Laskar menatap seorang cowok di depannya dengan tajam, tujuannya berkumpul dengan teman-temannya harus terhambat oleh cowok bertindik di telinga kirinya. Laskar berdecih, menatap sinis lawan bicaranya itu.
"Lo buang-buang waktu gue," ucap Laskar.
"Gue enggak peduli, tuh." Mendengar jawaban Sergio Laskar mengepalkan tangannya. Aish moodnya langsung hilang seketika.
"Banci," ejek Laskar memandang Sergio rendah.
Sergio yang dikatai seperti itu menatap Laskar tak terima. Laskar tertawa, niatnya memancing emosi Sergio berhasil.
"Setan!" Sergio melayangkan tinju ke pipi sebelah kanan Laskar. Napasnya naik turun untuk menahan emosi.
Laskar tersenyum sinis, menghapus darah yang keluar di sudut bibirnya.
"Gue lagi males ribut." Sergio tertawa. Tau jika Laskar sedang malah meladeni dirinya.
"Takut lo?" Laskar menarik sudut bibirnya. Untuk apa takut dengan cowok brengsek seperti Sergio.
Sergio kembali melayangkan tinju ke Laskar, tetapi berhasil dihindari oleh ketua geng Algar itu. Sergio yang merasa tak terima menendang perut Laskar hingga mundur beberapa langkah.
"Sialan." Laskar yang sudah terlanjur kesal membalas memukul Sergio membabi buta, hingga Sergio kewalahan.
Laskar menyugar rambutnya yang basah oleh keringat, menatap sinis Sergio yang sudah tergeletak di aspal.
"Udah gue bilang, jangan mancing." Laskah menaiki motornya. Melaju pergi meninggalkan Sergio yang berteriak memanggil namanya.
"Awas lo," sinis Sergio sambol berusaha bangkit.
***
"Lo kenapa?" Saat Laskar masuk ke dalam markas semua teman-temannya langsung menatap Laskar penasaran. Karena mereka sangat tau Laskar tak akan adu jotos jika dirinya yang terlebih dahulu di pukul.
"Udah." Laskar menepis tangan teman-temannya, berjalan ke arah Guna yang sedari tadi sibuk memainkan ponsel.
"Kenapa lo?" tanya Guna tanpa mengalihkan pandangannya.
"Sergio." Guna mengangguk mengerti.
"Mau kita serang balik?" Laskar menggeleng. Dirinya tak mau membesar-besarkan masalah.
"Tapi makin ngelunjak tu orang." Bintang yang sedari tadi kesal akhirnya bersuara.
"Biarin. Namanya juga kampungan." Miko di ujung sana tertawa mendengar balasan Laskar.
"Bener banget, kampungan!" teriaknya.
"Udah sana. Lanjut kegiatan masing-masing." Semuanya mengangguk. Kembali ke urusan mereka masing-masing, ada yang sedang bermain game, membenarkan motor, sampai bergosip ria di pojok ruangan. Sebenarnya mereka tak terima saat ketua mereka pulang dengan keadaan bonyok. Namun, jika Laskar yang menyuruh mereka diam mau bagaimana lagi.
"Gue pulang." Guna memasukkan ponselnya ke dalan saku celana. Langsung melangkah keluar dari markas begitu saja. Yang lain menggelengkan kepala, Guna selalu begitu.
"Ngerasa enggak terlihat gue," gumam Laskar miris.
Bintang menepuk bahu Laskar sedikit kencang, menatap prihatin ketuanya itu.
"Miris," ucapnya dramatis. Laskar mendengus, inilah akibat dirinya kurang tegas.
***
"Kok bisa gini, Bos?" Sergio mengedikkan bahu, meringis saat luka-lukanya menyentuh alkohol.
"Algar?" tanha Samuel. Samuel saat paham jika Sergio sangat membenci geng itu.
"Hm," balas Sergio cuek.
"Kita harus susun rencana." Semuanya mengangguk setuju.
"Tunggu tanggal mainnya." Sergio tersenyum miring. Dirinya tak akan tinggal diam jika dianggap remeh seperti ini.
***
Sheera mengikat rambutnya asal. Telat, lagi-lagi kalimat itu masuk ke dalam hari-harinya. Sheera mengerucuti bibirnya sebal, saat melihat gerbang menjulang tinggi di hadapannya ini sudah tertutup rapat.
"Lagi?" Sheera menyengir.
"Maaf, Kak." Riko menghela napas kasar. Namun, akhirnya memperbolehkan Sheera masuk.
"Istirahat bersihin perpustakaan." Sheera mengangguk patuh.
"Saya pergi."
"Terima kasih, Kak." Sheera membungkuk sopan. Merasa lega ketika tak dihukum terlalu berat, lagi pula Riko juga mempermudahnya karena menjalankan hukuman saat jam istirahat.
"Kak Riko emang baik, enggak kayak Guna." Sheera terkekeh, merasa bodoh karena membeda-bedakan Guna dan Riko. Tentu saja seratus persen keduanya berbeda.
Sheera bersenandung kecil sambil membenarkan letak buku-buku di perpustakaan. Bukan hal yang sulit bagi Sheera jika hanya sekadar membersihka perpustakaan. Lagi pula tugas Sheera hanya meletakan kembali buku-buku yang diletakkan asal, selebihnya semua sudah bersih oleh petugas perpustakaan.
"Berisik." Sheera melebarkan matanya, memutar tubuh untuk melihat seseorang yang baru saja berbicara.
"Miko!" seru Sheera sambil berlari mendekati Miko. Miko tersenyum, mengacak rambut Sheera gemas saat sudah berada di hadapannya.
"Suami Sheera mana?" Miko mengernyit.
"Suami? Lo udah nikah?" Sheera menggeleng keras.
"Guna," ucapnya penuh semangat.
"Lagi sama Sesa." Senyum di bibir Sheera luntur. Miko yang melihat itu menjadi tak enak hati.
"Lo sama gue aja gimana?" Miko menaik turunkan alisnya menggoda gadis berbana ini.
"Enggak ah," tolaknya. Miko mendengkus, untung cantik batinnya.
"Gue mau keluar dulu."
"Ngapain tadi?" Miko mengangkat buku yang berada di tangannya sebagai jawaban. Sheera mengangguk mengerti.
"Bye cantik." Sheera tersenyum balas melambaikan tangannya.
Padahal Sheera berharap bertemu dengan Guna, tetapi Guna sedang bersama dengan Sesa. Sheera menyunggingkan senyum lebar, biar saja sekarang Sesa bahagia. Tunggu saja Sheera akan merebut Guna kembali.
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.