Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.
Ga jawab dosa loh.
Oh iya, buat para readers. Maaf ya upnya lama. Sehat-sehat ya buat para readers di masa pandemi ini, tetap sehat di rumah aja dan jangan lupa olahraga serta belajar yang giat gih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading 💜Author POV.
Sejak dini hari, otak Vee terasa pusing dan pening bukan kepalang. Memikirkan ucapan Ae 'baiklah jika itu maumu, Ayo kita akhiri semuanya'. Kata-kata itu terus berputar di otak vee, hingga ia menyesali dirinya sendiri yang terlalu bodoh dan brengsek.
Flash back on.
Seoul 01.45 am.
Vee memarkirkan mobilnya di garasi. Hal yang membuat Vee mendelik bukan main adalah, ketika melihat mobil milik Ae sudah tidak ada di garasi. Vee lantas membanting pintu mobil kesal dan berlari masuk ke rumah.
Dilihatnya ruang makan yang masih utuh makanan di atas meja makan. Lalu, Vee berlari menuju kamar ae dan Goo, di lihatnya lemari yang biasa berisikan baju miliknya dan milik Goo. Dan hasilnya, bersih. Tak ada satu helai kain yang tersisa di sana--Yang ada hanya baju miliknya yang masih tertata rapi. Bahkan, mainan Goo yang biasanya berserakan di lantaipun tak bersisa. Saat itulah buliran air jatuh membasahi pipi Vee yang semula ia tahan agar tidak jatuh.
Vee merogoh saku celananya, mengambil ponsel yang tertera foto dirinya dan juga Ae. Tak lupa dengan Goo yang tertidur di gendongan ae, foto itu di ambil saat usia Goo masih satu tahun. Vee sedikit memiringkan bibirnya lalu tangannya bergerak untuk mencari kontak nama istrinya itu sambil memohon di dalam hatinya agar ae mengangkat telepon darinya.
Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi.
Itulah suara yang Vee dengar sebelum akhirnya ia berlari menuju mobil. Entahlah, persetanan apa yang merasuki dirinya hingga ia membuat orang yang paling berarti dalam hidupnya pergi meninggalkan dirinya.
Vee pergi menuju rumah mertuanya yang sudah lama tidak berpenghuni. Feeling Vee mengatakan jika Ae dan Goo pasti ada di sini, ia yakin jika mereka berdua tidak akan pergi jauh di malam hari. Tanpa aba-aba Vee membuka pintu utama dan memeriksa keadaan sekitar, rumah yang sangat gelap dan tidak ada pencahayaan sedikitpun bahkan udara di sanapun begitu lembab. Vee merogoh rogoh sekitar mencari sakelar lampu yang berada di pojok tembok.
Cklek..
Sepi. Vee melangkahkan kakinya untuk mengecek beberapa kamar yang mungkin di tempati ae dan Goo sembari melihat keadaan sekitar ruangan.
Cat tembok yang dulunya berwarna putih salju sudah berganti dengan warna putih kecoklatan, dan beberapa kursi kayu sudah sedikit rapuh. Tetapi rumah ini masih layak di gunakan, dan lampunya pun masih berfungsi. Lupakan tentang hal itu, tujuan utama Vee adalah mencari Ae dan Goo bukan mengintimidasi ruangan ini.Vee melihat kamar utama yang letaknya tidak jauh dari ruang tamu.
Kosong.
Lalu ia berjalan lagi menuju kamar tengah yang dulunya di gunakan oleh almarhum ibu mertuanya.
Kosong.
Dan Vee berjalan menuju kamar terakhir yang berada di ujung ruangan, ia berharap jika Goo dan Ae ada di ruangan itu. Dan hasilnya, nihil. Tidak ada siapapun di sana.
Flash back of.
Sudah semalaman Vee tidak kunjung tidur. Ia bingung harus mencari Ae kemana lagi, jika menghubungi polisi ia harus menunggu sampai 24 jam. Dan akan lebih rumit lagi ketika polisi mengintropeksi dirinya dan menanyakan beberapa pertanyaan yang akan membuatnya pusing.
Hanya ada satu cara yang harus Vee lakukan. Yaitu, membayar orang untuk mencari Ae.
KAMU SEDANG MEMBACA
COULD YOU?
FanfictionSanggupkah kamu menyerah ketika perasaanmu semakin dalam? Tapi, semua itu terasa sia-sia untuk di perjuangkan.