1.1 [1 of 360]

4.5K 273 11
                                    

Rigelvolve
[revisi version]

Langkah kaki seseorang menggema di sepanjang koridor, menghiasi sunyi yang terpampang ngeri. Kedua kaki jenjang itu kini berhenti tepat pada salah satu kelas yang menghadap ke arah timur. Kedua netranya memperhatikan pintu yang berwarna coklat muda, tangannya meraba pada daun pintu yang masih tertutup rapat. Kini kedua bola matanya itu bergerak ke atas, mengamati tulisan yang ada di atas pintu.

XI MIPA 2

Ruang kelasnya setahun ke depan.

Setelah mengamati tulisan itu, dirinya tak langsung masuk melainkan memperhatikan loker yang terdapat di luar ruangan kelas. Loker berwarna putih ini terdiri dari dua susun dengan pembagian 9 di atas dan 9 di bawah. Agar tidak tertukar, pihak sekolah memberikan nomor sendiri sendiri pada pojok kiri pintu loker.

Persis kaya kelas sepuluh. Itu tanggapan gadis yang baru saja melihat lihat suasana kelas barunya. Dari luar, tidak ada yang berbeda kecuali tulisan yang terpampang di atas pintu.

Saat sudah puas melihat bagian luar kelas, kini gadis berambut panjang bergegas membuka pintu, tapi sebelum itu pemuda tinggi dengan muka terburu buru mendahului langkahnya. Pemuda itu menengok pada gadis di sampingnya.

"Ck dah gue duga kelasnya anak anak ambis," kata pemuda dengan baju seragam terbuka dan memperlihatkan kaosnya.

Gadis itu mengernyit heran. Bisa bisanya dibilang ambis padahal dirinya pengen nikmatin suasana sepi kelas dan ada maksud terselubung buat duduk di barisan pojok kiri depan dekat jendela. Tempat duduk yang ia incar.

Tapi gadis itu tak merespon lebih lanjut, sama dengan pemuda yang sudah masuk ke kelas dengan tas yang sudah ia taruh di loker dalam kelas. Loker di bagian dalam itu pendek, ada dua susun dengan panjang satu susunnya 30 cm, tidak ada penutupnya dan memang berfungsi untuk menaruh tas.

Gadis beranbut panjang juga sama, menaruh tasnya di loker dalam kelas yang tempatnya ada pada sisi kanan dan bergegas duduk ke bangku yang sudah ia incar.

Suasana hening hingga beberapa anak cowok masuk bebarengan. Entah sudah kenal lama atau belum tapi beberapa dari mereka sudah terlihat akrab. Tapi pasti di asrama mereka sudah kenalan, apalagi anak cowok yang gampang akrab.

"Assalamualaikum."

"SALAM PRAMUKA, SALAM."

"WEITTSSS SI JAMET UDAH PW BANGET TIDOR DI BELAKANG!" Suara nyaring itu berasal dari pemuda yang membawa gitar dengan menyelempangkannya selayaknya tas. Sedangkan tasnya malah ia tenteng dengan tangan kiri.

"Si Jamet siapa?" Tanya pemuda di sampingnya. Penampilannya rapi, rambutnya pun juga, udah kaya anak sd yang didandanin mamaknya buat sekolah.

"Si Jamet kuproy." Kini dari belakang nampak pemuda lain dengan perawakan tinggi dan bibir merah muda.

Pemuda yang membawa gitar itu langsung berjalan ke belakang berniat merecoki temannya yang lagi tidur. Sedangkan pemuda yang berpakaian rapi tadi menghampiri gadis yang sudah duduk di pojok depan.

"Etdah Met, lo dateng subuh subuh cuman mau tidur di kelas, apa kata dunia," kata Luhan tepat di samping tingalnnya

"Met met, gurunya dateng nohh." Luhan kini menggoyangkan lengan Jame dengan kencang tapi pemuda itu tetap pada posisinya. Sama sekali tidak terganggu.

Galen kini ikut mendekat ke belakang mencoba memperhatikan Jame yang tertidur pulas. "Coba lo genjrengin, siapa tau nyawanya ikut ke genjreng," usulnya.

"Haha sa ae lo Kaleng," kata Luhan sambil menonjok ringan bahu kiri Galen.

"Galen ye, lo gak usah ngada ngada. Dasar tukang ngamen." Galen menatap pemuda titsan roma irama itu dengan sinis.

SPADA!! (11 IPA 2 Classmates) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang