# 2

91 3 0
                                    

Seminggu setelah kepergian ku ,  mama mulai menunjuk kan taring nya . lihat saja tiba _ tiba aku di pecat dari tempat kerja ku tanpa alasan yang  jelas.  Bahkan kini para anak jalanan mulai menjauhiku , hanya karena tak ingin mencari masalah lebih besar lagi dengan keluarga ku .

“ hidup kami sudah susah kak , kami tak ingin memperburuk keadaan kami . maaf kan kami kak , kami harap kakak mengerti dengan keadaan kami . “

 kata _ kata dari mereka di hari kami bertemu , aku juga tak ingin menambah beban mereka lagi ,  entah apa yang sudah di lakukan mama pada mereka . aku hanya ingin bercanda seperti dulu dengan mereka , rasanya luar biasa saat harus menyanyi dari bus satu ke bus satunya . makan nasi bungkus yang cukup di ragukan ke higienisan nya , tapi rasanya cukup nikmat semua karena kebersamaan .

aku rindu saat _ saat itu , tapi kini aku hanya bias memandangi mereka dari jauh . padahal dulu aku adalah bagian dari mereka , rasanya begitu lepas tanpa embel _ embel nama besar keluarga ku . lucu juga seandainya ada yang tahu siapa diriku , saat mengamen di jalan . aku yakin para kuli tinta akan berebut memburu kami .

dan besuk nya dapat di pastikan berita dengan judul besar _ besaran tentang diriku akan terpampang di berbagai media sosial . aku menghela nafas …. Lelah itu yang ku rasakan . bukan fisik ku tapi  jiwa ku. Bahkan kini Mama mulai mencengkeramkan kuku nya , dengan memporak _ porandakan perekonomian keluarga Luna . aku tanpa sengaja mendengar percakapan Luna dengan mama nya , saat tante Arnes pulang beberapa hari yang lalu .

saat itu aku ingin mengambil minum , karena haus . tapi kata _ kata tante Arnes menghentikan langkah ku . awal nya aku tak ingin menguping pembicaraan mereka , tapi saat namaku di sebut mau tak mau aku penasaran juga .

sebenar nya apa yang terjadi dengan Rina dan mama nya , Lun . mama tak pernah mendidik mu untuk menyembunyikan sesuatu dari mama .”

“ kayak mama gak tahu tante Amel aja .”

“ justru karena mama cukup kenal dengan sifat Amel , mama bertanya padamu . tidak mungkin perusahaan mereka memporak porandakan perekonomian kita , kalau tidak ada sesuatu yang besar terjadi diantara mereka . “

Kenyataan itu menghantam telak ke jantung ku , aku tak menyangka mama sudah bergerak cepat . ku lihat Luna mulai mempermainkan jari _ jari kukunya . bertahun _ tahun kenal dengan nya membuat ku hafal bahasa tubuh nya .

 

Aku tahu dia ketakutan saat ini , mungkin dia takut kalau mama nya akan mengusirku . jika tante Arnes tahu aku telah mengibarkan bendera perang pada mama . aku cukup salut dengan sifat melindungi dari Luna , dia tidak akan membiarkan aku terluka . dan itu sudah berlaku sejak kami masih ingusan .

Tapi aku juga tidak bias bersikap egois , Luna dan keluarganya sudah cukup baik kepadaku selama ini . aku tak ingin ada yang terluka lagi  . dan keputusan sudah ku ambil , aku harus pergi besuk . aku takut makin lama aku di sini , akan ada korban lebih banyak lagi .

Mama tidak akan pernah menyerah , bertahun _ tahun hidup dengan nya membuat ku tahu sifat nya . dan kata “ kalah “ adalah hal pantang baginya . mungkin sifat itulah yang menurun pada ku . terlalu berambisi dalam mencapai sesuatu . menghalalkan segala cara demi kepuasan sebuah kemenangan . jadi tak heran jika sifat memberontak ku berasal darinya .

Rasanya aneh jika sehari saja tidak bersitegang dengan mama , aku sendiri heran kenapa tidak ada yang mau mengalah diantara kami . mungkin karena kami sama _ sama tak pernah ingin mengenal kata kalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMBISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang