Part 2 Semua Berawal dari Hujan

2.8K 46 2
                                    

Hujan akhirnya turun lagi..

Setelah berbulan-bulan Jakarta tidak diguyur hujan, akhirnya hujan turun lagi. Kupandangi jam tanganku, sudah saatnya aku pulang.

Kurapikan pakaian dan jasku, aku keluar dari ruangan loker sembari menunggu seseorang yang bertugas setelahku.

“Woy bro! Makin ganteng aja!!” ucapnya. Lalu aku menoleh ke sumber suara itu, tenyata Kevin.

Kevin, temanku. Teman sejak SMA, kuliah, dan hingga kini kami bekerja di tempat yang sama. Kevin adalah satu-satunya sahabatku. Aku punya banyak teman, tapi cuma Kevin sahabatku. Dia yang mengerti keadaanku serta kekuranganku.

“Woy.. hahaha, maaan lu bengong kenapa? Capek banget kayaknya. Rame banget tadi?” sembur Kevin seraya melihatku hanya menatapnya tanpa berucap sepatah katapun.

Aku pun tersadar dari lamunanku..

“Eh maaan, hahahaha engga. Eh iya lumayan laaah. Kan gue lanjut dari shift malem di belakang bray!” sahutku

“Oia maan, gue juga lanjut ni hari nih. Sore di depan, malem di belakang. Belakang aman gak?” timpal Kevin.

“Amaaan braaay, kemaren tapinya, secara gue gitu yang jaga hahahha.” Sahutku.

“Anyway diluar hujan tuh. Lu kalo maen inget pulang inget kesehatan. Abis begadang lu babat hujan juga gak bae. Ingeeet yeee, mentang-mentang ketemu hujan lupa diri lo” cerocos Kevin.

“Iyaaaa ampun nyaiii hahahha. Macem bik Inah aja deh aaah” sahutku seraya meledek Kevin

Sesaat itu pula headset putih kecil kesayangan Kevin melayang di kepalaku “Wadaaaaww…” walaupun sebenarnya tak sakit “Woy Vin, hahaha, ampun broo” ujarku di sela tawa.

“ Ini anak dibilanginnya hahahaha” ujar Kevin

“ Oke sip, eh vin gue balik ah. Tar keburu hujannya udahan. Gue mau mampir dulu ke Mama..” jawabku.

Sesaat kulihat air muka Kevin berubah menjadi sendu tak lama ia kembali menyunggingkan senyuman khasnya “Oh ke tempat Tante, gue nitip salam jugaaa, ahh lo mah ke tempat Tante gak bebilang!”

“Lah kan dadakan piiin, udeh ah lo bawel, gue balik yeee. Aman ye broo tar malem,gue besok pagi jaga belakang nihh” sahutku seraya mengambil tasku dan mengeluarkan kunci mobil.

“Yoi dah BHAY MAKSIMALLL BRADER” sahut Kevin dibelakangku. Aku membalasnya dengan senyuman mautku.

Alay bgt dah sohib gua, batinku. Aku pun berjalan menyusuri tempat ini, sambil sesekali tersenyum saat orang-orang sekitar menyapaku.

Aku tiba di lobby dan hendak melangkahkan kakiku ke parkiran, tapi hujan deras sekali. Anginnya sungguh kencang.

“Yaah deras bangeet..gimana ke mobil nih, bisa basah kuyup deh” aku bicara seorang diri sambil tersenyum.Yaaa walaupun hujan sangat deras tapi aku tetap menyukainya, aku menyukai hujan.

“Mobilnya parkir dimana? Mau bareng sama payung saya? Saya juga mau ke parkiran kok.” Suara seorang gadis mengalun di kananku.

Sesaat aku tertegun, apakah ada yang mengajakku berbicara, akhirnya kupaksakan diri untuk menoleh. Aku terkesiap saat aku menoleh ke sumber suara itu.

Dua mata bulat yang indah, dibingkai oleh bulu mata lentik dan barisan alis mata tebal hitam, menatapku dengan tatapannya yang menyejukkan. Angin menghempaskan rambutnya ke belakang, sehingga aku bisa dengan jelas menelusuri wajah gadis didepanku.

“Cantik…”gumamku

“Hah? kenapa? Gimana? Jadi ga bareng?” tanyanya sambil mengedipkan kedua mata.

Ya Tuhan, bidadarimu hilang satu gak sih?soalnya ini ada satu didepanku.....

“Halooo, hey hey! Kl gak mau yaa saya duluan ya” sahutnya

“ Eh tunggu tunggu, boleh deh.” Timpalku

“Okee, mobilmu yang mana?” tanya gadis itu.

“Itu, yang hitam yang nomornya B 26 MAS” jawabku sambil menunjuk kearah mobil hitamku.

“Ooohh yang itu, untung dehh. Mobil saya juga deket situ. Itu yang putih yang nomornya B 1510 PL” ujar gadis itu.

“Yuk buruan, makin deras nih” ucap gadis itu.

“Okay, makasih yaa. Sini saya aja yang bawa payungnya” ajakku sambil mengambil payung dari tangannya dan mengajak berjalan bersama.

Mobil kami memang terparkir berdekatan, entah ini takdir atau bukan. Mobil gadis itu terparkir lebih dekat sehingga aku mengantarnya terlebih dahulu.

“Udah, kamu aku antar dulu aja. Kasian perempuan kehujanan, nanti kamu sakit lagi..” ucapku setengah berteriak di tengah hujan yang deras.

“ Iya deh, makasih yaaa. Udah kamu pegang aja payungnya nanti kehujanan lagi. Nah udah yaaa saya duluan. “ seru gadis itu. Bruk. Pintu mobilnya pun tertutup.

Aku berlari kecil agar mempercepat langkahku sampai di mobil. Aku masuk dan kuambil napas panjang.

“Alhamdullilaaaaah…..eh tapi ini balikin payung dia gimana? Aduuh namanya aja gue gak tanya. Yaaaahh “ sesaat aku sadar aku belum berkenalan gadis cantik yang baik hati itu. Cukup menyesal aku dibuatnya.

“Yaaa kalo jodoh mah gak kemana lah, amiiiin” doaku sambil tersenyum.

Aku, Kamu, dan Hujan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang