"Awassss!"
Teriak seseorang dengan kerasYang di teriaki menoleh dan beberapa detik kemudian sebuah mobil mini bus menghantam tubuhnya kuat
Gelap, sakit, riuh itu yang ia rasakan pertama kali lalu kemudian semua samar² dan hilang.
Ia merasa melayang beberapa saat sebelum tetasa membentur aspal
Gadis yang berseragam SMA Khatulistiwa dan ber name tag Rania Kelana dikerubungi banyak orang yang ingin sekedar melihat ataupun yang ingin menolong
Banyam darah keluar dari tubuhnya bahkan dari mulutnya.
"telfon ambulance sekarang! "
"hei ada yang tertabrak! Ih kasian"
"tolong bantu angkat dia"
"periksa apa ada hp nya! "
"hubungi orang tua atau sekolahnya aja"
Itu adalah kalimat ² yang terakhir ia dengar sebelum semua menggelap dan hilang.
Dilain tempat
Seseorang yang masih bergelud di alam mimpinya terusik karena teriakan sang bunda yang memintanya bangun
"kamu gak sekolah ha?! Udah jam segini masih tidur!"
"lima menit lagi, bun"
"apanya yang lima menit lagi?! Ini udah jam 06.40!"
Ia membuka matanya cepat, terkejut? Tentu saja.
Belajar semalaman membuat nya terlambat bangun."kok bunda gak bangunin aku?"
"ini bunda ngapain emangnya? Joget? Udah sana mandi trus siap² turun ke bawah sarapan!"
Bundanya berlalu, terkadang anak semata wayangnya ini membuat nya sakit kepala di pagi hari.
Buru-buru ia mandi dan bersiap-siap.
Ini hari pertama masuk sekolah setelah libur semester, hari pertama ia menjejakkan diri pada tingkat 11.
Setelah menyelesaikan ritualnya, ia memakai seragam berlogo OSIS dan memakai almamater berlogo SMA Khatulistiwa.
Sekolah favorit dan terkenal di kotanya. Dan ia bangga bersekolah di sana.
Ia menatap pantulannya di cermin dan memakai dasi serta topi, setelah itu ia memasang sepatu hitam mengkilap.
Ia memandang sekeliling kamarnya yang penuh dengan miniatur gedung dan beberapa design bangunan buatannya dan sang ayah.
Ia menatap sekejap dan semangat nya begitu membara untuk mencapai cita-cita nya sebagai seorang arsitek kelak.
Merasa sudah siap dan rapi ia turun kebawah secara terburu-buru.
"sarapan dulu gan"
"gak sempat bun, Regan berangkat ya. Assalamualaikum"
Ia mencium tangan sang bunda dan meraih kunci mobil langsung melaju ke sekolah.
Sang bunda hanya dapat menggelengkan kepalanya.
Anaknya ini penuh dengan teka-tekiDi perjalanan menuju ke sekolah ia melihat keramaian orang yang berkumpul di severang jalan, ia hanya menatap cuek dan langsung tancap gas ke sekolah.
Regan Samudra Wijaya, nama pemberian orang tuanya itu membuatnya bangga.
Nama belakang milik sang ayah yang di sandarkan padanya membuat ia di pandang terhormat baik di sekolah ataupun di luar.
Ia juga tergolong siswa dengan kepintaran yang tak dapat di ragukan.
Wajah yang tampan juga membuatnya menjadi shining star di sekolah nya.
Ia berada tepat di depan gerbang sekolahnya, ia melirik benda hitam berdetak yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan 5 menit sebelum bel berbunyi.
"untung keburu"
Ia memarkirkan mobil Jeep putih kesayangan nya di parkiran khusus siswa SMA Khatulistiwa.
Ia berjalan di lorong kelas, tatapan kagum langsung ia dapatkan dari teman²nya.
Dan tak segan cewek-cewek yang sedang berlalu lalang di koridor meneriaki namanya.
Biasa lah orang ganteng banyak penggemar nya, itulah kalimat yang terbesit di benaknya.
Kata-kata legend milik Beni dan Petra, sahabatnya.
"Aaaaa babang Regan ganteng banget"
"nikahi adek bwang, adek rela"
"dianya yang gak rela ama lu"
"aaaa liat rapi banget, bersinar ui"
"uhh cogan SMA Khatulistiwa yang satu ini emang top banget dah"
Dan banyak lainnya
Ia hanya berjalan cuek dengan tatapan datar.
Sesampainya di kelas ia langsung di sambut oleh teman²nya.
"watsap bro!", sapa Beni
"sok bahasa inggris lu", balas Petra
"bodo", balas Beni lagi
Regan berjalan dengan tenang menuju bangkunya.
Ia letakkan perlahan tasnya dan mengeluarkan buku sketh dari dalamnya.
Hari ini ada tugas men-design gedung impian dengan skala yang sudah di tentukan.
Ia menatap gambarnya seksama, melihat apakah ada kekurangan.
"wuih bos, bagus amat gambar lu", timpal Beni
"ya iyalah, emang lo yang gambar kayak anak TK", sewot Petra
"apaan lo! Lu meragukan gue?!"
"nggak meragukan, cuma gak yakin aja"
Balas Petra cuek."berisik"
Satu kata itu membuat Beni dan Petra terdiam.
Kringggggg
Semua siswa berkumpul ke lapangan sekolah, hari pertama masuk sekolah di sambut dengan upacara bendera.
Dengan petugas yang di wakili oleh anggota OSIS yang tentunya berkompeten.
Termasuk lah ketuanya sebagai pemimpin, siapa lagi kalau bukan Regan.
Semua mengikuti dengan khidmat walau ada beberapa yang rusuh di barisan.
Hari ini menjadi harapan baik bagi Regan sendiri.
Program yang ia gagas saat mencalon menjadi ketua OSIS akan dilaksanakan.
Di lain tempat seseorang berjuang mempertahan nyawanya.
***
9/1/-20
RpdFirts story by me.
Let's enjoy my story, don't forget to like and comment.
NEXT?
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Relationship
Teen FictionCinta itu rumit, serumit rumus Fisika - bad Relationship