II. Are You?

595 98 21
                                    

"If these walls could talk, I'd hope they wouldn't say anything
Because they've seen way too many things
'Cause we'd fall from grace, we're falling
Yeah, we'd fall from grace..."

5 Seconds Of Summer - If Walls Could Talk

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Happy reading ~행복한 독서~

#Park Jimin-Opening#

Aku terbangun dan disambut langit-langit kamarku yang retak-retak dan kotor. Pandanganku tertumbuk pada jaring laba-laba besar di sudut kamar, lalu menuruni tembok ke rak bobrok yang penuh sesak oleh buku, kaset, surat, ornamen Natal yang sudah lama, dan celana dalam yang nangkring dengan anehnya di sana.

Bagaimana aku bisa hidup sejorok ini selama lima tahun?

Kok bisa-bisanya aku tidak pernah menyadari kejorokan diri sendiri?

Kusibak selimut, lalu aku turun dari tempat tidur dan memandang berkeliling dengan pandangan masih kabur. Karpetku terasa berpasir waktu kuinjak, aku sampai bergidik. Kayaknya aku harus beres-beres. Ada pakaian-pakaian tersebar di seluruh penjuru lantai, dan aku harus berkeliling dulu untuk menemukan kimonoku yang kulempar entah dimana kemarin.

Aku mengenakan kimono di atas baju piyamaku lalu melangkah ke dapur. Sudah lupa betapa kosong, dingin, dan minimnya dapurku itu. Tentu saja tidak ada apa-apa di lemari es. Tapi aku menemukan teh celup camomile di lemari kemudian mengisi penuh ketel air. Setelah itu nangkring di sofa memandangi tembok putih di seberang.

Bel berbunyi, kupikir itu pasti Taehyung yang menjemputku untuk pergi bareng. Jadi aku melangkah ke pintu dan membukanya. Bertemu pandang dengan seorang pria yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bukan tetanggaku juga.

"Ada yang bisa kubantu?" tanyaku sopan,

Lelaki itu memandangiku sesaat, sambil sesekali menunduk untuk melihat koran yang terlipat di tangannya. "Apakah kau yang bernama Park Jimin?"

Aku balik memandanginya dengan sorot curiga. "Kenapa?"

"Aku dari New York Daily." Dia menunjukkan kartu tanda pengenal yang tergantung di lehernya. "Aku ingin mengadakan wawancara ekslusif denganmu. Judulnya kira-kira 'Mengapa aku memilih Spider-Man sebagai pasangan?' Bisa minta waktunya?"

Tercengang kaget, kupelototi dia. "Eh... bisa diulangi? Barusan anda bilang apa?"

"Ini kau, bukan?" Lelaki itu membalik koran dan menunjukkannya padaku. Perutku kejang saking kagetnya.

Spiderman: Dancing In The Clouds [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang