afrstone ✔

168 16 5
                                    

➰➰

Menyimpan rasa pada seseorang? Hm, kemungkinan besar semua orang pernah merasakannya. Pertanyaannya adalah; apakah mereka membalas perasaanmu?

Mungkin pernyataan di atas benar-benar menusuk hati Bella yang paling dalam. Pasalnya ia mengagumi—bahkan menyukai seseorang, lebih tepatnya ialah teman sekelasnya. Namanya Luke, dan miris rasanya jika pada kenyataannya, Luke tidak membalas perasaan Bella. Karena terbukti, Luke sendiri memiliki 'crush'.

Mereka sudah berteman semenjak mereka satu kelompok disemester lalu. Dan dari situ mereka dekat, tak jarang Luke bercerita tentang crush nya.

Bertepatan hari ini, Bella cukup beruntung, karena ia kembali sekelompok dengan Luke. Agak gerogi, sih, namun ini kesempatan yang besar untuk lebih dekat dengan Luke, semoga saja semuanya berjalan lancar sesuai yang ia harapkan. Saat seisi kelas telah bubar, Bella masih merapihkan buku-bukunya.

“Bella!” Seru seseorang dari balik belakang Bella, ia berbalik dan mendapati Luke tersenyum padanya. Senyumnya terlalu lebar sampai-sampai Bella tertawa kecil. Luke memang terkesan sedikit bandel, namun pada dasarnya ia adalah lelaki yang baik dan penuh keromantisan. “Kenapa merapihkan buku saja sangat lama?”

Alis Bella tertarik ke atas, “Memangnya ada apa?” Sejenak Luke mendesah kecil lalu menarik bangku di samping Bella dan mendudukinya.

“Kita ingin mengerjakan kelompok, bukan? Oh, ya, Bells. Aku ingin bercerita padamu,” Bella tersenyum lalu memutar kedua bola matanya.

“Cerita saja.”

“Aku ingin menembak Kiernan, tetapi bagusnya aku memberi apa? Lagipula kemarin aku sempat berkata padanya bahwa lusa ada kejutan untuknya, yaitu aku akan menembak Kiernan.” Ujar Luke masih memasang senyumnya, sementara disisi lain Bella menggeram kesal. Tidakkah lelaki di hadapannya ini mengerti satu hal saja.., yaitu Bella menyukai dirinya.

“Uhm, bagaimana ya? Kupikir memberikan bunga dan coklat saja sudah cukup.” Respons Bella dengan nada cuek seperti tak begitu terima atas pertanyaan Luke. Kontan ia berdiri dan berjalan mendahului Luke.

“Bella! Ya ampun, tunggu!”

++


Sudah dua jam berlalu semenjak Bella dan Luke mengerjakan tugas kelompok mereka. Sepanjang mengerjakan, mereka sesekali tertawa karena lelucon yang dilemparkan satu sama lain. Dan Bella merasa sangat nyaman, tak ada yang lebih nyaman selain berada di dekat Luke, sedekat ini.

Bahkan Bella berani bertaruh untuk yang pertama kalinya; seluruh lelaki yang mendekatinya akan ia tolak, hanya untuk tetap memilih berada disisi Luke. 

“Hahaha, akhirnya selesai. Oh, ya, mengenai Kiernan.., aku sepantasnya mengajak ia bertemu di mana, Bells?” Pertanyaan itu, pertanyaan yang membawa-bawa nama Kiernan. Dalam sekejap keadaan perasaan Bella berubah, bibirnya menekuk ke bawah dan Luke yang melihat perubahan ekspresi itu, mendesah kecil.

“Hey..., apa aku salah berbicara?”

“Tidak, aku sedang berpikir. Mengapa tak kau ajak dia ke restoran saja? Biasanya seorang perempuan akan merasa bahagia, jika hari jadi mereka dengan pasangannya di tempat yang indah. Dan kupikir restoran adalah salah satu tempat yang indah.” Jelas Bella tanpa sekali melirik ke arah Luke, ia memilih untuk mencorat-coret pena di atas kertas putih miliknya. Andai saja ia bisa memilih; ia tak ingin menyukai lelaki di hadapannya ini yang bahkan tak pernah menyimpan rasa padanya.

“Restoran? Uhm, baiklah. Sudah jam lima sore, aku pulang dulu ya, Bells. Terima kasih atas hidangan air putihnya,” Ejek Luke lalu menarik tasnya dan pergi melesat meninggalkan Bella.

americanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang