0

14 6 0
                                    

Di bawah matahari yang menyengat tubuh. Seorang anak berumur sekitar 12 tahun duduk santai di sebuah kursi roda dengan PSP di tangannya. Di balik rimbunnya pohon yang melindungi tubuhnya dari sinar matahari, anak itu mendengus kesal.

"Mah, kapan sih bisa pulang?" Keluhnya pada wanita berkalung stetoskop yang baru saja datang. Wanita itu mengelus lembut kepala anaknya namun beralih menarik telinganya.

"Adu-duh sakit!"

"Makanya jadi anak jangan bandel! Ken, cowok boleh jadi jagoan tapi tidak pakai kekerasan, ngerti?" Ken mengangguk paham lalu memalingkan wajah dari ibunya sambil mengelus telinga yang memerah.

Ya, namanya adalah Ken Sagauchi. Anak yang cukup bandel dan suka berkelahi. Mencari perhatian? Bukan, Ken tidak suka melakukan hal yang bodoh. Ken adalah anak yang emosian. Siapa pun yang suka memancing emosinya, ia tidak akan segan untuk baku hantam. Alhasih, ia harus meratapi nasibnya karena patah kaki.

Hana, ibunya Ken yang juga dokter di rumah sakit tempat Ken dirawat membawa Ken masuk ke kamar karena jam berkeliling sudah habis. Hana ingin membantu Ken berdiri tapi ditepis dengan Ken. Ken berjalan dengan pelan menuju brankar.

"Konnichiwa~" Sapa seseorang dari balik pintu dengan seekor anjing putih didekapannya. Ken dan Hana menoleh menuju arah suara.

"Kai, konnichiwa~" Balas Hana dengan ramah. Kai, memasuki ruangan lalu duduk di tepi brankar samping Ken berbaring. Hana merasa ini adalah waktu mereka untuk ngobrol, karena Kai adalah teman sekaligus tetangga Ken sejak TK. Hana keluar lalu menutup pintu tanpa ada yang menyadarinya.

Anjing putih yang diberi nama Shiro yang berarti putih oleh Kai, beranjak dan menindih perut Ken. Itu adalah cara Shiro untuk bermanja dengan teman akrabnya. Ken mengelus bulu halus milik Shiro. Putih bersih seperti kapas.

"Woy, aku dapat hero baru dong.. Yuk lah main!" Seru Kai dengan semangat sambil mengeluarkan PSP dari saku jaket.

"Ayo! One by one kita?" Tantang Ken. Kai menerima tantangan Ken dengan percaya diri.

"Yang kalah traktir minum?"

"Deal!"

🌸🌸🌸

"Suatu kenikmatan menikmati minuman gratis." Kai menyeruput kopi kaleng dari mesin penjual minuman di sekitar rumah sakit.

Ken memutar bola matanya malas. Jelas karena dia kalah one by one dengan Kai. Akhirnya ia terpaksa mentraktir Kai. Kai tersenyum penuh kemenangan melihat ekspresi Ken.

Seseorang mengejutkan Ken dan Kai dari belakang mereka. Mereka menoleh ke arah suara dan melihat seorang gadis pirang tersungkur di lantai.  Ken menyuruh Kai untuk menolongnya karena jika bisa ia pasti langsung lari ke gadis itu.

Kai membantu gadis pirang itu berdiri dan mendirikan tiang infus yang terjatuh.

"Kamu gak papa?" Tanya Kai. Bukannya menjawab, gadis itu malah memperagakan sesuatu yang tidak dimengerti oleh Kai.

"Makdusnya?" Kai menatap gadis itu bingung sedangkan Ken hanya menonton dari kejauhan.

Akhirnya si gadis menulis sesuatu dari buku kecil yang selalu di kalungkan di lehernya. Setelah selesai menulis, ia memberikannya pada Kai.

Thank you for helping me.

"Iya sama-sama." Kai menjawab sedikit canggung. Kemudian gadis pirang itu pergi dan Ken menyusul Kai yang masih memperhatikan gadis tersebut.

Her VoiceWhere stories live. Discover now