1

1K 91 15
                                    

Menjadi putra bungsu keluarga Oikawa yang memiliki salah satu perusahaan finansial terbesar di Tokyo adalah sebuah kutukan.

Setidaknya itulah yang dirasakan oleh putra bungsu itu sendiri, Oikawa Tooru. Bukannya dia serakah, kebutuhannya sudah jelas tercukupi bahkan lebih, tentu saja, dia berada dalam kategori kaya. Dengan kecerdasan dan ketampanannya, dia berhasil menjadi bintang di kampusnya, Universitas Tokyo.

Apa yang kurang darinya? Dia sempurna. Seharusnya Tooru bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, perempuan yang cantik, atau bahkan pria tampan sekalipun. Tetapi tidak.

Tooru mengerutkan dahinya, dia memandang ayahnya dengan tidak percaya. "Maksud ayah?"

Ayah Tooru tersenyum, itu hanya membuat Tooru merasa ingin muntah. "Seperti yang kukatakan tadi, Tooru. Kau akan menikah dengan putra sulung dari keluarga Iwaizumi." Dia berjalan ke meja kantornya yang besar, banyak berkas berserakan yang Tooru duga sama sekali belum terselesaikan. "Aku sudah membicarakan ini dengan Iwaizumi-san dan dia—"

"Persetan, ayah. Aku tidak akan mau—"

"Jaga kata-katamu, Tooru," meski begitu, suaranya masih sangat tenang. Dia duduk dan membereskan sedikit dari sekian banyak berkas. "Kau sedang berbicara dengan ayahmu."

"Ya." Tooru menggeleng tidak percaya, "Kau bahkan tidak bertanya padaku dulu?"

"Aku tidak perlu persetujuanmu."

"Apa—" Tooru membelalakkan mata cokelatnya, tersenyum getir. "Aku anakmu—"

"Dan kau putra keluarga Oikawa." Ayahnya memutuskan. "Dengar, Tooru, jika kau menikah dengannya, masalah perusahaan kita yang ada di ujung tanduk ini akan terselesaikan dengan mudah. Kita sudah mencari segala cara, dan hanya ini satu-satunya cara. Kau tahu Iwaizumi Group adalah perusahaan Jepang yang sukses hingga luar negeri, selain perusahaan kita teratasi, kehidupanmu akan jauh lebih terjamin."

Tooru bahkan tidak percaya itu akan terjadi, semua orang mengatakan bahwa dia bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Tentu saja, mereka tidak tahu betapa keras dan kejamnya dunia bisnis. Mereka akan mempertaruhkan apa pun untuk membangun bisnisnya yang mulai sekarat. Bahkan harga diri anaknya.

Di sini, Tooru merasa dirinya dijual oleh ayahnya sendiri.

Tooru menarik napas, mencoba menenangkan dirinya. "Bagaimana dengan sekolahku?"

Ayahnya mengangkat alis dengan geli. "Kau masih tetap sekolah, Tooru."

"Bagaimana kalau ..." Tooru ragu, dia belum pernah menceritakan tentang ini ke ayahnya sejak awal, tetapi mungkin fakta ini bisa dia coba. "Aku mempunyai pacar?"

Sepertinya berhasil. Atau tidak sama sekali, dan Tooru hanya memperburuknya. Karena ayahnya saat ini berhenti melakukan aktivitas apa pun dan mulai memandang Tooru dengan dingin. Wajah itu bukanlah hal yang bisa dibantah olehnya.

"Siapa?" dia bertanya dengan dingin. "Kau tidak pernah menceritakan ini padaku."

Tooru tiba-tiba menyesali suara yang keluar dari mulutnya beberapa detik yang lalu, dia memiliki keinginan untuk lari. Alih-alih, dia hanya mengangkat wajahnya, mencoba menghilangkan kegelisahan. "Aku bukan bayimu lagi dan aku berhak atas apa yang kulakukan."

"Kau tidak menjawab pertanyaanku."

Tooru mengalihkan wajahnya ke samping. Itu semua percuma, ketika dengan ayahnya yang sangat keras kepala. Menelan ludah, Tooru bergumam pelan. "Kuroo."

Dan tiba-tiba ruangan itu meledak karena tawa Oikawa Haru. Tawa itu terkesan seperti benar-benar mengejek. Tooru menahan keinginan untuk membentak ayahnya agar dia diam karena itu hanya membuat telinganya panas.

Triangulum (IwaOi & KuroOi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang