twee ⚠️

6.4K 396 16
                                    

Hari sudah beranjak siang. Seokjin tiba di venueconference hall hotel yang ada di lantai bawah―saat acara tengah berlangsung. Ia sengaja datang terlambat agar tidak menunggu terlalu lama. Lagi pula ia bukan hadir sebagai tamu dalam acara tersebut, melainkan hanya sebagai pendamping saja.

Seokjin bersama dua orang bodyguard-nya datang ke backstage. Tiba di sana, Seokjin menyapa dan bersalaman dengan para staf redaksi. Ia tersenyum ketika bertemu editor Namjoon, Ara, yang selalu ada di setiap acara yang berhubungan dengan novel penulisnya.

"Wah! Pak Wakil Direktur," sapa Ara sambil berjabat tangan dengan Seokjin. "Apa kabar? Sudah lama saya tidak melihat anda."

"Hai, Ara-ssi. Lama tak jumpa. Kabarku baik," balas Seokjin. "Bagaimana denganmu? Apa Namjoonie masih suka menyusahkanmu?"

"Oooh, tentu saja masih. Kalau tidak, itu berarti saya sudah minggat dari pekerjaan ini," Ara menjawab, terkekeh.

Ara mengajak Seokjin untuk duduk di kursi kosong di sebelahnya. Bodyguard yang tadi mengikuti Seokjin, sekarang mengawasi di luar area backstage. Dari tempat duduknya, ia bisa melihat Namjoon dari sisi samping panggung. Pria itu sedang diwawancarai oleh MC tentang novelnya, sesekali tertawa dan tersenyum yang otomatis menyembulkan lesung pipit miliknya.

"Seokjin-ssi, kenapa tidak duduk di barisan depan peserta saja? Bisa lihat Namjoon dengan jelas, lho," tanya Ara.

"Ah, aku sedang tidak ingin tampil di depan orang-orang. Wajahku sedang jelek sekali hari ini."

"Aduuuh―jelek dari mana? Tampan begini kok dibilang jelek. Kalau saja kalian tidak pacaran, saya pasti sudah naksir anda dari dulu."

"Pfft! Kau sedang menggodaku, ya?"

Sang editor nyengir sambil membuat pose jari victory, Ara sudah biasa bersikap jahil pada Seokjin dan Seokjin sendiri sudah memaklumi itu. Wanita ini sangat menyenangkan, pantas saja Namjoon betah dengan editor ini dari awal debut menjadi novelis. Sesekali dirinya yang serius mesti dilelehkan juga dengan sesuatu yang kocak, Seokjin membatin.

Selang beberapa menit, ada beberapa orang staf yang membagi-bagikan kotak bento untuk makan siang. Salah satu dari mereka menghampiri kursi Seokjin dan Ara, memberikan mereka masing-masing bento dan sebotol air mineral.

"Maaf ya, wakil direktur. Makanannya sedikit merakyat, hehe," celetuk Ara.

"Memangnya aku orang kaya sombong seperti di drama? Gimbap dan ramyeon itu penyelamatku saat dinas di luar negeri, lho."

"Hihihi, ternyata begitu ya. Baiklah, ayo kita makan―"

"PARK ARA-SSI! Siap-siap stand by untuk book signing, ya!"

Ara yang baru membuka bentonya langsung menutup kotaknya kembali. Kotak bento dan botol airnya ditaruh di kursi, ia izin pamit pada Seokjin.

"Seokjin-ssi tidak apa-apa kan sendirian? Maaf ya, saya harus siap-siap untuk sesi book signing dulu."

Seokjin mengangguk, "Tidak masalah. Cepat sana lakukan tugasmu."

Ara berjalan cepat dari tempatnya, meninggalkan Seokjin yang duduk sendirian. Seokjin melirik Namjoon yang sedang bersiap untuk book signing, sudah duduk di meja dengan sebuah spidol di tangan. Setahu Seokjin, acara akan selesai setelah sesi book signing. Namun selama beberapa kali mengikuti acara semacam ini, Seokjin sudah tahu bahwa pasti akan ada after party secara privat dengan staf eksekutif dan rekan sesama penulis yang hadir.

Dan di saat itulah Seokjin akan terlihat bersama Namjoon untuk menyapa para kolega.

Selain itu, di acara after party biasanya akan disediakan suguhan juga. Seokjin menatap bento yang ada di pangkuannya, ia memutuskan untuk memakannya sedikit saja.

Dearest Desire [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang