aku, kamu, dan museum

20 3 4
                                    


di sebuah bulan, di tahun 2018

-

Waktu awal-awal kak Rendy masuk kuliah. Dia pernah ngajakin Clara ke salah satu museum seni yang baru buka di Jakarta. Karena waktu itu kak Rendy sudah pindah ke Bandung, jadi dia harus menempuh waktu 3 jam menggunakan kereta api untuk tiba di Jakarta. Clara setia menunggu kedatangannya di stasiun. Dari stasiun, kami langsung menuju ke museum. 

Museum yang kami datangi ini cantik bangettt. Sepanjang beli tiket sampai masuk ke dalam ruangan, Clara ga bisa berhenti kagum. 

Kak Rendy menyentuh dagu Clara pelan, "Mingkem, jangan kayak orang ga pernah liat beginian." Ucapnya.

Clara mendongak melihat kak Rendy, "Huh, kan aku jarang ke museum. Beda sama kakak yang anak artsy banget. Aku kan jarang liat karya yang bagus banget kayak gini."

"Kamu kan tiap hari liat aku."

"Maksud???"

"Aku, karya Tuhan yang paling sempurna."

"Ihh, najis banget." Candaku. 

Kak Rendy tersenyum dan langsung menuju ke karya yang berikutnya. Clara mengikuti kak Rendy dari belakang. Sudah seperti anak itik yang mengikuti induknya.

Di sepanjang jalan, Clara melihat banyak pasangan yang memenuhi museum. Wah, ternyata museum tempat favorit untuk kencan, batin Clara. 

Clara melihat ada pasangan yang saling rangkul atau bergandengan tangan. Clara ingin seperti itu juga! 

Ia melirik ke kak Rendy, yang di lirik masih fokus melihat sebuah kanvas yang di penuhi cat minyak di atasnya. Clara melirik ke tangan kak Rendy. Tangan kirinya kak Rendy memegang hp dan tangan kanannya kosong. 

Hehehehe ada kesempatan, batin Clara. Ia pun langsung menyelipkan tangannya dan menggandeng tangan kak Rendy.

Kak Rendy spontan menoleh, Clara hanya menunduk sambil senyum senyum sendiri. 

"Aku juga mau kayak yang lain." Ucap Clara pelan.

Raut muka kak Rendy kebingungan. Ia lantas melihat sekeliling dan mengerti. Kak Rendy mempererat genggamannya. "Harusnya aku gandeng kamu dari awal masuk ya? Maaf lupa, lagian kamunya udah keluyuran duluan."

Clara menatap kak Rendy. Melihat mata bulatnya dan mimik wajahnya yang lucu. Astaga Tuhan, Engkau menciptakan kak Rendy pake apaa sih?

  -


FYI, di museumnya lagi ada pameran dari sebuah seniman ternama. Jadi, ada satu bagian khusus di museumnya yang memakai fitur canggih kayak di luar negeri. Sebelum kita masuk ke pamerannya, kita harus pake earphone yang di berikan penjaga pas di depan gerbang pamerannya. Nanti di setiap karya itu ada tombol buat dengerin penjelasan tentang karya yang di tampilkan dan ada suara suasana lukisannya.

 Nanti di setiap karya itu ada tombol buat dengerin penjelasan tentang karya yang di tampilkan dan ada suara suasana lukisannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

di depan gerbang pameran,


Clara menggembungkan pipinya, "Ih ini gimana cara pakenya, kok jatuh mulu sih? Bala nih museum!"

Kak Rendy mendekatkan dirinya ke Clara, lalu memasangkan earphone yang dari tadi jatuh. "Gini cara makenya sayang," ucap kak Rendy sambil tersenyum.

Mati di tempat dosa kaga? Ini senyum kak Rendy ga nahan banget woy, batin Clara.

"Makasih, kak."

"Hm," kak Rendy menggengam kembali tangan mungil Clara, "Ayo."


_

Jakarta, 14 April 2020


Aku dan kegabutanku di tengah karantina. Makasih banget buat kalian yang udah mau baca, mau mencet, apa lagi yang mau vote cerita ga jelas ini, wkwk.

lop yu all, stay safe yak !

༼ つ ◕_◕ ༽つ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kak RendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang