Bertemu

7K 671 25
                                    

Sekali lagi Arumi mematut dirinya pada cermin hias. Memastikan bahwa tidak ada yang terlihat memalukan dengan riasannya. Hingga punggungnya berjengit mendengar ketukan pintu.

"Bunda, ayo! Jangan lama-lama!" seru Felice menarik lengan Arumi.

Wanita itu tampak bingung dengan tingkah putrinya. Telinga Arumi masih mendengar dengan tajam satu kata 'kencan' yang tadi sore Hans katakan. Mungkin yang dimaksud suaminya adalah kencan bertiga. Mengajak putrinya makan malam bersama di luar.

Batin Arumi tertawa, suami istri yang sudah hampir 8 tahun menikah mana mungkin sempat memikirkan urusan kencan romantis? Meski kini Hans tak pernah sungkan mengumbar rasa cintanya, ia bukanlah tipikal pria yang mudah memberikan hal-hal kejutan semacam itu.

Hans tersenyum tampan menyambut kedua wanita terkasihnya. "Silakan masuk para Tuan Putri," sambutnya membukakan pintu posisi belakang.

Felice memasuki lebih dulu. Sedangkan Arumi masih mematung.

"Venus."

Arumi masih terdiam. Hingga ia mengerjap saat pipinya disentuh lembut.

"Masuklah," ucap Hans.

"Hans, kita?"

"Kencan bertiga."

"Kau yakin?" Arumi memastikan lagi.

Hans mendekatkan wajahnya hingga beberapa centi saja jarak bibir keduanya. "Ya."

Arumi mendorong dada bidang Hans saat kepala pria itu mulai mengatur posisi untuk menciumnya.

"Ada Felice," lirihnya malu-malu.

Hans yang tersadar segera menjauhkan tubuhnya. Tangannya terulur menyentuh tengkuknya yang tidak gatal. Setelah Arumi masuk ia pun segera mengambil posisi kemudinya.

"Kita mau ke mana?" tanya Arumi bingung.

"Felice sudah tahu kita mau ke mana," jawab Hans singkat tanpa memberi tahu tujuannya.

Arumi melirik Felice yang tersenyum saling pandang pada ayahnya melalui kaca spion atas. Bila sudah begitu Arumi hanya bisa menggeleng dengan senyum kecilnya.

Tak lama roda empat mereka tiba di sebuah kawasan restoran elite. Felice tampak antusias membuka pintu mobil. Sedangkan Arumi masih terduduk di dalam. Lagi-lagi ia terkesiap saat Felice membuka pintu dan menariknya.

"Bunda jangan melamun. Aku sudah lapar," rengek Felice.

Hans mengerti akan reaksi istrinya yang terlihat canggung di khalayak ramai. Ia tahu sekali jika Arumi masih merasa malu menampakkan diri setelah kasus Herman Bumiandra. Tatapan Arumi pada Felice menggambarkan kecemasan karena takut berdampak pada putrinya.

"Semua akan baik-baik saja."

"Aku takut mereka mengenaliku dan membuat Felice ketakutan," cemas Arumi memainkan jemarinya.

"Itu tidak akan terjadi," ucap Hans meyakinkan.

"Hans, lebih baik kita kembali saja. Nanti orang-orang akan tahu bahwa aku istrimu." Arumi tampak kebingungan dan khawatir.

Hans tersenyum kecut. Rasa percaya diri Arumi memang memperihatinkan hingga membuatnya kembali dirundung penyesalan. Hans merangkum wajah sedih Arumi, menatapnya dalam.

"Dengarkan aku, Venus. Seluruh dunia memang harus tahu kau istriku. Percayalah, semua yang kau cemaskan tidak akan terjadi."

"Tapi, Hans..."

"Bunda kenapa? Tidak suka di sini?" Felice sudah mendekati Arumi dengan kalimat tanya polosnya. Tentunya wajah gadis cilik itu terlihat murung mengetahui Arumi yang menolak masuk sedari tadi.

Ever After 'JuVe'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang