"Hidup ini--- penuh kegelapan."
-----
Mobil hitam berkendara di atas rata-rata menuju sebuah perusahaan yang menjulang tinggi ke langit. Menemui seseorang yang dengan tega membuatnya larut dalam kepahitan dunia dengan jangka waktu yang lama.
Axel, bahkan tidak tahu kepan kesedihan yang menusuk dada ini berakhir. Setiap dia mencoba mengalihkan pikiran, ada saja hal yang membuatnya beralih memikirkan masalalunya.
Rasa sakit yang orang itu ciptakan membuatnya berpikir tuhan tidak mencintanya.
"Tuan muda?" Wanita itu memanggil pemuda dengan wajah layaknya dewa mitologi yunani, pemuda blesteran Indonesia-belanda dengan wajah yang luar biasa dan matanya dingin seakan menyihir siapapun yang ditatapnya. Wanita itu seakan tidak percaya Putra Natasha Stewart dan Glen Mahardhika berada di depannya sekarang.
Banyak orang yang membicarakan pewaris ini, tapi tidak ada yang pernah bertemu langsung dengannya.
"Dimana ruangan Tuan Glen Mahardika?" Tanya pemuda itu setelah membuka kacamatanya.
"Ayah tuan tidak berada di sini--"
"Kemana dia?" Potongnya cepat.
"Meeting dengan pemimpin besar Aus Group."
Pemuda itu mengangguk mengerti, "Kakak ada, gak?"
"Axel!"
Axel berbalik dan mendapati wanita dengan celana formal dan baju yang rapi menatapnya sambil tersenyum. Kakak keduanya, Sisilia Ruby Stewart.
Sisilia lari pelan dan memeluk Axel walau Axel masih canggung membalas pelukan itu.
Sisilia mengajak Axel untuk jalan menjauh dari receptionis, "Saat kamu ninggalin rumah ke belanda dulu, tinggi kamu segini-" Sisilia memegang pinggangnya. "Sekarang kamu ngalahin tinggi Kakak"
"Kita... seakrab ini?" Pertanyaan Axel sukses membuang langkah Sisilia berhenti, Sisilia melepaskan rangkulan nya di tangan Axel, dia mulai memang berlebihan karna terlalu senang.
"Kita emang gam akrab, tapi kakak bisa berusaha agar kita dekat.." ujarnya dengan yakin.
"Axel pengen kembali ke Oma di belanda, gak perlu bersusah payah dekat sama Axel."
"Kamu baru sampai udah pengen pulang?"
Axel mengangguk mengiyakan, "Axel gak pernah betah satu negara sama Tuan Glen Mahardika." kata Axel memutar matanya malas.
"Tapi kata ayah semalam Axel akan tinggal disini. Axel akan pindah sekolah disini,"
Axel tertawa mencemooh. "Setelah membunuh Mama, dia berani ngatur hidup Axel?"
"Dek, ayah bukan pembunuh!" Sisilia menekankan hal penting yang harus Axel ketahui. Untung kantor sepi karna jam istirahat.
"My son?" Suara itu terdengar di telinga Axel. Dia sungguh benci mendengar Glen memanggilnya.
Axel balik ke sumber suara. Ada Glen Mahardhika yang menyerahkan tumpukan map kepada Sisilia tanpa melepas tatapan itu kepada putra tunggalnya. "Panggil Charlotte dan Tania ke ruangan ayah,"
"Iya, Yah."
"Dan kau tuan muda, ikut ayah."
"Anda tidak punya hak atas itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA AULIA
Teen Fiction"Kalau aku menghilang dari hidup kamu, itu adalah yang terbaik. Tuhan selalu menggantikan apapun lebih baik dari yang hilang," "Aku tidak yakin ada yang terbaik selain kamu." Story ini murni pemikiran sendiri, maaf jika ada persamaan nama toko -qaqa...