Ragu

1.5K 132 10
                                    

Liburan masih panjang, Aku dan Jeno tak tahu harus berbuat apa lagi. Hampir semuanya sudah kami lakukan, tapi belum bisa menghilangkan kebosanan.
Setiap Hari Aku akan menghabiskan waktuku di atas tempat tidur sesekali memukul Jeno karena selalu menempel padaku. Dikamar yang harusnya memiliki tempat tidur untuk 2 orang berakhir seperti tidak memilikinya sama sekali. Jeno meletakkan hampir seluruh barang di atas tempat tidurnya dan itu dijadikan alasan agar bisa tidur denganku.

"Jeno" panggilku

Jeno yang sedang memainkan Hpnya, meletakkan Hpnya di atas meja dan datang memelukku yang sedang duduk bersantai di atas tempat tidur.

"Kenapa~?" Jawabnya dengan nada manja, tak lupa dengan tangannya yang sudah melingkari perutku

"Kamu nyaman seperti ini?" tanyaku

Aku sudah memikirkan hal ini sangat lama, Aku sebenarnya tak mau untuk membuka hati lebih lagi untuknya, tapi hal itu tidak bisa aku kendalikan. Perlakuannya membuatku nyaman dan tanpa disadari hatiku terbuka, melebar dengan sendirinya. Aku sadar, tak seharusnya aku begini, terlebih kita sama-sama lelaki, jadi aku tak bisa berharap lebih. Tapi nyatanya apa? Kenyataanya aku terlalu nyaman, dengannya, perlakuannya, pokoknya semuanya nya nya.

"Maksudnya apa?" Jeno tak mengerti

"Ya, Kamu punya pacar dan hubunganmu dengannya tak ada masalah. Sedangkan Aku bukan milik siapapun dan tak memiliki siapapun. Aku tentu bukanlah orang spesial. Seharusnya kita tidak begini" Kataku pelan tapi Jeno masih bisa mendengarnya

"Jawabannya mudah, Kamu istimewa dan Aku nyaman karena Aku milikmu dan Kamu milikku" Jawabnya

Mungkin kalian bertanya-tanya, tapi aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Jeno. Maksudnya, Aku dan Jeno statusnya hanyalah sebatas teman, tak lebih dari itu. Jeno punya pacar, hubungan mereka masih berjalan seperti biasa dan Aku tak mau menjadi alasan Jeno meninggalkan pacarnya. Ya~ walaupun ujungnya berakhir dengan rasa sesak di dada, tapi itulah kenyataannya.

"Kamu kan punya pacar Jen, Hubungan kalian baik-baik aja, Kalian masih saling memberi kabar, Setiap malam selalu melepas rindu lewat telepon. Kamu bukan milikku dan Aku bukan milikmu" Kataku sambil tersenyum, berusaha tegar. Awalnya biasa saja, tapi saat berhubungan dengan Jeno dan Pacarnya, sesaknya mulai terasa.

"Kamu lucu kalo cemburu" Jeno tersenyum dan memelukku lebih erat

"Bukan gitu, maksudnya hubungan kita ini akan berakhir seperti apa? Aku gabisa terus seperti ini, Kamu adalah orang pertama yang aku berikan hatiku dan Aku tentu saja tidak mau menjalani sesuatu seperti ini. Ini jauh dari kata Jelas" kataku

Aku tahu. tak seharusnya aku berkata seperti itu, tapi itulah isi hatiku. Semua yang aku alami dan rasakan ini adalah pertama kalinya dalam kehidupanku. ~Ngerti rasanya gimana ga sih?~

"Jadi, Sekarang Kamu ingin Aku putus dengan pacarku?" Jeno melepaskan pelukannya dan duduk menghadapku

"Tidak sesederhana itu Jen, pilihannya ada di tanganmu. Ini yang pertama untukku dan Jujur aku ingin menjadikanmu milikku seutuhnya, Aku tak mau berbagi dengan siapapun" Jelasku

Aku melihat perubahan ekspresi Jeno, Aku bisa tahu bahwa Jeno tidak bahagia dengan perkataanku tapi mau bagaimana lagi, milikku harus tetap menjadi milikku seutuhnya dan Aku tidak mau berbagi. Apalagi ini soal Hati. Persetan dengan kalian yang berkata aku egois, tak memiliki perasaan, tak memikirkan orang lain dan apalah itu. Terserah, bodo amat.

"Aku bukannya egois, tapi aku tidak mau seperti ini. Harus berbagi dirimu dengan yang lain. Aku tak mau jika aku sudah memberikan hatiku seutuhnya padamu tapi yang aku dapatkan hanyalah setengah hatimu" Jelasku lagi

"Tentukanlah pilihanmu. Jika kamu memilihku, datanglah padaku, dengan senang hati aku menerima dirimu. Jika kamu memilih dia dan tetap ingin bersamanya, dengan senang hati aku terima keputusanmu. Aku tidak akan menjauhi darimu, tapi perlakuan seperti ini tidak akan terjadi setelahnya" tambahku

Aku bangkit dari tempat tidur dan berdiri dihadapan Jeno, Aku memegang kedua pipinya dan tersenyum kearahnya. Jeno membalas senyumanku. Dengan lembut ku acak rambutnya, setelah itu aku pergi keluar untuk mencari udara segar. Aku melakukannya agar Jeno memiliki waktu sendiri untuk menentukan pilihannya.
Sore itu Aku berjalan menuju pondok didekat sungai, Aku duduk, menghirup udara segar sambil menutup mataku. Aku merasa lega, semuanya sudah aku katakan, Aku berjanji pada diriku untuk tetap tersenyum meskipun akhirnya Jeno tidak memilihku.

Aku tidak boleh egois dan harus tetap berteman dengannya karena itu sudah resiko, ada harga yang harus dibayar untuk setiap keputusan yang dilakukan. Sakit hati adalah harga yang harus ku bayar saat memutuskan membuka hati untuk seseorang tapi berakhir dengan tidak memilikinya.

Aku masih duduk di pondok itu hingga jam menunjukkan pukul 7 malam. Aku memutuskan untuk kembali ke kamar.

"Sini Na, makan dulu" Ajak Jeno sewaktu aku membuka pintu

Jujur saja aku tak tahu harus bertingkah seperti apa dihadapan Jeno, tapi Jeno melakukannya seolah tidak terjadi apa-apa

Setelah selesai dengan urusan makanan, Aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diriku.

Selesai dengan urusan membersihkan diri, aku duduk di atas tempat tidurku dan memainkan Hpku sesekali melihat Jeno yang berbaring dengan mata tertutup di atas tempat tidurnya

"Na~" Panggilnya sesaat dan mengejutkanku

"Hmm?" Jawabku menatapnya

"Aku sudah memutuskan" -Jeno






xoxo

Ragu [NoMin]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang