Historia Brittonum

616 44 7
                                    

"Melampaui batas, menerbitkan harap, menyapu nafsumu." Suara itu, bergemuruh memekakkan kuping, menjadikannya seolah kendali indera.

Arthuria menoleh ke kanan dan kiri; memergoki kelotak api mengelilinginya, dan selimut langit jingga meredup menaunginya. Tidak ada tersisa, satupun tiada—kecuali aroma kremasi dan niscaya yang tidak terjadi. Ia memenangkan Holy Grail, menyuguhkan neraka bagi Fuyuki.

"Menyebabkan puas, menyebarluaskan perang, mengasihi manusia, menjadikanmu raja." Holy Grailnya bicara, Arthuria yakin itu. "Menuntut konstitusi, menciptakan perdamaian, melanggar hukum alam, menyebabkan Tsunami, itu aku, Holy Grail. Lantas apa keinginanmu?"

     Baiklah, Arthuria ingat dia telah mengakibatkan Fuyuki terbakar menjadi abu, meratakan mereka ke tanah, memusnahkan pesaingnya. Sekarang, Arthuria menyisakan dirinya pada pilihan menimbang-nimbang ini. Selaras kalut yang menyelimuti perasaannya, ia tidak paham bagaimana caranya mengetahui apa yang ia inginkan. Apa itu, entahlah.

Aku ingin apa? Kejayaan? Atau apa?

    Arthuria yang tak mengerti sedikit pun, lantas menghela napas lamat-lamat sambil membersediakan pengungkapan kalimatnya pada Holy Grail.

"Aku ingin, keinginan hatiku terpuaskan. Entah apapun itu." Ucapnya kemudian.

     Pupil zambrut kehijau-hijauan itu menyala terang-benderang, nyalang memergoki bercak-bercak sewarna batu rubi bercokol pada dinding-dinding kayu sonokeling yang memaparkan suramnya senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Pupil zambrut kehijau-hijauan itu menyala terang-benderang, nyalang memergoki bercak-bercak sewarna batu rubi bercokol pada dinding-dinding kayu sonokeling yang memaparkan suramnya senja. Tidak ada obor yang menyinari kastel Dumnonia yang temaram meliputi kenyenyatannya melalui magistik peluruh mantera, menyebabkan mata lentik itu berkedip-kedip minta cahaya.

    Kastel itu nyaris luluh lantak, atap kerucutnya roboh menjadi kepingan-kepingan kecil tak bernilai. Granit berwarna kecubungnya retak dimana-mana, terpecah belah dalam potongan tak beraturan tanpa nominal seni yang menyakinkan. Maka itu, kaki ramping sang Raja kian berderap lebih garang terhadap tujuannya; menjumpai sedikit intensitas cahaya dalam kastel itu dan memperoleh buruannya.

     Sang raja mengenakan beledu lusuh bercampur bau amis, sudah compang-camping, bolong disana-sini, dan ujungnya menyapu altar marmer berulik pijar lilin merah kelabu. Menunjukkan ekspresi viking, ia malah mengacaukan perangainya dan mengikat implementasi tidak baik dalam perdananya mengangkat senjata menentang Anglo Saxon.

     Langkah tegas Raja itu berhenti kala ia memandangi ada sosok yang bertekuk-lutut padanya, memohon ampunan di tengah-tengah cahaya yang menyorotnya. Sosok itu jangkung, berkharisma sewajarnya aristokrat congkak dan memiliki pesona pada tulang rahangnya. Ia menekukkan lutut sampai mahkota intan berulik amethystnya jatuh menggelinding ke area yang nelangsa gulitanya tanpa sinar rembulan.

     Kedua Raja itu saling berpandangan. Satu tatapannya menorekan cakaran-cakaran kemurkaan dan gejolak emosi tak terelakkan, sedangkan satunya menunjukkan memelas yang menyakitkan diantara bercak darah serta peluh. Di bawah sinar purnama yang menembus bagian hancur kastel, Raja Elfthelfrith benar-benar mempasrahkan dirinya pada ajal, mengenyahkan harga diri dan bertekuk lutut pada Raja Arthuria Pendragon.

