu menerimanya. Perlahan membuka dari sisi samping yang terlem. Ia menjilat bibir bawah yang kering akibat dinginnya suasana dalam ruangan. Bisa dipastikan air conditioner disetel dengan derajat suhu paling rendah. Dada cowok itu mulai sesak, ah sial penyakitnya kumat! Dapat ia rasakan denyut jantungnya melambat.

"Saya pikir kamu bodoh." Tutur Pak Guna sarkastik. Pria ini tersenyum miring.

"Saya minta maaf ternyata saya salah menduga." Lanjutnya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan kuku jarinya yang panjang dan agak tajam hingga memberi kesan mengerikan.

Zoan menulikan telinga. Selepas berhasil mengeluarkan isi amplop ia membuka lipatan kertas.

"Kamu tidak bodoh Zoan." Pak Guna kembali ber-aksioma.

Raut wajah Zoan menegang. Ia meringis sambil menggaruk tengkuk.

SELAMAT ANDA TERLEMPAR KE KELAS MIA F. TINGKATKAN LAGI BELAJARNYA YA!

Zoan meremuk kertas terkutuk pemberian pak Guna lantas membuangnya kesembarang arah.

"Tapi kamu adalah bagian dari orang-orang bodoh di Danesha!" Kata pak Guna bengis. Ia menepuk tangan dan menggeleng takjub.

Mengangkat buntut yang lima menit belakangan menempel di kursi. Pak Guna kemudian memutar pinggang melinguk ke kiri dan kanan.

Krekk krokk

Bunyi tulang retak terdengar. Pak Guna kembali duduk.

"Kamu boleh keluar sekarang." Ia mengangkat satu tangan dan mengarahkan jari telunjuk menuju pintu memberi kode see you dada baybay.

"Grazie." Zoan mencebik dan mengacungkan jari tengah sebelum pergi.

"Heran saya jaman sekarang, murid pintar tapi tidak beradab. Untung saja dia masuk kelas F. Biar tahu rasa!" Pak Guna menggerundel sendiri. Ia keki dengan murid badung yang satu itu. Sejak awal menjejaki sekolah ini, aura bengal sudah terpancar di wajah Zoan.

Pak Guna masih ingat rentetan kasus kejahatan Zoan tahun lalu. Yang paling membekas adalah saat Zoan beserta tiga kacungnya telat masuk kelas jadi mereka dihukum berdiri satu kaki didepan kelas bak flamingo berpose pohon dalam yoga.

Entah kemasukan angin apa sekonyong-konyong Zoan menembak bokong pak Guna dengan karet gelangnya. Terdengar sepele namun menimbulkan efek malu tujuh turunan! Pamor pak Guna meluncur ke dasar bumi rasanya.

Mujur kala itu Dirgahayu-nya pak Guna jadilah Zoan di tolerir.

Selang semingu, Zoan kembali berulah. Ketika jamkos, ia sengaja mengoleskan lem tikus cap onta di kursi pak Guna serta menaburkan tiga biji paku jamur diatas nya. Bahkan tak ada satu pun oknum yang mau mencegah perangai Zoan. Karena teman sekelasnya yakin jikalau aksi Zoan berhasil maka ia akan mendapat hukuman paling tidak diskors selama sepekan.

Terkaan kawan Zoan menang telak. Cowok itu menuai ganjaran atas perbuatannya. Kendatipun begitu Zoan betul menikmati liburan gratis yang ia peroleh dengan cara sederhana.

Agaknya itulah segelintir memori pahit yang terselip dibenak pak Guna. Alegori menelan pil pahit selama menyandang status Wali Kelas dan memelihara murid bengal seperti Zoan. Sekarang masanya ia merdeka, lepas dari sasaran kebiadaban Zoan.

Berjaya!

*

*

Setelah liburan musim panas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang