Bagaimana rasanya menerima kasih sayang seorang keluarga? Itulah yang ada dipikiran remaja 16 tahun Bara Adi Sanjaya, anak terakhir dari keluarga Sanjaya. Ya menyandang nama Sanjaya pun dia sudah senang dengan arti dia masih bagian keluarga besar Sanjaya.
Tapi dengan menyandang nama Sanjaya sebagai embel-embel tidak membuat kehidupan sesosok Bara senang dengan harta yang melimpah.
Ia sangat rindu sosok orang tua yang selalu ada disampingnya, sosok kakak yang selalu menemaninya mendengarkan ceritanya disaat dia tidak sanggup menceritakan kepada orang tuanya. Namun rasanya baginya begitu sulit ya sulit dan sangat sulit.
🍂
Pagi menjelang, sinar matahari mencoba masuk kedalam kamar yang masih ditutupi oleh gorden sedangkan bara sang pemilik kamar masih asik saja berada di alam mimpi di bawah selimut tebal nan hangatnya itu.
Tok...
Tok...
Tok...
"Den bara bangun den udah pagi nanti aden telat berangkat kesekolahnya loh den"
Suara bi ijah walaupun tidak bergitu keras namun terkesan lembut berhasil membuat bara bangun."Hoahhhhhh... Bara udah bangun bi"
"Yaudah bibi siapin dulu sarapan buat aden ya"
Bara hanya menatap pintu yang masih tertutup rapat itu dengan malas dalam hatinya ia malas sekali untuk sekolah.
'Untuk apa pinter tapi gak ada yang peduli' pikirnya, bara langsung berjalan kearah kamar mandi dengan malas.
Tidak sampai 10 menit bara sudah keluar dari kamarnya dengan seragam ya hampir mirip seorang badboy bukan seorang lagi tapi memang bad boy begitulah bara, ia kemudian turun menuju ruang makan.
Ruang makan terlihat sepi namun bara sudah biasa melihatnya.
"Ada den bara, duduk den bibi udah siapin sarapan buat aden"
Bara hanya tersenyum lalu duduk di kursi meja makan.
"Bi bang rafi sama bang arka kemana bi? "
"Den rafi sama den arka pagi-pagi tadi udah berangkat den"
"Yaudah bi bara mau berangkat dulu ya takut"
"Tapi den ini sarapannya belum abis"
Bara tidak menjawab ucapan bi ijah. Kadang ia lebih baik tidak pernah pulang kerumah lagian untuk apa ia pulang tidak bakal ada yang menyambutnya pulang dengan hangat.
Kadang bara berpikir untuk apa ia di lahirkan kalau ia tidak bisa merasakan hangatnya keluar, orang tua yang selalu sibuk mengejar harta yang padahal harta mereka tidak akan pernah abis hingga tujuh turunan mungkin. Memiliki dua orang kakak tidak membuat ia menjadi adik.
Motor bara sudah sampai di gerbang sekolah, masih dibilang sepi namun sudah ada beberapa murid yang datang walaupun belum sepenuhnya biasanya bara selalu telat namun entah ada angin apa ia datang sebelum bel mungkin ia sudah jenuh dengan keadaan rumah.
"Woy bar.... Wahhh tumben lo dateng jam segini kesambet apa lu? "
"Males gue di rumah"

KAMU SEDANG MEMBACA
•HURT•
Novela JuvenilIngin rasanya waktu di ulang kembali. Ingin rasanya memilih untuk tidak dilahirkan. Tapi bagaimana pun juga ia tidak bisa melawan takdir ya sudah tuhan tentukan kepadanya. Ia hanya ingin tau bagaimana hangatnya sebuah keluarga yang sebenarnya. Wal...