Random1

73 7 0
                                    

Happy reading 😂

*****

Suasana di ruang makan keluarga Mark pagi itu terlihat sedikit tegang. Mark dan seorang lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu saling melempar tatapan tajam seolah mempunyai dendam kesumat yang belum terlaksanakan.

Rina yang datang dari dapur dengan membawa makanan untuk sarapan itu mengernyit bingung. Dia merasa ada hal yang tidak beres antara kedua putrannya.

"Ada apa sih, Jae?" wanita paru baya itu akhirnya bertanya kepada putra sulungnya. Dia sudah tidak bisa membendung rasa penasaran.

Sedangkan Jaehyun, yang ditanyai langsung memasang senyum semanis mungkin. Sampai lesung pipitnya terlihat jelas di mata sang mama. "Nggak papa Ma." kemudian menggeleng pelan untuk meyakinkan Mamanya.

Mark yang ikut melihat kejadian itu mendecih sinis. Halah bulshit. Dia sedikit salut dengan kelakuan abangnya ini yang seringkali membuat dirinya muak. Bisa-bisanya dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa kepada sang Mama setelah melakukan perdebatan sengit tadi.

Coba saja kalau tadi Mamanya itu tidak keluar membeli bubur di depan. Pasti abangnya itu sudah di omeli oleh sang Mama. Dan bukannya malah membangga-banggakannya seperti sekarang ini.

"Iya Mark. Besok kalo udah lulus sekolah, kamu contoh tuh abangmu. Jadi anak pinter dan bisa ngehandle semua perusahaan yang Papa kamu wariskan," ucap Rina di sela-sela kunyahannya.

"Dengerin tuh nasehat Mama. Tiru gua, jangan hidup semau lo aja kalo mau sukses. Apa lagi punya hobi kok unfaedah gitu," sahut Jaehyun abangnya dengan senyum sinis. Seolah merasa senang sudah menajadi anak kebanggaan Mamanya.

Mark hanya diam. Ingin sekali dia mengumpat sejadi-jadinya. Tapi dia juga tidak ingin terlihat lemah dihadapang sang abang sekarang. Apalagi masih ada Mama yang pasti akan membela Jaehyun mati-matian ketika Mark coba menjelaskan kelakuan Jaehyun yang sesungguhnya. Karena pasti Mamanya juga tidak akan pernah percaya dengan apapun yang Mark katakan nantinya.

****

Pagi ini Mark datang kesekolah lebih pagi dari biasanya. Kalau bukan untuk menghindari ocehan sang Mama, sebenernya dia juga tidak mau datang sepagi ini. Dimana suasana di sekolah masih sepi.

Tapi ada untungnya juga sedikit sih. Kalau biasanya dia selalu kebagian lahan parkir yang terpapar sinar matahari, sekarang dia bisa memarkirkan motornya ditempat yang teduh.

"Aduh, ganteng bat dah gua hari ini. Yo i kaga bruh?" tanya Haechan yang kebetulan parkir di samping Mark. Dengan tangan yang tak henti menyisir rambut coklatnya sambil terus berkaca di spion kiri motornya.

Mark belaga celingukan. "Lo ngomong ama gua?" tanyannya kemudian menampilkan wajah polos.

Pertanyaan itu membuat Haechan menghentikan aktivitas ngacanya. Kemudian menatap Mark dengan menelan senyum masam. "Kaga! Gua kaga ngomong ama lo. Gua ngomong ama knalpot rx king depan tuh!" ucap Haechan sedikit ngegas.

"Oooh, bukan ngomong ama gua toh," balas Mark ber oh ria.

"Bajhigur!!! Gua kaga serius Markonah. Kalo bukan ngajak lo ngomong tarus gua ngomong ama siapa dodol? Orang disamping gua cuma ada lu doang begini," sungut Haechan tambah greget. Ingin rasanya melempar kepala Mark dengan spion motor. Tapi dia juga masih punya perasaan. Bagaimana nanti kalau motornya cuma spion satu, kan kasian jadi jomblo. Cukup Haechan saja yang jomblo. Spion jangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang