That Day I

6.7K 629 36
                                    

Sorry for typo...

Moonwalk belum di lanjut aku malah balik lagi sama ff baru... mohon maafkan kelakuanku.. ini dikarenakan oleh kegabutan yang hakiki mengedit nomin sana sini... nemu tuh lagu that day.. dan jadilah ff ini...

.



Jaemin melangkah lelah, melewati tumpukan salju dengan kening berkerut dalam. Tas kecil penuh miliknya di gantung di punggung. Tubuhnya terasa sangat lelah, melewati hujan salju dengan perut lapar dan baju kusut sudah dua hari iniㅡ entah kemana ia akan sampai dengan langkah kaki lelahnya itu.

Kepalanya terasa pening tat kala matanya menatap keatas, tubuh yang lelah semakin membuat kepalanya bertambah pening. Belum lagi ia tidak ada memakan apapun saat ini, perutnya meronta minta diisi sedangkan ia punya sepeser uang pun tidak ada sama sekali. Bisa di bilang, Jaemin sudah menjadi gelandangan selama dua hari ini. Sungguh malang nasibnya.

Kakinya terseok mengikuti gerakan tubuh lunglai, memijak sebuah pembatas dengan tidak seimbang. Namun, tetap berusaha naik lagi untuk melompati pagar di jalan kecil yang ia lewati. Ketika berada di ketinggian satu setengah meterㅡ Jaemin kehilangan keseimbangan dan akhirnya dengan pasrah menjatuhkan diri. Tubuhnya terasa tak bertenaga, di tambah lagi ia tak memakan apapun selama dua hari ini.

Tubuhnya terasa remuk ketika jatuh di atas tumpukkan salju yang sayangnya tidaklah setebal yang ia kira, alhasil kepalanya menghantam aspalㅡ beruntunglah ia sempat menggunakan tangannya untuk menahan kepalanya. Meskipun begitu, tetap saja ada darah yang mengucur dari bagian pelipisnya karena wajah bagian kirinya sempat bergesekkan dengan dinginnya aspal.

"Sungguh mengenaskan." Lirihnya menatap sayu langit yang mulai gelap di atas sana. Rasanya sudah tak ada  harapan lagi untuk hidup, bahkan ia merasa tidak sanggup membayangkan sedikit kebahagiaan untuk dirinya sendiriㅡ Jaemin benar-benar pasrah akan nasibnya.

Benar-benar sial sekali, memiliki tunangan yang justru lari ke dalam pelukan sang kakak tiri setelah perempuan itu tahu jika Jaemin tak mendapat sepeserpun harta. Padahal Jaemin harusnya memiliki sebagian dari peninggalan sang ayahㅡ namun sayangnya, nenek sihir dan anaknya benar-benar serakah dan berhasil menipunya hingga Jaemin kehilangan segalanya. Berakhir dirinya di buang bagaikan sampah.

"Ah, bedebah sialan itu!" Jaemin menutup kedua matanya, kemudian menutupnya lagi dengan lengannya dan menangis di bawahnya. Nasibnya sungguh tak terduga, siksaan dan hinaan sudah sering di dapatnya saat sang ayah telah tiada. Kini, ia bahkan menjadi seorang gelandangan, dibuang bagai sampah oleh tunangan dan ibu tirinya sendiri.

Bahagia di awal menjadi seorang anak tunggal, bersuka cita penuh tawa dan canda. Semua berubah ketika ibunya meninggal, ayahnya pun mulai berpikir untuk menikah lagi. Jaemin tak mempermasalahkannya tentu sajaㅡ karena ia tahu sang ayah pasti sangat kesepian setelah sepeninggal istrinya.

Namun sayangㅡ wanita yang ia kira baik, wanita yang ia kira berhati seperti sang ibuㅡ lembut dan hangat, ternyata hanyalah topeng semata untuk meyakinkan sang ayah jika mereka akan menjadi sebuah keluarga yang harmonis. Nyatanya, setelah sang ayah meninggal. Jaemin malah menjadi gelandangan karena keserakahan saudara tiri dan ibu tirinya.

"Hah.." Jaemin menghela nafas lelah, lelehan air mata masih mengalir meski perlahan. Pipinya nyaris membeku karena air mata yang meleleh mengalami pembekuan akibat suhu udara.

"Aku berharap mati saja." Lirihnya lelah, matanya sudah terasa berat kala itu dengan kepala yang berdenyut nyeri. Rasanya sakit sekali.

"Terlalu takut untuk membayangkan masa depan yang sudah hancur." Bisiknya pada udara yang bertambah dingin, rasanya tulangnya seperti ditusuk ribuan jarum es.

That Day ✔ [nomin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang