.
..
.
Check
.
This
.
Out
.
!!!
.
😁😁😁
.Terik matahari terasa telah membakar semua hal yang terkena sinarnya. Termasuk pula kulit putih seorang laki-laki yang baru saja keluar dari salah satu gedung fakultas tempatnya menuntut ilmu saat ini. Kemeja birunya terlihat mulai basah oleh keringat. Namun, langkahnya harus terhenti saat sebuah tangan menariknya menuju ke tempat yang lumayan sepi.
Tatapan keduanya bertemu dan terpaku dalam waktu beberapa detik. Keduanya pun berakhir saling diam dan sama-sama salah tingkah.
“Fluke Natouch, apa benar kau seorang gay?” tanyanya to the point.
“Pasti mereka yang memberitahukannya pada P'Ohm 'kan?” jawab Fluke sambil menunduk.
Ya, yang menarik tangan Fluke barusan adalah Ohm Thitiwat. Salah satu dari ratusan mahasiswa fakultas sastra yang merupakan senior Fluke sendiri. Ohm adalah mahasiswa populer yang lebih memilih sibuk dengan urusan skripsi daripada peduli tentang kabar yang sudah beredar tentang Fluke selama ini. Dan, yang paling penting adalah ia sempat tidak percaya.
“Aku dengar dari beberapa temanku kalau seminggu yang lalu kau sempat di-bully habis-habisan. Apa itu benar?” Ohm terlihat penasaran.
“Memang benar. Apa kakak tidak melihat kalau memar di wajahku belum hilang?” Fluke menatap Ohm sekilas dan kembali menunduk.
“Angkat kepalamu. Jangan menunduk karena aku tidak suka,” kata Ohm begitu tegas.
“Semua orang sama saja. Kalian semua datang hanya untuk mengintimidasi diriku,” ujar Fluke dengan suara berbisik yang masih bisa didengar dengan jelas oleh Ohm.
“Aku tidak datang untuk itu.” Ohm tersenyum sambil mengacak-acak rambut Fluke yang berwarna kecokelatan tersebut.
Sementara Ohm memperlakukannya dirinya begitu manis, Fluke sendiri justru sudah tersipu malu. Entah karena apa, tetapi yang jelas Fluke bisa merasa begitu nyaman berada di dekat Ohm yang notabenenya baru saja bertatap muka dengannya sekitar lima menit yang lalu.
Tidak mau terlalu lama di tempat tersebut, Ohm pun mengajak Fluke untuk pergi ke café langganannya. Ia berniat untuk bisa lebih dekat dengan Fluke yang dianggapnya berbeda dari orang-orang pada umumnya.
Saat ini keduanya sudah sampai dan tengah duduk berhadapan sambil menikmati minuman masing-masing. Ohm dengan americano dan Fluke dengan jus apel susunya. Ohm terlihat biasa saja, tetapi Fluke justru terlihat gelisah dan salah tingkah.
“Santai saja. Mereka menatap kita karena iri padamu yang tiba-tiba bisa dekat denganku,” kata Ohm dengan santainya tersenyum manis.
“Iya, P'Ohm." Fluke tersenyum kikuk.
“Omong-omong, baru kali ini aku bertemu seseorang yang suka minum jus apel yang dicampur dengan susu.” Ohm memperhatikan gelas Fluke yang isinya sudah tinggal setengah.
“Akan memang aneh. Sampai perasaanku pun menyimpang,” ujar Fluke yang kemudian tersenyum getir.
“Sekali lagi kau merendah dihadapanku, lihat apa yang akan terjadi.” Ohm pura-pura mengancam laki-laki dihadapannya itu agar bisa lebih menghargai diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ada Bukan Untuk Di-bully
FanficHidup dalam keluarga yang sederhana membuat seorang Fluke Natouch harus bisa bertahan hidup dengan caranya sendiri. Terlebih lagi lingkungannya masih menganggap tabu tentang hal-hal yang berbanding terbalik dengan norma-norma yang ada. Termasuk tent...