Historia Brittonum II

300 28 3
                                    

   
   Hari itu mentari menyinari tidak begitu terik. Ribuan Barbados Gooseberi menujukkan warnanya yang cerah pada pinggiran kastil. Tulip merekah kendati tidak sepenuhnya, apel-apel dipetik dan diekstrak menjadi cider, begitu pula anggur milik Bedivere. Ada berhektar-hektar tanaman ivy yang membentang indah pada tenggara istal, menyelimuti stepa kehijau-hijauan secara masif dan elegan; disana kebun Camelot dibuat.

   Musim semi menyebabkan serangga menjadi lebih sulit diatasi, Bedivere menyisir kebunnya, menyemprot botol guna-guna milik Merlin seraya memanen; ramuan itu, ya semacam elixir insektisida. Ia merasa lelah, tangkai-tangkai Anggur itu seakan-akan berkembang-biak diluar prediksinya. Ya Ampun, Bedivere menjadi gundah dan mengutuk dedikasinya terhadap ilmu botani, mengesampingkan Tristan yang merekomendasikan produksi alkohol.

   Bedivere menggeser keranjangnya; nyaris overload karena gundukan buah kerdil itu nampak meninggi. Bedivere butuh keranjang lagi, tetapi ia ingat letaknya lumayan jauh.

"Yo!" Dan selanjutnya, Bedivere dikagetkan oleh sapaan monoton yang melankolis. Sontak, pria cantik itu menoleh pada Gawain; Gawain menunjukkan tata krama yang wajar, tapi wajahnya super-duper-ultimate meragukan. Gawain menyingsingkan senyum menyenangkan, mengabaikan bercak susu kambing pada sudut bibirnya. Bola-bola anggur Akademik Avidzba Bedivere sukses mengejutkan Gawain hingga pria itu mengira dirinya gila, makanya Gawain lekas pergi menjumpai Bedivere, mempertanyakan bagaimana anggurnya bisa sesukses sekarang. "Mau kubantu, tidak?"

"Sejujurnya iya." Bedivere berkacak pinggang. "Tapi tidak."

"Kenapa tidak?"

"Karena jika iya, kau akan mengacau." Bedivere beringsut pergi, berniat menyuplai keranjang. Tapi ia berhenti ketika memergoki Arthuria berjalan gontai, menoleh kesana-kemari, entah meletakkan minatnya pada objek apa, sambil memijit kening. Bedivere lantas bertanya-tanya sejak kapan Arthuria ada disana.

"Raja?"

    Arthuria maju secara gontai menuju Bedivere, rautnya hendak memprotes, tetapi gesturnya tidak demikian. "Aku tidak tahu kau menjadi petani yang telaten."

"Itu tidak sama sekali penting. Raja, kau butuh istirahat dan obat. Kukira Merlin sedang merawatmu." Bedivere menunjukkan kekhawatirannya, diikuti Gawain yang seenaknya mempropagandakan hal-hal tidak bermanfaat. "Kau tahu Raja? Merlin sibuk mengawasi pelabuhan. Katanya ada penyusup. Jadi dia bolak-balik menangani itu."

    Jujur, Bedivere ingin memoles semen di mulut Gawain, menjadikannya bisu. "Apa katamu? Kenapa tidak ada yang melapor padaku? Aku akan menyusul Merlin. Siapkan kuda."

"Eh! Jangan, Raja. Ini fase pemulihan namanya. Kau dihimbau tidak berbuat apa apa, termasuk konsolidasi dalam." Bedivere berlagak mencegah sebisa-bisanya. Pasalnya begini, tempo hari ia menaklukkan bangsa Saxon, darah menyertainya, peluh membasahinya, luka meliputinya dan sekarang ia sudah akan bekerja lagi? Tidak, Bedivere mana tega mengizinkan itu. "Um, jika mau aku akan pergi." Gawain angkat bicara, pede. "Soalnya, aku bosan. Tidak ada prom. Artinya tidak ada gadis bangsawan yang mencetuskan debutnya."

"Tidak. Aku pergi kesana segera." Arthuria berbalik mencampakkan Bedivere dan Gawain yang mengetahui, pada kenyataannya, Arthuria tidak bisa dikarantina.[]

●●●

"Tidak, bukan. Kalian salah!" Merlin mengumpat-umpat. "Sudah kukatakan, letakkan sesuai tanggal pengirimannya."

Awak kapal itu berhenti sesuai instruksi, memindahkan barelnya ke sudut yang dimaksud.

"Kenapa diurutkan berdasarkan tanggal, bukan melainkan jenis?" Tristan, dalam mata sayunya mengelap piringan-piringan tembaga yang nantinya akan dipoles menjadi perabot titanium. "Kita akan lebih repot jika kau menata ulang."

Fate; Uruk and EnglandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang