****
***
**
*"Aku kembali"
Satu notif masuk ke ponsel ku.
Dari nomor yang masih ku simpan sampai sekarang.
Ada apa.
Kenapa.
Padahal sudah lama tidak mengirim pesan. Padahal aku berpikir dia sudah ditelan bumi.
"Balas elah"
Masih saja semenyebalkan dulu.
Namanya Dionil Revan zinlyn.. si anak mami. Lelaki tampan yang kemana-mana pakai mobil gak mau pakai motor. Selalu memilih-milih tempat tongkrongan.
Dan hanya dengannku. Lelaki itu berkata beberapa kali mau menggunakan kendaraan roda dua itu
Dia masih ingat. Sangat ingat. Saat lelaki itu selalu menjadi pusat perhatian.
Sampai dia tidak ingat kapan dia mulai dekat dengan lelaki itu.
Padahal seingatnya. Mereka dulu hanya sebatas teman kerja kelompok ditahun pertama mereka kuliah.Dan lelaki itu yang selalu ingin duduk disampingnya saat mereka satu kelompok.
Dia tidak mengerti kenapa?
Dan kemudian lelaki itu pindah kampus keluar kota. Dan sejak itu mereka sudah jarang bertemu. Sampai akhirnya malam itu. Malam yang menjadi awal semuanya
Dan mereka lost kontak.
****
"Masih gak dibalas" Antonio Revan Zinlyn. Memberengut kesal menatap heran pada ponselnya. Yang masih terdiam tidak menunjukkan akan ada notif masuk dari nomor yang masih dia simpan sampai sekarang.
Dia tidak tahu mengapa masih menyimpan nomor gadis itu.
Padahal setahunya. Dia akan muak dengan para wanita yang membuatnya kesal
Dan gadis itu pernah membuatnya marah
Berpikir dia tidak mampu menjadi apa yang wanita itu mau
Wanita itu berubah menyebalkan malam itu saat dia berkata dia menyukai gadis itu.
Monalisa Putri Nugroho
Gadis manis yang tidak ada cantik-cantik nya.
Tapi senyum gadis itu membuatnya tertarik. Terlalu sinis terkadang, tapi terlalu polos disaat tertentu.
Dan Selalu satu kelompok belajar dengannya. Saat dia satu universitas dengan Mona.
Tapi sudah 4 tahun lalu dia pindah ke kampus lain di kota yang berbeda dengan Mona, dan sejak itu mereka mulai jarang berkomunikasi
Tapi tidak dia pungkiri. Dia nyaman dengan gadis itu. Gadis itu berbeda dengan gadis lain
Mereka nyambung. Walaupun dia tahu. Mona membuatnya harus aktif berbicara.
Mona sedikit pendiam tapi apapun yang dia lakukan seburuk apapun itu. Mona masih menatapnya biasa saja. Tidak menatapnya jijik. Atau apapun itu.
Tapi mengapa?. Saat dia menyatakan perasaannya. Kenapa Mona bukan langsung menerimanya saja .
sialan!.
Malam itu dia memang hanya berniat bercanda saja. Tapi jawaban gadis itu benar-benar mengujinya.
Munafik.
Padahal sudah jelas. Mona menyukainya
Seharusnya. Dengan menerimanya sebagai pacar. Mona akan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Just Friend?
RomanceIni hanya tentang takdir rumit yang kita jalani. Kisah pelik yang menahan kita sebagai tokoh utama. Sampai akhir perjuangan menemukan solusi, kita masih saja berputar-putar bagaikan dalam labirin penguji. "Aku sahabat mu, dan aku mencintaimu" Kamu s...