Disclaimer : Naruto beserta tokoh-tokoh didalamnya hanyalah milik Masashi Kishimoto seorang. Saya hanyalah seorang author yang berusaha meluaskan imajinasi saya ^^
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Warning : OOC, OC mis-typo(s)
Rated : T
Chapter 4 : Strength of Losing
Dengan enggan, Hana membolak-balik laporan kesehatan warga Uchiha dan Hagoromo yang ada di atas meja. Entah kenapa perasaannya tidak enak pagi ini. Pasti akan ada yang terjadi, entah hari ini atau beberapa hari kedepan. Hana selalu begitu. Walaupun yakin akan ada sesuatu yang terjadi, dia tidak pernah tahu apa itu. Bukannya bisa mencegah kejadian buruk yang terjadi, perasaan seperti ini hanya cenderung menyiksanya tanpa bisa melakukan apapun.
"Nona Hana, boleh saya masuk?" Kaori membuka pintu ruangan Hana perlahan.
"Tentu," balas Hana seadanya. "Ada apa?"
"Begini Nona..." Kaori terlihat tidak yakin. "Yoko melihat seekor burung aneh melintas di atas taman. Burung itu berukuran besar dan berwarna coklat. Dia hanya berputar-putar diatas dari tadi sampai sekarang, sudah sepuluh menit. Yoko bilang dia terlalu takut mengecek burung itu. Jadi saya memutuskan untuk melapor ke Nona."
Hana mengerutkan dahi. "Burung coklat?"
"Dari warna bulunya, sepertinya itu bukan burung yang biasa dikembangbiakkan disini," ucap Kaori khawatir. "Saya takut burung itu dikirim orang lain untuk berbuat jahat."
Hana segera bangkit berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju halaman belakang dan mendapati burung coklat besar yang disebut Kaori tadi. Perkataannya benar. Itu bukan burung kiriman seseorang yang dikenal Hana.
Apa itu jebakan?
Setelah mengamati pergerakan burung itu sesaat, Hana masuk kedalam dan keluar dengan membawa semangkuk kecil berisi kacang-kacangan. Ia cukup yakin burung coklat itu adalah burung merpati walaupun ukurannya lebih besar dari biasanya. Hana menebarkan biji-bijian itu di halaman belakang, berusaha menarik burung itu mendekat.
Perkiraan Hana benar. Beberapa saat berselang, burung itu terbang merendah. Mulai memakan kacang dan jagung yang berserakan di halaman. Begitu ada kesempatan, Hana segera menangkap burung itu. Sebuah surat kecil terselip di kakinya.
"Apa itu sebuah surat?" Kaori yang sejak tadi berdiri memperhatikan di sebelah Hana berkomentar. "Bukannya sangat sulit menulis di kertas sekecil itu?"
Hana kembali melepaskan burung itu, membiarkan makan sebagai upah atas kerja kerasnya. Gulungan itu terlihat familiar. Ia buru-buru masuk ke dalam taman pustaka obat, diikuti Kaori dibelakangnya.
"Kaori, Izuna dan teman-temannya belum datang, 'kan?" Hana bertanya tiba-tiba.
Kaori menggeleng. "Belum. Biasanya mereka sudah datang. Apa mereka ada urusan lain jadi datang lebih siang?"
"Baguslah." Hana menghela napas lega. "Ini surat dari kak Nozu. Aku tahu. Burung merpati jenis itu sering digunakan orang-orang Senju. Kaori, bisa aku minta bantuanmu untuk membereskan biji-bijian di halaman belakang? Cepat usir burung itu pergi sebelum ada orang Uchiha yang melihat."
"Baiklah, Nona," ucap Kaori patuh. Ia segera kembali ke halaman belakang sementara Hana masuk ke ruangannya.
'Semoga saja Izuna dan yang lain tidak segera datang.'
Hana menggigit jari kelingkingnya hingga mengeluarkan sedikit darah. Ia membuka gulungan kecil itu dan menuliskan inisial namanya di atas permukaan kertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Butterfly Elegy [Izuna Uchiha x OC]
FanfictionMenjadi adik pemimpin klan yang ditakuti sepanjang masa membuat Izuna Uchiha mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kakaknya dan klan Uchiha. Apakah Ia hanya pergi begitu saja setelah memberikan matanya untuk sang kakak? Kisah ini akan membuat kita...