"Arthuria Pendragon yang agung," Puji Elfthelfrith pada lawan bicaranya, oktafnya melirih kian rendah saat Arthuria mempertipis jarak diantara mereka. "Aku telah kalah, maka ampuni nyawaku. Jika kau menginginkan apapun, termasuk harta atau reputasi jermanik kami, akan kuberikan."

     Arthuria tidak membalas. Wajahnya suram tertunduk, seakan menutup-nutupi betapa kecewanya ia pada Elfthelfrith. Sedangkan Elfthelfrith semakin gemetar tak tentu-tentu, giginya bergemeletuk enggan mengantup, memperhatikan cara Arthur menyeret pedang berkilaunya kearahnya bersimpuh tanpa daya.

    Elfthelfrith menggelindingkan mahkotanya, menjumpai batasannya pada epilog monarki kaum Jerman. Anglo Saxon sebulatnya tamat, sejak Arthuria mendeklarasikan perang besar-besaran pada kaumnya yang bersifat menjajah. Sekarang, ia akan menjadi korban terakhir dalam pertempuran Ragnarok abad ke lima ini, secara memalukan lebih ketimbang apapun.

"Wahai Arthuria," Ocehnya lagi. "Anda telah menaklukkan Mercia, Anglia Timur, Essex, Kent, Sussex, dan Wessex. Dimana ujung kepuasanmu? Tolong ampuni bangsa Northumbria, kali ini atau tidak sama sekali."

     Pedang milik Arthur yang menyilaukan, menyeruakkan pemampatan kilau berpendar luas yang menyakiti indera, menyambut datangnya bulir-bulir kunang-kunang yang muncul sebagai aksesorinya. Cahayanya keemasan, kuning berpendar menjadi kumparan berputar-putar nan tebal, memperkenalkan jurus anginnya yang merupakan tebasan paling kejam sepanjang sejarah Britania. Excalibur itu, telah diaktifkan.

"Raja! Kau berhak menyita kastilku, memperbudak ksatriaku, atau beralih menjajah Skotlandia, apapun yang Anda inginkan!" Suara Elfthelfrith dibuat bergetar, dan penuh takut. Ia jatuh, berupaya mundur, menyeret badannya. "Aku mau menikahimu! Jika begitu, Anda akan menjadi satu-satunya permaisuri Bernicia dan memperoleh seantero Anglo Saxon, bagaimana?"

Arthuria lagi-lagi membisu, tak membalas.

     Senja menuju malam itu, bulan menjadi saksi. Raja Elfthelfrith of Nothumbria, pilar termansyur Bernicia terpenggal oleh Raja Arthuria Pendragon atas nama Imperium Britania yang berkiblat pada Camelot.

     Lembaran membara grand ensiklopedi telah dibuka, Arthuria baru yang berhasil memperoleh nyawanya kembali pada Perang Camlann melalui kuasa Holy Grail! Biar ia kisahkan sekali lagi versi Arthuria yang memperdaya Eropa seraya mengayunkan excalibur, cukup sekali lagi, itu keinginannya pada Holy Grail—harap dalam hatinya yang tak terucapkan, maka ia akan menjadi legenda paling dilegendakan dalam,

Historia Brittonum.












[A/N]

Sebernya ni cerita udah di publish sama akun Celesthia Oberoy, tapi di unpublished. Terus di publish, di remake sebagus bagusnya di akun ini. Kalian yg udah baca, aduh makasih karna mau baca lagi :)

btw, ceritanya akan kental dengan sejarah. Semuanya bukan fiksi, ada beberapa bagian yg adalah sejarah. Misal emang tuh, Arthur bener bener ngalahin saxon. Jadi itu bukan khalayan author aja, memang bener kok demikian sejarahnya. Tapi disisipin sedikit fantasi lah hehe.

Fate; Uruk and EnglandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang