Sedih di awal, bahagia di akhir
Dulu kamu bercerita
Air mata tampak dari pelupuk mata
Saat aku mengantarmu pulang sepulang sekolah menjelang maghrib
membuatmu semakin jenuh.Sore itu, setelah berkutat pada raksa kata dan ungkapan yang tak jadi terbit (hingga kini)
kau bercerita kalau kau merasa dilupakan
Kau yang menangis mendadak sontak membuatku bingung."aku terlupakan, bahkan aku ada dimana aku seakan tiada"
"sudah jangan menangis"
Sampai di gang kiri jalan pun matamu makin sayu.
Sempat kembali aku dengar isak tangis setelah ucapan terima kasih padaku dilayangkan dan aku pamit undur diri sepanjang gang menuju pulang.Suatu hari kau bakal dapat lingkaran persaudaraan yang lebih baik.
Nyatanya sekarang kau sudah dapatkan itu.
Lebih dari itu bahkan.Aku sudah cukup bahagia kau pernah membagi cerita sendumu padaku yang aku sendiri rapuh hatinya karena didera beban semu, remuk.
Kalau kau sempat ingatlah aku sekali saja.
Ungkaplah yang dulu dua kali. Maka kau akan sadar jawabanmu telah terukir sekarang.
Mungkin kalau kau sadar kalau itu telah tercurah padamu.
Tetaplah begitu.
Kau pula, bila ingat, ingatkan aku lewat kabar.Semua itu terjadi karena kalian
yang membuatku seperti ini. Entah aku yang tidak peka dengan aku atau aku yang berlebihan pada diriku sendiri. Mumpung masih bisa menikmati sensasi bingung menggantung nan indah ini, syukurku masih terungkapkan. Terima kasih, hai kalian, hidupku tak hitam putih jadinya. Ada sedikit merah, kuning, dan jingga, serta sedikit gradasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritera 3 Masa, 3 Dara, 3 yang Sama
Short StorySebuah karya sembunyi-sembunyi yang mengendap di bilik folder catatan sejak 2 tahun lalu. penceriteraan tentang 3 kawan yang begitu lekat teringat. Hanya sekadar sisipan sisipan kecil karena ya cuma tiga saja. Terasa atau tidak itu tergantung prasan...