Happy reading all❤
__________"Aku adalah suara yang 'tak dihiraukan, jeritan yang tersimpan dan lara yang membutuhkan pelipurnya."
🍁🍁🌸🍁🍁Nama indah yang diberikan untukku, Mumtaaz. Semuanya biasa memanggilku Tata. Tetapi, jalan takdirku siapa yang tahu? Anak sulung dari 4 bersaudara, tentu menjadikanku harus bersikap lebih dewasa. Namun usia yang masih belum genap 17 tahun, bisa dikatakan emosiku belum stabil. Aku masih sering bertingkah seperti anak kecil. Mudah marah, sering merajuk bahkan menangis.
Keadaan ekonomi membuat Aku dan keluargaku tidak dihiraukan oleh masyarakat. Bahkan, Aku masih ingat cerita ayah. Yakni saat ayah mengeluarkan pendapatnya ketika musyawarah. Semuanya hanya menertawakan! Bukankah setiap pendapat harus dihargai? Apakah harta menjadi urusan yang utama? Semua sama di depan Robbnya, yang membedakan hanyalah takwa. Apakah pernyataan itu salah? Di dalam UUD pun sudah ada pasal yang mengatur tentang hak mengeluarkan pendapat, tetapi setelah mendengar cerita ayah aku mulai berpikir bahwa harta menentukan sikap orang terhadap kita.
________Aku menatap langit dalam-dalam. Keindahan yang terpancar sedikit mengobati penatku setelah tujuh jam setengah menuntut ilmu. Setelah pulang, Aku beristirahat sebentar dan sorenya membantu ibu untuk menjaga adik. Sekarang, waktunya Aku menikmati senja. Ya! Aku cinta senja, malam dan juga hujan.
"Tata." Ibuku memanggil.
"Ya, Bu?"
"Masuk, Nak. Sudah hampir maghrib."
Aku pun langsung masuk ke dalam rumah, tempatku dibesarkan. Tempat yang Aku harapkan bisa mendapat kebahagiaan di dalamnya.
"Andai aku punya kakak." Itu yang terlintas di benakku. Memang dari dulu aku ingin menjadi adik. Tetapi takdir berkata lain, malah aku yang diberi adik.
Azan maghrib mulai berkumandang. Aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannku sebagai seorang hamba.
_________Malam tiba, semua terlelap dalam mimpi dan Aku? Jangan tanyakan hal itu, tentu aku masih terjaga. Suara binatang malam menjadi alunan yang menenangkan. Aku sudah biasa seperti ini, susah tidur malam. Aku mengambil gawai dan memainkannya, membuka facebook dan berselancar di beranda. Tiba-tiba ada notif chat yang masuk.
[Ta]
Dengan cepat kubalas.
[Iya?]Ternyata ia langsung mengetik.
[Belum tidur?][Belum]
[Nggak bisa tidur?]
[Iya, sepertinya]
[Jangan tidur larut malam ya]
[Iya, insyaallah]
[Kangen siapa sih? Kok nggak bisa tidur]
Deg!
Aku bingung harus menjawab apa, sampai akhirnya Aku memutuskan membalas seadanya.[Hehehe ... Nggak kok]
[Buruan tidur gih, besok sekolah loh]
[Iya, kamu juga sekarang tidur. Jangan di kelas tidurnya:v]
[Hahaha ... oke]
Rendy, seoarang yang kukenal lewat facebook. Dia adalah teman seangkatanku, tetapi berbeda kelas. Akhir-akhir ini dia memberikanku banyak perhatian. Bercanda dan berbagi cerita bersama. Hanya dia lelaki yang mampu meluluhkan hatiku.
Ibu dan ayah telah menasehati agar aku tidak pacaran atau dekat dengan laki-laki. Mereka tidak ingin aku terjebak dalam pergaulan bebas. Tetapi masalah Rendy, aku diam menyimpan rapat-rapat. Toh, dia adalah temanku juga.
Jarum jam menunjuk ke angka 12, malam semakin larut dan dia menyuruhku tidur. Bagaimana dia bisa tidur saat melihat akun milikku masih online, tentu dia akan kembali menghujani dengan berbagai pertanyaan. Segera Aku mematikan data, berbaring di kasur dan mulai memejamkan mata.
____________💜______________Hai all,
Bagaimana menurut kalian, ceritanya kurang bagus, yak? Hehehe ... namanya juga baru belajar, maklumin lah✌
jangan lupa krisar-nya, ya. Vote-nya juga😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Terlama | UNPUBLISH
Novela JuvenilCinta, apa arti cinta sebenarnya? Saling berbalas rasa ataukah mengawali rindu dengan temu dan berakhir candu? Lantas, bagaimana dengan yang diam-diam memendam rasa? Bisakah cinta tetap setia tanpa ada sapa? Ini bukan cerita romance Qais yang dijul...