PART1

51 8 0
                                    

Entah dari mana aku memulai semua ini, pertengkaran itu terjadi secara tiba-tiba yang membuatku kaget dan terbangun dari tidurku malam itu.
Suara teriakkan, tangisan, dan cacian saling bersahutan di telingaku. Masa itu aku masih berusia 9 tahun, yang aku tahu hanyalah pertengkaran mungkin karena masalah kecil, dan nanti akan berbaikkan lagi, itulah yang mampu aku prediksikan.

"Kalau gitu aku pergi dari rumah ini!"

Sahut bundaku, membereskan beberapa pakaiannya kedalam koper.

Aku melihat ke arah ayah yang terdiam dan bungkam, menunduk kebawah seolah ada rasa sakit yang di sembunyikan.
'Apa yang terjadi?'
tanyaku terus dalam hati, mataku yang terus menyaksikan dan mulutku yang menganga penuh tanya,

"Bunda, mau kemana?"
tanyaku menangis menatapnya.

"Bunda pergi sebentar ya nak, nanti bunda kembali. Jangan lupa jaga adikmu ya?"
jawab bunda dengan tersenyum.

Aku hanya diam menatap langkah kaki yang menjauhiku, rasanya hatiku tercabik-cabik.
Menangis hanya itulah yang dapat aku lakukan.Kemudian, aku pergi menghampiri adikku yang sedang terlelap dalam tidurnya. Aku tidak tahu akan menjawab apa ketika ia menanyakan

'Bunda mana k?'

Waktu terus berjalan bersama dengan  lamunanku, bulan yang menerangkan seolah memberi keindahan.
Banyak yang lupa dibalik cahaya indah yang terlihat, ada matahari bersembunyi dibelakangnya.

Aku terbangun oleh cahaya yang menyentuh kedua mataku,

"kk, bangun udah pagi"
Suara kecil dan setuhan lembut menyadarkanku.

Aku membuka mata, dan berharap malam itu hanyalah bagian dari mimpiku, namun harapku pupus ketika adikku menanyakanku,

"k, Bunda mana ya? Adik cari g ada k"
Tanyanya yang membuatku bingung

"ah, mm, oh, Bunda pergi dik, bentar lagi pulang kog"
Jawabku terbata-bata

Mata indah nan bersinar adikku, tak rela rasanya bila ia merasakan pahit yang aku rasakan, takkan rela ku biarkan bibir kecil itu bergetar menangis.

Disisi lain, aku melihat Ayah sendiri di taman rumah. Ayah terlihat begitu sayu, ibarat bunga yang tak pernah diberi pupuk. Kutatap dalam diam, ingin ku hampiri memeluknya, namun aku tahu itu hanya akan menambah kesedihan.

"KK!!" teriak adikku, segera aku menghampiri

"kenapa dek? Kamu kenapa?" tanyaku hawatir dengan darah yang berceceran diatas meja

"hiks...hikss jariku kena pisau k, tadi adik cuma mau ngupas apel, adik lapar" tangis adikku terdengar lugu

Hati siapa tak tersayat? 
Melihat luka berdarah dan melekat pada hati? Aku menahan tangis untuk menguatkan adikku, meski pada nyatanya air mataku hampir tertumpah namun kutelan mentah-mentah.

"gpp kog dik lukanya kecil, Kk ambil obat dulu ya?" ucapku menenangkan

Ketika aku mengobatinya, lagi-lagi pertanyaan yang sama terdengar

"kk Bunda kapan pulang?"

Kali ini aku hanya terdiam, tak tahu menjawab apa.

"Dik, habis ini adik istirahat dikamar ya? Nnt kk bawakan makanan"
perintahku mengalihkan
pembicaraan.

"ya k"

Sampai kapan ini akan berlanjut? Sampai kapan akan terus begini?
Sampai kapan?
Aku lelah, menghadapi apa yang seharusnya tak ku hadapi,
Langit yang cerah terlihat redup bagiku, tak ada kicauan burung. Semua terasa sunyi, senyap, tanpa ada penghuni layaknya Hutan.

Demi adikku,
Ku hampiri ayah, dengan perlahan.

"Ayah, bisa pinjam telfon? Kk mau menelfon teman kk untuk menanyakan pelajaran"
ucapku berbohong pada ayah,

Ini terasa begitu sesak, namun bagaimana lagi? Tak ada cara lain yang dapat aku lakukan.

"ini nak" jawab ayah dengan singkat

Ku tatap telefon itu dengan serius, berfikir bagaimana caranya mengetahui lokasi Bunda,
Kubuka secara perlahan, mencari dan menekan nomor bunda,

"Bunda ada dimana? Ini kk"
Pesan singkat yang kukirimkan pada Bunda.

Waktu ku terbatas kawan, jadi mohon permalukmannya ya😊
Jan lupa bantu vote dan follow yah, oh ya sertakan pendapat kalian tentang ceritaku di komentar💕🤗
Terimakasih

BROKEN HOME❌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang