1

19 3 0
                                    

Devan Abimanyu Alvaro, atau yang lebih akrab disapa Devan, adalah salah satu murid SMA Tunas Bakti yang paling terkenal. Terkenalnya bukan karena kepintaran atau kebaikannya, tapi karena kenalakannya.

Sisi lebih yang ia punya adalah wajahnya yang tampan bak artis luar negeri. Hidung yang mancung, bibir berwarna pink alami, bulu mata yang lentik, dan rahang yang tegas. Nyaris saja sempurna.

Tapi tetep saja kenakalannya tak menuntup kemungkinan akan banyak siswa yang membencinya. Tapi kebanyakan dari golongan kaum hawalah yang malah menyukainya. Mereka beranggapan biarpun nakal yang penting sedap dipandang. Termasuk ketajiran Devan menjadi salah satu penyebabnya.

Btw, Devan ini juga suka membuli orang. Dan yang sering ia bully adalah seorang cewek yang bernama Grizelle Aqilla Kirania, atau dipanggil Aqilla. Anak ips kelas sebelas yang masih satu kelas dengan Devan.
Kerap kali Devan menyuruh Aqilla untuk melakukan apa yang ia mau. Jikalau Aqilla menolak, Devan akan mengancam.

Aqilla adalah gadis yang tak pintar juga tak pandai. Sifatnya yang penakut selalu jadi sasaran untuk dibully. Makanya saat ia dibully, Aqilla tidak berani akan mengadu ke siapapun. Hanya diam ia lakukan.
Suatu hari Aqilla disuruh Devan untuk mengerjakan semua tugasnya. Dan itu harus selesai pagi ini juga sebelum bel masuk berbunyi. Untung saja Aqilla sudah mengerjakan tugasnya sehingga ia hanya tinggal menyalinnya di buku Devan.

Kurang lima menit lagi bel masuk akan berbunyi dan Aqilla masih belum selesai menyalin tugas Devan. Devan yang mulai tak sabaran langsung menuju ke kursi Aqilla. Sesampainya di sana Devan menggubrak meja Aqilla. Sontak Aqilla terkejut.

"Cepetan!" sentak Devan dengan nada tinggi dan tatapan tajam.
Aqilla pun menambah kecepatan menulisnya. Tatapan tajam dari Devan, berhasil mencecar Aqilla. Padahal jemari Aqilla sudah terasa pegal untuk menyalin.

Akhirnya Aqilla bisa menyelesaikan menyalin tugas Devan. Devan langsung merebut bukunya kembali tanpa terima kasih. Bahkan Devan masih saja mencemooh Aqilla.

"Dasar lelet," ucapnya sambil menyentil kepala Aqilla dengan jemarinya.

Aqilla hanya diam. Tak berani membalas. Sudah menjadi makanannya sehari-hari mendapat perlakuan tak enak dari Devan. Bukan Devan saja, siswa lain juga sering membulinya. Memang Aqilla sering dijadikan bahan bulian dan suruhan.
                              ***
Bolak-balik ke kantin saat jam istirahat adalah hal yang biasa bagi Aqilla. Karena Devan dan kedua temannya terus menyuruhnya ke sana. Saat Aqilla salah membawa pesanan salah satu teman Devan, Aqilla disuruh kembali ke kantin. Bahkan saat Aqilla sudah benar dengan pesanannya, Devan mengaku itu salah. Kejahilan itu tak hanya sekali dua kali.

Rasa lelah Aqilla rasakan, tapi tidak mungkin ia jujur begitu ke Devan. Hanya diam tanpa perlawanan yang Aqilla lakukan.

"Hei! Kerdil sini, lo!" Devan memanggil Aqilla. Aqilla pun yang tadinya duduk di bangkunya karena lelah, sekarang harus berdiri lagi untuk menemui pria itu.

"Beliin gue jus jeruk tiga, tapi pake uang lo dulu. Cepet nggak pake lama, " suruhnya.

"Tap .... ," belum sempat ingin berprotes langsung dipotong oleh Devan.

"Nggak ada tapi-tapian. Udah sana cepet, gue haus,  " Devan tak mau tahu, bagaimanapun Aqilla atau yang ia juluki si Kerdil karena tubuhnya pendek harus tunduk pada perintahnya.

Aqilla cuman bisa menahan hatinya agar bisa tetap sabar. Yang jadi masalahnya adalah uangnya cuman ada tujuh ribu, hanya cukup buat beli satu jus. Semoga saja dia diizinkan untuk berhutang dahulu.

Sesampainya di kantin, Aqilla langsung menuju ke kantin nomor lima. Awalnya Aqilla ragu, tapi Aqilla harus tetap melakukannya.

"Mbak, jus jeruknya tiga, ya. Tapi .... hutang dulu boleh, nggak mbak? " Aqilla menelan ludahnya. Sambil mencermati mimik wajah Mbak Surti yang tidak bisa ia artikan.

"Boleh, kok, Neng. Asal besok harus dibayar, ya, " ucapnya membuat Aqilla tersenyum senang.

