Sheera tersenyum saat melihat Guna lewat di depan kelasnya, tak mau menyia-nyiakan kesempatan Sheera langsung menghampiri Guna. Sebelum itu Sheera membenarkan rambut dan bandana polkadot yang sedang ia pakai.
"Hallo calon imam," sapanya genit.
Guna melirik sekilas, setelah itu kembali melanjutkan langkahnya. Sheera yang tak terima langsung berlari berhenti di hadapan Guna.
"Awas." Sheera menggeleng sambil tersenyum lebar.
"Awas," ucap Guna masih berusaha sabar.
"Enggak!"
Guna berdecak sebal, langsung mendorong Sheera hingga terduduk di lantai. Sheera mengelus bokongnya, menatap Guna yang sudah melangkah pergi dengan kesal. Seharusnya Guna lebih sedikit baik kepadanya, jika beginikan Sheera makin cinta. Sheera terkekeh, memang dasar dirinya cewek aneh.
Sheera bangkit membersihkan roknya yang kotor, dirinya harus mencari Kirstal untuk curhat tentang Guna lagi. Gadis berambut ikal itu berlari menuju kantin, tak peduli beberapa orang menatapnya aneh. Ingat Sheera tak peduli apa pun yang tak menyangkut Guna.
"Oy."
"Uhuk." Kirstal menepuk dadanya, menatap tajam Sheera yang tiba-tiba datang mengagetkannya.
"Nih." Kristal langsung meneguk hingga setengah air yang Sherra sodorkan.
"Hehe maaf." Kristal mendengkus.
"Gila lo," makinya.
"Kan aku udah minta maaf." Kristal tak mempedulikan Sheera, melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
"Tadi aku ketemu Guna." Kristal tetap diam, tak berniat menoleh.
"Dia dorong aku sampai jatuh."
"What!" Mendengar teriakan Kristal Sheera langsung mengelus telinganya. Menatap kesal Kristal yang sudah melotot ke arahnya.
"Kurang ajar!" Kristal ingin bangkit. Namun, langsung ditahan oleh Sheera.
"Ih jangan pergi dulu." Kristal mengangguk.
"Karena aku ngehalangin jalan dia." Kristal berdecak mendengar ucapan Sheera.
"Sama aja. Perilaku tu bocah enggak bisa dibenerin."
"Guna bukan bocah," protes Sheera tak terima.
"Iya deh iya." Sheera menopang dagu, menatap orang-orang yang berlalu lalang membawa makanan. Sebenarnya tadi Sheera lapar, tetapi membahas tentang Guna membuat nafsu makannya hilang begitu saja.
"Mau pesen?" tawar Kristal. Sheera menggeleng menolak.
"Kira-kira menurut kamu gimana?" Kristal menghentikan pergerakan tangannya, beralih menatap Sheera.
"Apanya?"
"Sahabat Guna." Kristal mengedikkan bahu.
"Gue juga bingung." Sheera mengangguk. Entah kenapa hatinya resah saat melihat Sesa begitu dekat dengan Guna. Ya, walau pun Sheera tau jika keduanya hanya sebatas sahabat.
"Dia pindahan dari mana sih?"
"Enggak tau. Katanya dari luar negeri." Kristal mengangguk mengerti.
"Kayaknya dia pengen banget deket sama Guna terus."
"Namanya juga sahabat," jawab Sheera.
"Lo enggk takut patah hati lagi, Ra?" tanya Kristal penasaran. Karena Kristal tau jika dulu Sheera sama sekali tak suka jika berdekatan dengan laki-laki.
"Apa salahnya move on sih, Kris?" Kristal menghela napas, merasa salah memberi pertanyaan.
"Enggak kok. Gue selalu dukung." Sheera menegakkan tubuhnya. Tersenyum lebar ke arah Kristal.
"Makasih," ucapnya tulus. Kristal mengangguk balas tersenyum.
Sheera bahkan tak bisa membayangkan jika tak ada Kristal saat ini, karena hanya Kristal satu-satunya orang yang mengerti dirinya. Seseorang yang selalu menjadi sandaran dirinya.
"Ke kelas yuk," ajaknya.
"Udah?" tanya Sheera.
"Iya." Sheera mengangguk, ikut bangkit keluar dari kantin.
Sepanjang perjalanan banyak pasang mata menatap Sheera secara terang-terangan. Siapa yang tak kenal Sheera, cewek berani yang selalu mengejar Guna. Sheera menundukkan kepalanya, malas saat ditatap seperti ini.
"Santai aja," ucap Kristal merangkul Sheera.
"Hm," balasnya masih menunduk.
Sesampainya di kelas Sheera dan Kristal langsung duduk di tempat mereka. Sheera menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangan, dirinya sangat butuh tidur saat ini. Kristal yang melihat itu menggelengkan kepala, tak berniat mengganggu temannya itu.
***
Sheera membenarkan letak bandana polkadot berwarna merah miliknya. Sheera tersenyum saat melihat penampilannya di cermin.
"Perpect."
"Sheera!" Senyum Sheera langsung pudar, bergegas berlari keluar dari kamarnya.
"Iya, Ma." Renata memutar bola matanya malas, dan berjalan mendekat ke arah Sheera.
"Setrikain." Renata melempar beberapa pakaian ke wajah Sheera. Membaut sang empunya kesusahan.
"Sheera mau sekolah, Ma."
"Saya tidak peduli," ucap Renata. Renata melangkah pergi, meninggalkan Sheera yang menatap punggung ibunya dengan tatapan sendu. Sheera kadang berpikir, kapan dirinya akan mendapatkan kasih sayang dari ibunya lagi.
"Aku kangen mama yang dulu," lirih Sheera. Perlahan air mata Sheera turun tanpa bisa dicegah.
"Cepat Sheera!" Sheera langsung menghapus air matanya. Membawa pakaian Renata dan Darra ke belakang. Mungkin hari ini dirinya akan datang terlambat ... Lagi.
Jangan lupa vote dan komen.
Mohon maaf kalau pendek, atau kurang memuaskan. Mood aku lagi jelek banget soalnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Roman pour AdolescentsBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.