"Saya terima nikah dan kawinnya Ananda Keyla Shaqueena binti Ashraf Athaya Tegar dengan mas kawin seperangkat alat salat dan dua puluh lima gram emas dibayar tunai!"
"Bagaimana para saksi, sah?"
"SAH!"
"Loh, apa-apaan ini? Kok, nama aku disebut-sebut? Bentar, suara tadi aku keknya kenal deh," gumam Key yang baru saja tiba dan terpaku di depan pintu gerbang dengan para tamu menatapnya aneh.
Tak menunggu lama—dan tak menghiraukan tatapan para tamu—Keyla langsung memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Key membuat semua orang yang ada di dalam refleks menengok ke arahnya.
"Waalaikumsalam wa—nah, kebetulan sekali mempelai wanitanya tiba. Kemari sayang," sambut sang mamah dengan menghampirinya.
Keyla yang bingung hanya manut saja ketika sang mamah merangkul dan menuntunnya mendekati mempelai laki-laki yang tersenyum lebar. "Ayo dicium dulu tangan suaminya," tegur pak penghulu membuyarkan lamunan Keyla.
Lagi-lagi Keyla menurut saja, seolah ini hanya mimpi belaka. "Tak perlu dimake up pun kamu sudah cantik, Nanda."
Cup. Hangat dan nyaman saat bibir itu mencium keningnya. "Kenapa Bapak bisa di sini?" Pertanyaan pertama yang bisa Keyla ucapkan ketika ia mencoba membuktikan bahwa ini hanyalah mimpi belaka.
"Karena sudah takdirnya saya berada di sini, Nanda," jawabnya menghiraukan tatapan penuh tanda tanya di mata istrinya.
"Ekhem! Jangan lama-lama tatap-tatapannya, Bim. Pak penghulu mau menikahkan calon suami istri yang lain," goda Atha membuyarkan kebingungan yang mulai tercipta.
Bima terkekeh mendengar teguran sang papah, sedang Keyla tersenyum malu. "Iya, Pah. Maaf, Bima khilaf."
Setelah meminta maaf, pak penghulu kemudian menjelaskan kewajiban seorang suami terhadap istrinya begitupun sebaliknya. Memberi petuah-petuah untuk rumah tangga keduanya agar sakinah mawadah warahmah. Dan yang terakhir menandatangani buku nikah.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi, masih ada yang harus saya nikahkan kembali," pamit pak penghulu.
"Iya terima kasih banyak, Pak, atas waktunya. Ini ada sedikit jamuan untuk Bapak selama di jalan. Sekali lagi terima kasih," balas Atha mengantarkan pak penghulu menuju kendaraannya.
Setelah merasa cukup jauh dari jangkauan sang papah, Keyla pun meminta Bima mengikutinya ke sudut rumah. "Kita perlu bicara!" pinta Keyla tegas.
"Tapi tamu bagaimana?" tanya Bima memastikan bahwa sebentar lagi Keyla akan membawanya ke tempat yang lebih pribadi.
"Saya perlu ganti baju, ayo!" ajak Keyla tanpa sadar menarik lengan Bima.
Bima yang berada dibelakangnya cukup bersorak, "YES!"
°°°
Ceklek.
"Huft." Keyla bersandar dibalik pintu kamarnya yang terkunci dan bodohnya tanpa ia sadari ada Bima di sana bersamanya.
"Bicara soal apa?" ucap Bima menyadarkan Keyla.
Keyla membulatkan matanya, "Sejak kapan Bapak ada di kamar saya?" tanyanya dengan nada cukup tinggi.
"Sejak kamu membawa saya ke kamar kita," balas Bima mendekati Keyla.
Keyla gugup dan Bima tersenyum kemenangan. "Ba—bapak mau ngapain?" tanya Key berusaha meminimalisir kegugupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berikan Aku Alasan (Mendadak Nikah)
ChickLit"Saya tidak tau perasaan saya saat ini itu seperti apa, yang pasti saya takut kehilangan kamu." "Jangan egois, Mas. Dari awal cerita kita dimulai pun aku tidak tau apa yang seharusnya aku sikapi." °°° Berikan aku alasan, apa yang membuatmu membaca k...