"Aqilla bakal bayar besok. Aqilla janji. Makasih ya, mbak, " .

"Iya, ". Mbak Surti pun segera membuat jus jeruknya.

Sambil menunggu pesanannya datang, Aqilla duduk di kursi meja kantin yang tak terlalu jauh sama kantin nomor lima. Pikirannya tertuju pada sosok lelaki yang selalu membulinya. Rasa jengkel memang pasti ada. Tapi untuk bisa keluar dari penjara penderitaan itu terlalu sulit baginya.

Setiap hari tenaganya harus berkurang hanya demi melakukan apa yang diperintahkan oleh Devan. Mungkin nasibnya memang ditakdirkan seperti ini. Dan Aqilla cuman perlu menjalaninya dengan sabar. Karena disetiap peristiwa pasti ada hikmah.

Mbak Surti memanggil Aqilla dan memberitahunya bahwa jus jeruknya sudah jadi. Dengan langkah cepat, Aqilla menuju ke sana dan membawa tiga jus jeruk dengan nampan.

Aqilla menyusuri koridor, di sepanjang jalan tersebut banyak pasang mata yang menatapnya aneh. Ada juga yang sengaja menjulurkan kakinya agar Aqilla terjatuh. Aqilla sedikit terserok ke depan, tapi untungnya jus yang ia bawa tak jatuh.
Aqilla melihat siapa yang melakukan itu. Nyatanya orang itu malah mendelikkan matanya dan berlagak sombong.

"Apa lo liat-liat! Nggak terima, huh! Maju sini kalau berani! Cewek g****k!" makiannya membuat Aqilla bungkam dan tak berani lagi menatapnya.

Tak ingin menambah masalah Aqilla segera pergi dari cewek itu menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas, matanya mencari tiga sosok lelaki yang menyuruhnya membeli jus. Tapi matanya tak melihat mereka. Ia menelitikan lebih pandangannya, tapi hasilnya tetap sama. Mereka bertiga tidak ada.

Aqilla memilih ide untuk meletakkan minuman itu di meja mereka saja. Nanti kalau mereka sudah masuk, mereka tinggal meminumnya. Setelah menaruh jusnya, di bangku masing-masing Aqilla kembali lagi menuju ke kantin. Namun ia memilih jalan lain ke kantin, karena Aqilla takut ketemu lagi sama cewek kasar tadi.

Selesainya mengembalikan nampan, Aqilla kembali lagi menuju kelasnya. Bisakah kalian membayangkan, bagaimana capeknya Aqilla? Aqilla langsung duduk di kurisnya sambil melepas penatnya. Kakinya terasa nyeri. Dan juga haus.

Tak lama kemudian, Devan dan ketiga temannya datang. Aqilla tidak berani menatap kedatangan mereka, ia hanya menundukkan kepalanya.
Devan dan kedua temannya langsung meminum jusnya.

Entah kenapa semakin lama perasaan Aqilla semakin tidak enak. Aqilla takut tahu penyebabnya, yang jelas rasa itu ia rasakan sekarang.

"Gimana, sih, jusnya kok nggak dingin. Gue maunya dingin. Nggak becus banget jadi orang, " ucap Devan. Ternyata filing Aqilla benar.

"Tadi dingin, ta-ta....pi karena nggak keburu diminum jadi nggak dingin lagi, " Sumpah demi Tuhan baru pertama kali ini Aqilla berani ngomong atau ngejawab Devan.

"Apa lo bilang? Jadi, Menurut lo yang salah kita, gitu? Kurang ajar banget ya, " Devan menatap kesal ke Aqilla. Dan tangannya sudah bersiap-siap untuk mengguyur cewek itu dengan jus yang ada di tangannya.

Byuuurrrrr

Jus jeruknya berhasil membasahi rambut beserta baju bagian atas Aqilla. Lalu tercetaklah ukiran senyum dari bibir Devan. Rasanya setelah melakukan itu ada kepuasan tersendiri untuknya.

Sedangkan kedua temannya hanya diam sambil menukar pandang. Tak ingin memberi respon. Mereka tahu, Devan melakukan itu emang ingin membuat kapok Aqilla saja.

Aqilla? Ia menahan air matanya supaya tak keluar, nyatanya itu tak berhasil. Pipinya tersapu oleh air mata.

Devan menarik dagu kecil milik Aqilla dan menatapnya dengan senyuman devilnya. "Kalo sampai lo berani ngejawab, gue jamin hidup lo nggak bakalan bahagia, " kata Devan lalu membuang dagu Aqilla dengan kasar.

Setelah itu Devan menuju ke kursinya dan mengobrol biasa dengan temannya seperti tak terjadi apa-apa. Secuil rasa kasihan atau bersalah tak ada sama sekali di hatinya.

Aqilla langsung menuju ke toilet untuk membersihkan diri. Untuk masalah gelas tadi, Aqilla akan kembali nanti saja setelah bel pulang sudah berbunyi.

Next

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang