Happy reading dan jangan lupa vomment ya!
💜
Terlihat seorang wanita sedang duduk di sebuah bangku taman sembari menundukan kepala.
Wanita itu menangis meratapi hidupnya yang semakin kacau sejak kemarin.
Flashback On
Sore ini Park Yong Ina sedang berada di luar rumah seperti biasa mencari uang untuk membantu menghidupi keluarganya. Tapi semuanya tambah kacau ketika Ina mendapat kabar bahwa Ayah nya sakit.
Dengan segera ia menuju rumah sakit dan tidak lupa bertemu dengan Ibu nya juga.
Di rumah sakit, Ayah nya sudah terbaring lemah dengan berbagai jarum yang yang masuk ke dalam kulit keriputnya.
"A-Ayah" Ucap Ina yang tak tahan melihat kondisi Ayahnya.
"Tuan, suami ku kenapa?" Tanya Ibu Ina pada Tuan Park, majikan dari Ayah Ina.
"Dia memiliki darah rendah dan juga radang lambung, keduanya sudah semakin parah dan dia harus beristirahat total untuk waktu yang lumayan lama" Jelas Tuan Park yang membuat isak tangis Ina dan Ibunya semakin keras.
"Ba-bagaimana biaya rumah sakitnya bu? Kita tak punya uang" Ucap Ina kepada sang Ibu.
Sang Ibu hanya semakin menunduk dengan air mata yang mengalir deras.
"Tenang aku akan membantu kalian membiayai pengobatannya karena dia telah bekerja dengan baik untuk keluarga kami" Ucap Tuan Park dengan tersenyum.
"Ta-tapi aku tak bisa menerimanya dengan gratis, aku akan membayarnya, aku akan bekerja lebih keras" Balas Ina.
"Hm bagaimana kalau kamu bekerja padaku menggantikan Ayahmu, mungkin itu lebih baik daripada kau bekerja di luar" Saran Tuan Park mencoba meringankan beban keluarga Ina.
Ina menatap Ibunya mencari persetujuan dan berakhir ia menganggukan kepala tanda setuju.
Flashback Off
Ketika Ina semakin menangis ada seorang pria yang menepuk bahunya yang membuat dirinya mendongkakan kepala.
Pria tersebut tersenyum ke arah Ina lalu berucap.
"Jangan menangis, aku tahu kau punya masalah dan setiap orang punya masalah tapi percayalah semua masalah akan punya solusi dan hal baik dibelakangnya"Ina hanya tersenyum mendengarnya lalu menganggukan kepala bahwa yang dikatakan pria tersebut benar.
Sudah sebulan Ina bekerja di kediaman Tuan Park dan semuanya berjalan lancar sampai hari ini saat ia pertama kali bertemu dengan anak tunggal Tuan Park, dia adalah Park Jimin.
"Sepertinya aku pernah melihat nya" Monolog Ina.
"Hey jangan melamun, cepat lakukan pekerjaan mu!" Ucap Jimin pada Ina.
Ina hanya menatapnya kesal lalu melenggang pergi melanjutkan pekerjaannya.
Hari mulai sore dan Ina bersiap untuk pulang tapi tangannya di tahan oleh Jimin.
"Ada apa lagi Tuan Muda?" Tanya Ina dengan penekanan di setiap katanya.
"Kau tidak mengingatku?" Tanya Jimin dengan wajah sendu.
"Aku rasa kita baru bertemu hari ini Tuan Muda" Jawab Ina seadanya.
"Apa kau yakin?" Ucap Jimin sembari menatap kedua manik coklat Ina.
Ina hanya membisu seolah terkunci oleh tatapan Jimin padanya lalu segera tersadar ketika suara Nyonya Park terdengar nyaring di telinganya.
"PARK JIMIN!" Teriak Nyonya Park yang membuat Jimin memutuskan kontak mata dan juga genggamannya pada Ina.
Saat itu juga Ina segera pamit untuk pulang.
Sesampainya di rumah Ina langsung masuk ke kamar memikirkan kejadian barusan yang membuat pipinya merona.
"Apa dia pria waktu di taman? Tapi kenapa saat bertemu dia menyebalkan" Ucap Ina sembari memutar bola matanya.
"Aish kenapa juga aku memikirkannya" Ucap Ina lagi sembari menghentak hentakan kakinya ke kasur.
Seminggu sudah kejadian tersebut berlalu dan entah perasaan Ina saja atau memang Jimin memberi perhatian lebih padanya yang membuatnya sering dimarahi oleh Nyonya Park dan puncaknya pada hari ini.
"INA APA MAKSUDMU MENDEKATI ANAKKU?!" Teriak Nyonya Park tepat di depan wajah Ina.
"A-Aku ti-tidak mendeka-" Ucapan gugup Ina dihentikan oleh Nyonya Park.
"JANGAN DEKAT DEKAT DENGAN ANAKKU, SUDAH DIBANTU MALAH MENCARI KESEMPATAN, DASAR TAK TAHU DIRI" Sarkas Nyonya Park seraya melenggang pergi.
Deg.
Hati Ina bagaikan ditusuk berpuluh puluh pisau tanpa peringatan.
Rasanya sakit ketika mendengar kenyataan pahit tersebut. Namun Ina segera menguatkan hatinya demi Ayah dan Ibunya.
Ternyata tak jauh dari mereka Jimin mendengarkan ucapan sang Ibu yang entah kenapa membuat rahangnya mengeras. (Marah)
Sejak saat itu juga Ina mencoba menjauhin Jimin, bukannya ia takut oleh ucapan Nyonya Park, ia sadar diri akan posisinya dan menolak hatinya bahwa ia mulai mencintai sosok Park Jimin.
Entah kenapa setiap Ina merasa sedih ia akan pergi ke taman untuk meluapkan semua kesedihannya.
Ina duduk di bangku yang sama saat ia memutuskan untuk bekerja di kediaman Tuan Park. Namun tidak seperti dulu, ia menyenderkan punggung nya pada senderan kursi lalu mendongkakan kepalanya sembari menutup mata, merasakan angin menerpa wajah polosnya sampai ada sesuatu yang menyentuh pipinya, ini bukan angin tapi seperti tangan.
"Kau sedang ada masalah?" Tanya seorang pria yang menyentuh pipi Ina tanpa izin.
Ina menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau ternyata selalu kesini ketika sedih ya" Ucap pria tersebut sembari duduk di samping Ina lalu ikut bersender dan mendongkakan kepalanya.
"Tuan Muda sedang apa disini?" Ucap Ina sembari menahan rasa gugupnya.
"Panggil aku Jimin, kita sedang di luar dan kita seumuran" Jelas Jimin.
Ina tak menjawab tetapi ia setuju dengan ucapan Jimin.
"Aku tahu kau baru saja dimarahi oleh Ibu ku kan?" Ucap Jimin tanpa menoleh.
Ina menoleh ke arah Jimin, melihat wajah tampan Jimin dari samping dan dengan jarak sedekat ini sangat tidak baik untuk Jantungnya.
"Kau tak perlu dengar ucapan Ibuku, dia memang seperti itu kepada wanita yang aku sukai, ingin tahu bagaimana pribadi wanita tersebut walaupun dengan cara yang lumayan kasar" Jelas Jimin.
Ina mendengar semua ucapan Jimin tapi ia hanya terfokus pada satu hal 'wanita yang Jimin sukai'.
"Maksudnya aku?" Batin Ina.
"Iya kau, aku menyukai mu Na" Ucap Jimin seakan tahu isi hati Ina dan menatap wanita disampingnya itu.
Tatapan yang selalu berhasil meluluhkan dan mengunci Ina.
"Jangan bercanda Jim" Ucap Jina dengan tawa hambarnya.
"Aku serius Na, aku suka padamu sejak pertama kali kita bertemu disini, mungkin disebut love at first sight" Ucap Jimin sembari menegakan tubuhnya.
Ina hanya membisu menunggu pria tersebut melanjutkan ucapannya.
"Na kau mau kan jadi pacar ku? Ah bukan di umurku yang sekarang mau kah kau menjadi pendamping hidup ku? Aku yakin orang tua ku dan orang tua mu akan setuju, Ibu ku itu hanya mengetes mu Na" Ucap Jimin sembari memegang bahu Ina menatapnya dengan tatapan penuh kejujuran.
Ina terpaku menatap Jimin dengan wajah yang sudah merona dan Jantung yang berdebar sangat kencang ia menganggukan kepala dan dengan segera Jimin menarik Ina ke dalam pelukannya.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Oneshoot Version✔
Fanfic[COMPLETED] Kumpulan fanfiction oneshoot dari setiap member. Reupload fanfiction. Start : 14012020 End : 21012020 © minmocca 2020