00.06

104 24 6
                                    

Note

Disini, aku gak hanya mengisahkan satu kisah cinta saja. Mungkin bisa dua kisah ataupun lebih.
Tapi itu akan saling berhubungan. So, baca ceritaku terus yak hihi.

Happy reading!
.
.
.

Ananda tercenung

ditengah kasur minisize nya.
Tangannya mengelus sebuah gelang yang ia dapat dari mang asep
Tadi siang.

Jangan berpikiran aneh dulu!
Bukan mang asep yang membeli khusus untuk ananda.

"Saya juga kaget sewaktu nemuin neng nanda digudang, muka neng pucet sekali waktu itu, dan yang bikin kaget lagi, saya lihat ada bercak merah dikerah seragamnya neng nanda"

Ananda mendengarkan baik baik penjelasan dari mang asep

Sebelumnya, sesuai niat utama untuk mencari satpam itu, gadis itu menanyakan soal dirinya digudang beberapa minggu lalu

"memangnya neng tidak ingat sesuatu?"
Saat ini dua orang berbeda usia itu tengah duduk di luar pos penjaga yang biasanya menjadi tempat satpam itu bersarang
Tentu mang asep yang menawarkan
Supaya lebih santai katanya,

Sepeninggal Dea dan Elin tentunya.

Ananda menggeleng lemah
Ia bahkan tidak tahu apapun

Mang asep menyesap kopinya sebentar lalu tampaknya juga tengah berpikir, terlihat dari dahinya yang berlipat

Tak lama, pria berkumis tebal itu
Menaikkan alis kemudian memukuli dahinya
"oh iya, saya kelupaan" seraya terkekeh, pria itu berbalik
Ananda hanya memperhatikan sampai mang asep kembali lagi

"Ini, saya nemu di gudang, pasti punya neng'kan?"
Ujarnya menyodorkan sebuah gelang berwarna coklat tua.

"ini bukan milik saya pak"
Benarkan? Bahkan ia saja tidak pernah memiliki gelang,
Paling hanya jam tangan, itupun dikala penting saja baru akan dipakai.

"yaudah, dibawa aja neng. nanti kalau ada yang nyariin tinggal dikembalikan" 
setengah hati ananda menerima dan memasukkan kesaku seragamnya.

Sigadis berdiri, bersamaan dengan bel tanda istirahat selesai.
Setidaknya, pernyataan mang asep menjawab beberapa pertanyaan
Meski tak memuaskan.

"Yaudah pak aku duluan ya, maaf sudah ganggu waktunya"
Gadis itu meraih tangan sang pria yang dianggap seperti ayahnya sendiri
Lalu menyalaminya, sebelum benar benar pergi.

Mang asep lumayan akrab dengannya,
Wajah ananda yang mudah diingat serta keramahannya.
Bahkan mang asep sudah menganggapnya sebagai putrinya sendiri mengingat ananda yang sudah tak ber ayah.

Menyadari sesuatu, gadis itu berbalik lagi
"oh iya, mulai sekarang aku panggil mang asep, jadi mang sehun aja 'ya?"
Ananda tergelak, menyadari absurdnya dirinya ini.

Mang asep terlihat bingung
"sehun itu siapa neng?"
Tentu pria itu tidak tahu, bahkan melihat ponsel berlayar penuh saja pria itu akan berjerit karna terpukau.
Apalagi nama itu, itu nama penyanyi dangdut?

"Saya juga gak tau, tapi namanya cocok buat mang asep–eh mang sehun maksudnya"  dasar ananda

Mang asep hanya ber oh ria kemudian meng iya kan saja, toh tidak akan berpengaruh apapun juga baginya.

V MATTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang