"Akhir pekan ini tidak bisa? Lagi?"
"Maaf, Joon-ah. Meeting kali ini benar-benar penting."
Huft. Namjoon melengos setelah mendengar jawaban dari Seokjin. Bolpoin yang ia mainkan di jari-jarinya pun dilempar ke tempat tidur.
"Aku sadar kita sudah sebulan tidak bertemu dan komunikasi kita cuma sebatas lewat ponsel saja. Tapi asal kau tahu, aku masih sayang padamu," Seokjin menjelaskan dengan nada membujuk.
"Baiklah," Namjoon mengalah. "Aku mengerti keadaanmu. Kita bisa bertemu lain waktu."
"Sekali lagi aku minta maaf, ya. Terima kasih, Joon-ah. I love you."
PIIP.
Namjoon beringsut ke tempat tidur setelah menutup percakapan bersama Seokjin, pacarhnya. Layar laptop yang masih menyala di meja kerja diabaikan begitu saja, empunya sudah terlanjur jenuh. Toh, ia sudah selesai mengerjakan revisi final untuk novel terbarunya nanti. Kini otaknya sudah menguap karena letih bekerja.
Kim Namjoon, seorang penulis novel yang sedang naik daun. Seri novel detektif yang ditulisnya selalu masuk rak best seller. Tidak cuma menulis novel, Namjoon juga berprofesi sebagai kolumnis di sebuah media cetak ternama. Artikel-artikel yang ditulisnya mematahkan stigma bahwa orang yang berusia dewasa muda tidak cuma pandai menulis cerita picisin atau fantasi, tetapi juga bisa berpikir kritis layaknya pengamat politik.
Karya-karya hasil Namjoon ini membuatnya bertemu dengan Kim Seokjin.
Seokjin, yang menjabat sebagai wakil direktur K.E. Company, sebuah perusahaan elektronik, sering membaca artikel-artikel tulisan Namjoon di koran favoritnya. Mula-mula Seokjin hanya tahu Namjoon sebagai kolumnis saja. Hingga suatu waktu ia mengetahui kalau sekretarisnya membaca sebuah novel detektif berjudul 'Shade of Nightmares' karya Namjoon―orang yang sama dengan penulis artikel yang sering dibacanya. Pria yang brilian, pikir Seokjin saat mengetahui hal itu.
Novel bertema detektif bukanlah selera Seokjin, tapi ia penasaran dengan cerita fiksi yang ditulis sang kolumnis. Buku novel yang dimiliki sekretarisnya pun ia pinjam. Seokjin ingin tahu, apakah novel ini bisa menariknya lebih dalam seperti ia membaca artikel di koran.
Dan jawabannya: ya.
Selama ini Seokjin hanya tahu gaya tulisan Namjoon yang tegas dan lugas dalam artikel-artikel di koran. Tapi begitu membaca novelnya, Seokjin bisa merasakan sensasi yang berbeda. Tulisannya masih tegas, hanya saja ditambah dengan nuansa misteri dan penuh teka-teki yang semakin membuat pembaca penasaran. Seperti sihir, kira-kira begitu menurut Seokjin.
Efek dari membaca karya-karya Namjoon, lama kelamaan membuat Seokjin menjadi penggemar. Dibelinya seluruh seri novel detektif berjudul 'Shade of Nightmares' tersebut. Setiap ada waktu luang Seokjin menyempatkan membaca novel mahakarya sang kolumnis, dan kebiasaan baru ini menjadi perbincangan para karyawan di kantor. Mereka sering memergoki Seokjin sedang membaca 'Shade of Nightmares' dengan wajah serius. Entah di dalam ruang kerjanya atau saat di area kantor.
"Sejak kapan Wakil Direktur jadi suka baca novel?"
"Mukanya serius sekali. Pasti isinya bikin pusing."
"Sekarang bacaannya bukan koran lagi, guys! Novel detektif! Keren!"
Berawal dari kasak-kusuk para karyawan di kantor, berita tentang Wakil Direktur K.E. Company yang membaca novel detektif semakin menyebar, bahkan menjadi sorotan di portal berita kategori bisnis. Seokjin cuma bisa geleng-geleng kepala saat membaca satu berita mengenai dirinya dengan headline "WAKIL DIREKTUR K.E. COMPANY: ASUPAN BACAAN TAK HANYA DARI KORAN".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest Desire [NAMJIN]
Fanfiction[ONESHOT] ‼️ NSFW (21+) ‼️ Namjoon, seorang kolumnis yang merangkap penulis novel menjalin hubungan percintaan dengan Seokjin, seorang wakil direktur perusahaan yang sekaligus juga penggemar karya tulisan Namjoon. Percintaan mereka diuji ketika Seok...