"Lu hanya dituduh dengan kata-kata itu doang kan? Mereka ada sebut angka gak? berapa gitu nominal uang yang hilang?" Diki menanyakan lagi kepada Leo.
"Kagak tuh, lu tau apa lagi cepat kasih tau gua!" kata Leo penasaran.
"Yang pasti temen kelas udah menuduh lu, buktinya emang ada buku bendahara tanpa uang, tapi mereka nggak tau jumlah uangnya berapa. Gw pikir Ada yang merekayasa ini, menyebar dengan bukti, dan membuat rekayasanya semakin kuat. Saran gua sih sabar aja dulu, gua bakal bantu lu kok, sans 3 hari juga kelar kok." kata Diki dengan nada santai.
"Yakin lu?, makasih banget bro. Gila, enak banget punya temen pintar kayak elu, apa rahasianya?" kata Leo karena penasaran dengan cara berpikir diki dalam "kasus" ini.
"Beruntung doang kok, luck" kata Diki yang menganggap hal ini hanyalah keberuntungan. "Tidur aja yok, dah jam 11 nih. Oh iya, boleh gak gua ceritain hal ini ke Laras?" Pertanyaan Diki membuat Leo merenung dan menduga apa yang terjadi kedepannya.
"Jangan dulu lah!, gua masih belum yakin lu bisa tebak dengan benar atau nggak" kata Leo penuh ketidakpercayaan dengan teman dekatnya itu.
"Gila gak percaya sama temen sendiri!" rutuk Diki kepada Leo.
"Yaudah tidur duluan aja, gua mau periksa rumah dulu biar aman" kata Diki menyuruh Leo untuk tidur duluan."Besok kita ajak Laras ketemuan dah, gua mau ngobrol sama dia bentar. Gua curiga sama seseorang." kata Diki dengan datar dan Diki langsung memeriksa ruangan yang lain tanpa mendengar jawaban Leo. Ini akan menjadi pertanyaan yang tak terjawab spontan lagi.