That Day III [END]

4.8K 526 50
                                    

21 Juni 2020

..

Dua minggu telah berlalu. Dalam dua minggu itu pula Jeno mengikuti arahan Mark. Dengan perlahan ia mencoba menunjukkan perasaannya terhadap Jaemin dan kecanggungan di antara keduanya perlahan sirna. Di minggu pertama yang menegangkan mulai terasa semakin akrab setelahnya.

Lalu seminggu kemudian keduanya memutuskan untuk memulai kencan pertama. Padahal sebelumnya Jeno sempat menemukan Jaemin menangis karena merasa bahwa dirinya sangat lancang dengan tinggal di apartementnya dan bahkan menjadi kekasihnya.

Akan tetapi Jeno berhasil meyakinkannya. Jeno memberikannya penjelasan mengenai isi hatinya.  Ia mengakui bahwa dirinya sulit untuk berucap jujur dan terkadang mengabaikan orang lain. Hanya sajaㅡ Jaemin terasa berbeda untuknya dan Jeno sangat senang akan perbedaan yang ia rasakan ketika bertemu Jaemin.

"Aku yakin kau akan bosan dengan kalimat ini."

Ini sudah seminggu mereka berkencan. Dan suasana menyenangkan Jaemin selalu rasakan. Meski terkadang ia harus menghadapi tatapan sinis orang-orang yang tak menyukai dirinya berjalan di sebelah Jeno.

"Aku menyukaimu dengan segala keluguanmu. Jadiㅡ apa kau menerima tawaranku untuk liburan?"

Jaemin mengangguk pelan. Wajahnya memerah, semerah kepiting rebus.

Pfft

Jeno harus berusaha menahan tawa agar tidak membuat mood pemuda cantik itu hancur. Ia mengenal Jaemin dengan cepat karena pemuda itu begitu terbuka. Sesekali Jeno memberanikan diri untuk memangkunya dan memintanya bercerita masalah hidupnya lagi. Dari semua cerita itu, Jeno merasa menjadi lebih mengenal sosok Jaemin yang ternyata begitu polos.

Sosok manis itu cenderung lugu dengan sifat yang mudah mempercayai kebaikan orang lain, meski itu kebaikan palsu sekali pun. Justruㅡ hal tersebut lah yang membuat Jeno berani berjanji dalam dirinya sendiri, bahwa ia ingin mengikat Jaemin tanpa menunggu waktu lebih lama lagi.

Dua hari sebelum mereka resmi berkencan. Jeno ingat bahwa sang ibu pernah memergokinya memangku Jaemin yang tertidur dengan lelehan air mata.

Ibunya sempat menatapnya dengan tatapan permusuhan. Salah menyangka dengan situasi yang ada. Jeno bahkan dituduh merebut kesucian seorang pemuda polos seperti Jaemin.

Jeno bahkan ingatㅡ perlu dua jam lamanya untuk meluruskan kesalah pahaman tersebut. Lalu kemudian raut wajah sang ibu berubah. Dengan tatapan lirih, wanita paruh baya itu meminta Jeno mengikat Jaemin sesegera mungkin. Ibunya takut jika suatu saat Jaemin akan terluka dengan keadaannya saat ini.

"Dengar Jeno, rasa trauma itu mungkin masih membekas di hatinya. Jika kau ingin dia bahagiaㅡ ibu mohon, ikat dia dalam sebuah hubungan resmi. Bawa dia bersamamu dan yakinkan dia bahwa kau lah satu-satunya rumah yang abadi untuk menghilangkan kesedihan hatinya."

"Dengar putra ibu, kau adalah pria yang setia. Ibu sangat yakin. Maukah kau memberikannya sebuah kebahagiaan. Mendengar ceritanya yang kau beritahukan kepada ibu. Ibu yakin, dia merasa begitu kesepian."

"Berjanjilah Jeno, anak ibu."

"Tanpa ibu meminta pun, aku akan berjanji."

Jeno berbisik. Ia sedang mengemasi barang-barang yang akan di bawanya pergi berlibur selama satu minggu.

..  ..  ..

Sebuah pantai, villa yang besar dan pemandangan lautan luas berwarna biru yang indahㅡ meski ini sudah malam, ingatannya akan tadi siang begitu membekas. Jaemin merasa beban dalam hatinya perlahan terangkat. Menghilang dengan sendirinya.

That Day ✔ [nomin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang