Chapter 1

18 2 0
                                    

"kak Mika, kata mama cepetan, nanti kita mau makan malam dulu soalnya".

"Makan malam?", Ujar mika dalam benaknya.

Mika pun segera bergegas menyelesaikan pekerjaan nya, setelah semua sudah dia rapihkan dan sudah berada di tempatnya masing-masing. Mika pun segera berganti pakaian untuk makan malam.

Sepanjang perjalanan menuju ke restoran, Mika terlihat murung dan gelisah. Karena sekarang dia sadar bukan hanya suasana dengan teman temannya yang akan dia rindukan, dia juga tidak bisa bertemu keluarga nya untuk waktu yang cukup lama. Memang sih, dia bisa kembali saat liburan, namun menunggu liburan tidak secepat menunggu hasil ujian, butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa kembali ke Indonesia.

"Kamu kenapa sih Mika!? Kamu sakit!?", Tanya Mama.

Tiba tiba suara itu terdengar dari kursi depan mobil.

"Ngga kok Ma, Mika cuma lagi kecapean aja", Jawab Mika.

"Duh kamu ini!, Kan Mama sudah bilang jangan capek capek, nanti kalo kamu sakit gimana bisa terbang ke new York!!??", tegur Mama.

"Ma, sudahlah, biarin aja, si Mika itu bukan lagi sakit", Jawab papa dari kursi depan.

Mama memanglah orang yang cukup protektif bagi Mika, hal itu bisa terbukti sejak umur mika masih 12 tahun. Saat itu Mika sedang pergi Outing class dari sekolahnya, Mama mengikuti bus mereka dari belakang padahal Mama sudah mengizinkan Mika untuk Outing class sendiri tanpa ditemani Mama.

Mobil pun berhenti di depan restoran yang di tuju, Mama dan Nina keluar lebih dulu untuk reservasi tempat, sementara Mika dan Ayah akan mencari tempat parkir.

"Mika, kamu kenapa sih?, Kamu masih ragu ya?", Ucap Papa

Mika terdiam sejenak, dia tidak bisa berkata-kata, dirinya gelisah dan sangat kebingungan.

Papa mengambil dompetnya, dan mengeluarkan sebuah foto dari dompet usang itu.

"Kamu tau?, Kakek kamu tuh pengen banget Papa bisa sekolah setinggi mungkin, Kakek kamu tuh pengen banget Papa bisa jadi sarjana"

"Tapi, Papa ga bisa mewujudkan keinginan kakek kamu, di SMA nilai Papa itu pas-pasan, dan tentu saja Papa ga bisa kuliah karena ga ada uang dan nilai pas-pasan. Tapi untungnya Papa jago dalam marketing, jadi Papa bisa buka usaha dan jadilah Papa yang sekarang. Tapi, kadang Papa suka mikir, bisa jadi sehebat apa Papa kalo dulu Papa bisa kuliah?"

"Huh.... sebenarnya yang mau Papa bilang ke kamu adalah, jangan sia-siakan kesempatan kamu, kamu punya otak cerdas, kamu masih muda, Papa tau kamu ragu, Papa bisa ngerti itu, tapi kamu harus yakin kalau kamu bisa hidup sendiri dan mandiri di sana", ucap Papa.

Mika mulai mengerti perkataan ayahnya itu, ia merenungkan kata kata ayahnya, rasa kegelisahan nya pun mulai pudar, dan dirinya pun semakin mengukuhkan tekatnya untuk tetap bersekolah di New York.

Mereka berdua segera menyusul Mama dan Nina tepat setelah memarkirkan mobil dan mereka segera masuk ke restoran itu.

Papa dan Mika masuk ke dalam restoran dan langsung pergi ke tempat duduk yang sudah di pesan oleh Mama dan Nina, mereka pun menikmati makan malam mereka, makan malam ini akan menjadi makan malam terakhir Mika di Indonesia karena besok Sudah harus Standbye di bandara jam 10 pagi.

Sepulangnya dari restoran, Mika kembali merenung di kamarnya, tapi kali ini pikiran nya sudah agak jernih setelah kata kata dari Papa. Namun masih ada satu hal yang membuatnya penasaran yaitu buku catatannya, buku yang bertuliskan "Bumi dan langit" itu membuatnya penasaran, dia pun sepertinya akan membawa buku itu besok, karena besok teman-teman nya akan ikut mengantar ke bandara, dan dia juga bisa bertanya pada Ali tentang buku catatan itu.







Two Different Eyes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang