LY - 3

316 66 12
                                    

Typo bertebaran.

---
Tzuyu pov

Hari ini, aku sudah siap untuk menjadikan Sana sebagai pacarku. Dengan semangat aku berjalan menuju kelas dan duduk di samping Jihyo untuk menceritakan rencanaku.

"Hyo, ada yang ingin aku omongin." Bisikku padanya yang sedang membaca buku pelajaran.

Jihyo pun menoleh kepadaku, "Ada apa? Ngomong aja."

Sebelum memberitahukannya, terlebih dahulu aku menghembuskan nafas.

"Aku mau tembak Sana di lapangan nanti sepulang sekolah. Kamu bantuin aku ya." Ucapku pelan dan membuatnya terlihat terkejut dengan ekspresi yang sulit ku tebak.

Jihyo pov

Perkataannya itu membuatku merasa sangat sesak, seakan pasokan udara mulai menipis dan sekarang air mata sialan itu sudah mau jatuh.

"Tzu, aku ke kamar mandi dulu. Kalau ada guru masuk, bilang aku di kamar mandi." Ucapku cepat di balas dengan anggukan olehnya.

Dengan cepat aku berlari menuju kamar mandi sekolah dan segera menutupnya. Di dalam, aku duduk di atas toilet yang sudah ku tutup lalu menangis.

Apakah sudah saatnya aku mundur, menghapus semua rasa yang sudah berkembang besar ini. Kenapa sesakit ini mencintai seseorang yang bahkan tidak pernah memikirkan kita.

Berulang kali aku memukul dadaku untuk menghilangkan sesak ini.

"Kenapa harus sesakit ini." Lirihku.

Kenangan kami bersama terputar di kepalaku seperti sebuah kaset, aku tersenyum ketika mengingat semuanya.

"Sepertinya, aku memang harus mundur. Kami tidak sebanding." Aku tersenyum lirih mengingat keadaan ekonomi keluarga yang berbanding terbalik dan sudah pasti Tzuyu tidak akan memilihku.

Setidaknya, aku pernah membuat kenangan bahagia bersamanya. Meskipun hanya sesaat, akan terus ku kenang hingga tuhan mengambil nafasku.

Tanganku terangkat untuk menghapus air mata ini dan membasuh wajahku agar tidak terlihat seperti habis menangis.

"Semangat, Park Jihyo." Ucapku menyemangati diriku sendiri dan kemudian kembali ke kelas.

"Hyo, kenapa lama sekali? Syukur saja Bu Jiwon belum datang." Tanya Tzuyu memperhatikan wajahku.

"Kenapa? Ada yang salah dengan wajahku?" Tanyaku bingung.

"Kau habis menangis? Kenapa mataku sedikit bengkak." Tzuyu meletakan kedua tangannya untuk menangkup pipi chubbyku. Hal itu membuat jantung kembali berdetak tidak karuan.

"Jangan lagi, Tuhan. Aku tidak ingin merasakan sakit hati yang teramat." Batinku seraya berusaha mengontrol detak jantungku.

"Tzu, aku akan membantumu." Aku mengalihkan pembicaraan agar dia tidak terus memperhatikanku.

Ku lihat wajahnya berbinar mendengar jawabanku, "Benarkah? Terima kasih, Hyo. Kau memang sahabat terbaikku." Dia langsung memelukku dan aku dengan terpaksa ikut membalas pelukannya.

"Aku harus siap kehilangan dirimu setelah ini." Batinku tersenyum lirih.

---
Author pov

Semua murid di sekolah ini membantu Tzuyu untuk melaksanakan rencananya menembak Sana karena Tzuyu begitu baik kepada semua murid di sekolah ini. Sehingga mereka mau membantunya. Jihyo, gadis itu yang membelikan buket bunga untuk Tzuyu berikan nanti kepada Sana.

Sesuai rencana Tzuyu, Sana di tuntun menuju tengah lapangan sekolah dengan penutup mata.

"Buka matamu." Ucap Lisa teman Sana yang menuntunnya kemari.

Mata Sana terbuka dan melihat sekeliling di penuhi murid-murid yang memengang balon bertuliskan I Love You membuatnya terkejut.

"Lihatlah ke atas." Perintah Tzuyu yang kemudian memberikan kode pada murid yang berada di lantai atas untuk menurunkan sebuah spanduk besar yang bertuliskan Sana, I Love You. Maukah kau menjadi pacarku dengan berbagai foto dirinya yang sering Tzuyu ambil dari kejauhan.

Mata Sana mulai berkaca - kaca, dia kemudian mengalihkan kembali pandangannya pada Tzuyu yang berdiri di hadapannya dengan senyuman manisnya.

Bahagia itu bila kamu dan aku telah menjadi kita.

Menjadi teman memang menyenangkan. Akan lebih mengesankan jika kamu menjadi di hati.

Tak ragu lagi untuk ungkapkan kepada seseorang yang ada di hati. Iya, kamu.

Setelah hari berlalu, aku yakin kamu pilihanku.

Tak hanya menyenangkan, aku yakin kamu dapat menjadi diandalkan di masa depan.

Tzuyu akhirnya telah mengucapkan kalimat itu dengan lancar tanpa gugup sedikitpun. Para murid kemudian beramai - ramai menyerukan kata iya bertujuan agar Sana menerimanya.

Dari kejauhan, Jihyo menyaksikan semua itu. Dirinya berusaha untuk tersenyum meski hatinya seperti tersayat - sayat oleh sebuah pisau.

"Ambil bunga ini jika kau menerimaku." Tzuyu berlutut di hadapan Sana seraya memandang wajah cantiknya. Tanpa ragu, Sana segera mengambil bunga itu dan Tzuyu berdiri untuk memeluknya.

"Aku menyukainya, Sayang." Sana tersenyum lalu mendekatkan wajah kepada wajah Tzuyu. Seakan dunia hanya milik berdua, mereka berciuman dengan lembut membuat murid lain memandangnya iri.

Melihat itu, Jihyo segera pergi meninggalkan lapangan. Rupanya, pertahanan yang telah ia buat hancur ketika melihat adegan itu. Ia tidak fokus mengendarai sepedanya hingga hampir menabrak seseorang.

"Maafkan saya, lain kalian saya akan lebih berhati hati lagi." Ucapnya membungkuk berulang kali kepada orang itu.

Dia hanya tersenyum menampakkan lesung pipinya memandang Jihyo yang terus membungkuk kepadanya.

"Tidak apa, saya memakluminya. Sepertinya kamu sedang banyak pikiran." dia menatap Jihyo dengan senyumnya.

"Sekali lagi maafkan saya."

"Lupakan saja. Emm apakah aku boleh tau siapa namamu?" Tanya ragu.

"Park Jihyo." membuat orang itu tersenyum mengetahui namanya.

"Nama yang cantik. Perkenalkan aku Son Chaeyoung. Semoga kita bisa bertemu lagi." Ucap Chaeyoung segera memasuki mobilnya meninggalkan Jihyo yang masih terdiam.

"Semoga saja." Jihyo tersenyum lalu kembali melanjutkan perjalanannya dengan pikiran yang masih kacau.


💮💮💮

Berikan vote dan commentnya ya.

12 Januari 2020.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang