Hari itu juga, Jerald membuatnya pergi meninggalkan Pack dimana tempatnya tumbuh selama ini. Setelah meminta izin terlebih dahulu, pria itu langsung menggenggam tangannya dan membawanya pergi berserta rombongannya kembali ke Pack mereka. Raut wajah pria itu masih tetap sama, namun samar Ela bisa menangkap gurat kebahagiaan terpatri di sana, membuatnya mengulum senyum tanpa sadar.
Meskipun ia tak tahu nanti bagaimana ketika ia berada di Redmoon Pack. Apakah mereka semua akan menerimanya sebagai Luna mereka? Apakah orang-orang di sana ramah seperti di packnya dulu? Apakah ia akan nyaman dan betah tinggal di sana? Semua pikiran itu membuatnya gugup ketika netra hijaunya bisa menangkap sebuah gerbang tinggi yang menjulang dengan kokoh di jaga oleh beberapa warior perbatasan.
Kemudian, mereka langsung menunduk hormat begitu Jerald lewat, dalam hati mereka bertanya-tanya siapakah perempuan ayu yang bersama Alpha mereka itu? Apakah itu mate Alphanya? Tapi tak ada seorangpun yang berani untuk menanyakan hal itu. Mereka lebih memilih bungkam dan menunggu Alphanya mengumumkan secara langsung. Lagipula, selama ini mereka tak pernah melihat Alphanya berjalan bersama perempuan manapun.
Berulang kali Ela mengedarkan pandangan matanya dengan gugup. Hal itu jelas disadari oleh Jerald, ketika tangan yang digenggamnya terasa begitu dingin. Jerald menghentikan langkahnya, menarik Ela agar menghadap ke arahnya. Jemarinya yang besar mengusap pelan pipi halus selembut bayi Ela. "Tidak perlu khawatir, aku akan selalu ada di sampingmu."
Ela menggangguk singkat meski tak benar-benar bisa menghilangkan rasa gugupnya tapi ia akui bahwa ucapan dari Jerald berhasil membuatnya sedikit tenang.
Tak lama mereka melangkah, tahu-tahu Ela sudah berdiri di depan sebuah kastil yang tampak sedikit menyeramkan. Gadis itu terkejut begitu menyadari bahwa ada banyak tumbuhan cantik yang tertanam di halaman depan begitu ia masuk.
Raut gugupnya yang semula tertanam berganti dengan raut takjub menatap semua tumbuhan di sekitarnya. Diam-diam tanpa Ela sadari Jerald menyunggingkan senyum menawannya, meskipun hanya sebentar.
"Kau bisa menatapnya sepuasmu nanti."
Ela menoleh menatap Jerald dengan raut antusias, kepalanya mengangguk berulang kali dengan semangat. Membuat Jerald makin mengeratkan genggaman tangannya, merasa gemas.
Interior klasik dengan dominasi warna beige, coklat, dan emas menyambutnya begitu ia memasuki rumah bersama Jerald. Ela bisa melihat sofa berwarna coklat tua yang menggoda untuk diduduki dengan background dinding berwarna beige yang lebih terang dipenuhi dengan lukisan-lukisan berbingkai penuh, vas bunga besar di sudut ruangan, meja berwarna off white dengan pinggiran yang menonjol dihiasi warna emas, dan chandelier besar yang menggantung dengan kokoh, juga banyak pelayan yang langsung menunduk begitu melihat mereka.
Jerald menuntunnya menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua. Langkah mereka berhenti tepat di sebuah pintu berukuran rumit yang indah.
"Ini kamarku, kamar kita," kata Jerald sambil mengusap lembut pucuk kepala Ela, "Istirahatlah, aku akan ada rapat dengan para council setelah ini," Jerald mengecup dahi Ela dengan lama, seakan tak rela jika harus meninggalkan gadis itu sekarang.
Jerald terkekeh pelan menatap wajah Ela yang memerah karena malu, sebelum langkahnya pergi meninggalkan Ela.
Selepas kepergian Jerald, Ela memasuki kamarnya, ah bukan, kamar mereka. Entah mengapa pipinya kembali memerah memikirkan itu. Senyum tipisnya merekah menatap sekeliling kamar. 'Jerald sekali,' batinnya, mungkin pria itu belum sempat untuk mendekor ulang kamarnya, tapi Ela menyukai kamar ini, bahkan Ela bisa mencium bau tubuh Jerald yang tertinggal di sini.
Tok tok tok
Ela menoleh, "Iya, masuk."
Seorang perempuan berpakaian omega menampakkan dirinya. "Maaf, Luna. Saya diutus Alpha untuk membantu Luna membersihkan Diri." Ucapnya masih tak berani menatap Ela.
"Ah iya, masuklah!" Ela mencebikkan bibirnya, "Padahal aku bisa melakukannya sendiri," lanjutnya membuat omega yang di sebelahnya mengulum senyum geli mengetahui tingkah Luna-nya.
"Oh iya, siapa namamu?" Ela kembali bertanya.
"Nama saya Janice, Luna."
Ela mengangguk, "Salam kenal Jane, panggil aku Ela!"
"Baik, Luna Ela."
"Oh, tidak-tidak, hanya Ela tanpaa Luna."
"Tapi Luna, Alpha—"
"Baiklah-baiklah, Kau boleh memanggilku Luna jika ada Jerald. Tapi kalau tidak panggil aku Ela saja ya." Putusnya mengalah.
"Baik Lu—Ela."
"Aku akan mandi, kau siapkan saja bajuku." Usai mengatakan itu, Ela langsung pergi memasuki kamar mandinya tanpa menunggu jawaban dari Janice.
Ia tersenyum kecil begitu menatap sekitar, apalagi dengan bau maskulin yang menguar beserta aroma tubuh Jerald yang menyengat. Rasa-rasanya, Ela ingin di sini lebih lama. Begitu kakinya melangkah menuju kotak lemari kecil berukiran emas di samping jacuzzi, tangannya dengan lihai memilah satu persatu botol kecil berlambang aroma sabun mandinya.
Begitu mendapat apa yang ia inginkan, Ela segera menuangnya, melepas penutup tubuhnya dan berendam dengan nyaman.
***
Petang menjelang, dan Ela masih setia menatap keluar dari jendela besar kamarnya. Beberapa burung terlihat tengah bergegas kembali dari peraduannya. Tapi Jerald belum juga pulang. Setengah jam yang lalu, ia meminta Janice untuk meninggalkannya sendirian.
Cangkir keramik itu diangkatnya, hendak tertempel di bibir kulitnya jika saja suara pintu yang terbuka tidak memasuki telinganya. Jerald masuk dengan raut lelah, "Maaf, kau menunggu lama," ujarnya merasa bersalah, Ela hanya mengangguk tersenyum kecil.
"Aku akan meminta Jane untuk membawakan teh kemari."
"Tidak perlu!" Jerald menahan lengan Ela, "Aku akan mandi saja."
Ela berkedip beberapa saat sebelum mengangguk mengiyakan dan kembali duduk ditempatnya semula, melanjutkan acara minum tehnya yang tertunda.
Beberapa menit kemudian, ia menemukan Jerald tengah tersenyum berjalan kearahnya. Pria itu mendekapnya dengan erat, begitu erat hingga membuat Ela terkekeh karenanya.
"Kau pasti lelah, ayo kita tidur!"
"Tapi ini masih petang!"
"Tak apa, beristirahat sebentar sebelum makan malam."
"Baiklah," jawabnya pasrah, mengikuti langkah Jerald yang sudah lebih dulu membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Tidurlah!" Pria itu menarik tubuh Ela dalam dekapannya yang hangat, sambil terus mengusap pucuk kepalanya dengan penuh kasih. Dan tak butuh lama, Ela terlelap dalam dekapan Jerald yang nyaman.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Garoul Destiny
Werewolf-A werewolf story- Bluemoon Pack bukanlah Pack asli di kawasan Hutan Kanada, melainkan Pack pendatang dari wilayah Arizona yang bermigrasi karena penggusuran lahan untuk industri yang mengancam populasi mereka. Bertahun tahun, Redmoon Pack dan Bluem...