"Oribel?" Suara familiar menganggu telingaku disaat aku sedang berjalan melewati koridor sekolahku, saat aku berbalik aku mendapati Vailla-sahabatku sedari JHS-menatapku dengan wajah sumringah. Seakan aku tahu bahwa ia akan membawakan kabar buruk, lantas aku memilih melanjutkan langkahku. "Bel? Oh, ayolah. . ."
Aku menghela nafas panjang dan berbalik meski rasanya berbalik saja aku malas. Mataku menatap kedua mata coklat cerahnya dengan sinis. "Apa, apa, dan apa?"
Vailla mendecak kesal kemudian mengutak-atik isi tasnya, mengernyitkan kedua alisku, pun Vailla tersenyum sebelum menunjukkan secarik kertas di hadapanku. "Lihat ini, oh, kupikir kau akan berteriak sebelum kau membaca kertas ini sampai habis!" Pekik Vailla dengan semangat-terbukti dari raut wajah bahagianya.
Pun aku merampas kertas yang Vailla pegang dan melihat isi kertas itu, belum sedetik aku membaca atau bahkan bernafas, langkah cepat aku berbalik memunggungi Vailla. "O-obel? Apa yang terja...-"
"KAU SERIUS?! KAU SERIUS AKAN MEMBAWAKU MENONTON KONSER 5SOS MINGGU INI?! OH MY GOD, VAILLA! BIARKAN AKU BERTERIAK!"
Jantungku seakan ingin meloncat keluar dari tubuhku, saat mengetahui beberapa hari lagi aku akan bertemu dengan 5SOS, atau lebih tepatnya menonton keempat pria tampan tersebut sedang bernyanyi. Pun aku menarik frustasi rambutku ke belakang kemudian melihat kembali kertas dengan foto keempat pria itu yang terpampang jelas pada kertas-ralat tiket maksudku. "Oh, fuck it. Aku tak akan membiarkan hari minggu ku sibuk. Aku harus bertemu mereka, harus...-"
Vailla menyentuh pundakku, raut wajahnya seketika berubah dengan helaan nafas yang begitu berat pula tentunya. "Kau tak akan bisa pergi, Bel. Tak akan bisa."
Refleks aku menatapnya heran, ada rasa terkejut yang sangat saat Vailla mengatakan bahwa aku tak bisa ikut. Aku nyaris menampar wajah mulusnya saat dia berkata, "Kau tak akan bisa ikut tanpaku, Bel! Kita berdua pergi kesana, berdua!"
Dan di tengah koridor sekolah yang mulai ramai akan siswa-siswa, aku dan Vailla menari-nari bahagia, tertawa bersama dalam larutan kebahagiaan yang tercipta hanya karena secarik kertas itu. Rasanya, bertemu dengan mereka membuatku ingin terjun dari lantai 3 sekolahku, oh, Tuhan. Dan yang pastinya aku akan bertemu dengan Luke. Lelaki tampan nan jauh di sana, dan yang berhasil membuatku sehari saja tak berteriak karenanya.
"You look so perfect standing there
In my American Apparel underwear
And I know now, that I'm so down. . . Hahaha." Tawa kami seraya bernyanyi dengan oktaf tinggi, saling berangkul di jalan menuju kelas, dan tentunya dengan beberapa pasang mata yang menatap sinis ke arah kami. Oh, bitch, bahkan aku tak perduli dengan tatapan kalian. Fuck about that.**
"Vai, apakah baju ini sudah pas untukku?"
"Fuck you, Bel, rok ini terlalu ketat padaku."
"Vai, kenapa kau biarkan aku memakai rok gantung macam ini!"
"Bel, di mana alat make up mu kau taruh?"
"Vai, sepatuku hilang!"
Rasanya aku ingin membakar hidup-hidup diriku sendiri, bagaiamana tidak? Disaat semua wanita-wanita sedang dalam perjalanan menuju stadium, aku dan Vailla masih sibuk mementingkan penampilan? Oh, please. Ini sangat membuang waktu.
Untungnya kejadian tersebut sudah berlalu sejak lima belas menit lalu, dan sekarang aku berdiri di sini, ditengah ratusan orang berdesak-desakan, teriakan serta pekikan nyaring, aku bersama Vailla dengan semangat yang berapi-api, berhasil mendapati tempat terdekat dimana aku bisa melihat Luke dari dekat. Atau mungkin jika takdirku hari ini bagus, Luke bisa menggapai tanganku.